𝟏𝟗. 𝑾𝒉𝒐? 𝑷𝒂𝒑𝒂?

98 15 0
                                    

Hello, all my friend


Thanks karena masih mau baca karya aku.

Kalian dari mana aja nih?

Gimana kritikannya buat cerita kali ini?

Langsung ketik dikomentar ya
Oh ya, buat tulisan yang typo, tolong ditandai aja, biar nanti aku perbaiki, ok

Happy Reading ♥︎♥︎

                                  ٭٭✰٭٭                                                

" ikut papa meeting, sam"

Suara bariton itu langsung menyapa Samuel kala cowok itu baru saja keluar dari kamar mandi dengan rambutnya yang masih basah.

"ngga, el ada urusan" jawab Samuel singkat. Memangnya sejak kapan dia mau menurut pada perintah papanya itu? Yang ada perdebatan tak penting saja yang mereka dapatkan, bukan sebuah solusi.

" papa ngga nyuruh kamu buat nolak"

Samuel melengos pelan dan menipiskan bibirnya sembari melempar handuknya ke sembarang arah. Ini masih pagi, dan lelaki berkepala empat itu sudah mulai merecokinya? Apa yang yang diinginkannya sebenarnya? Entahlah, Samuel sudah cukup pusing untuk memikirkannya, cowok itu hanya ingin sebuah kenyamanan yang bisa membuatnya lupa terhadap dunia kejamnya walau hanya sejenak.

" el ngga bisa pa, ada urusan penting "

" Samuel! Kamu hidup bukan dituntut untuk membantah ayah kamu sendiri, nak!" suara Gilang mulai meninggi lantaran Samuel yang sama sekali tidak mendengarkannya.

Nak? Ingin rasanya Samuel tertawa dengan kerasnya tepat didepan wajah seorang Gilang wariandra itu, agar 'papa' itu tau bagaimana hancurnya mental anak yang selama ini selalu dituntut untuk mendapatkan nilai sempurna itu. Namun, cowok itu hanya diam, membiarkan bibir tipisnya itu membentuk sebuah smirk yang indah.

"papa pernah dengerin aku? Papa pernah respon aku dengan baik? Papa pernah ngajarin aku gimana ngehargain orang lain? Pernah pa?" Samuel menuturkan pertanyaan itu dengan lugasnya. Ekspresinya datar seperti biasanya, namun siapa tau jika didalam sana, terdapat banyak guratan luka yang mungkin tak akan bisa hilang hingga ia mati sekalipun.

"samu-"

"el punya cita-cita sendiri, el punya kesibukan sendiri, kenapa papa harus ngekang aku dengan segala urusan papa? Papa punya Renjani sialan yang-"

"Samuel! Jaga mulut kamu!"

Samuel terkekeh pelan, " yang selalu papa anggap orang paling berharga didunia, bahkan setelah sedemikian banyaknya pengkhianatan yang cewek sialan itu lakuin, papa masih nyalahin darah daging papa sendiri"

Gilang terdiam sendiri mendengar kalimat yang meluncur sempurna dari mulut anaknya sendiri. Pria itu mulai berpikir , benarkah yang diucapkan putranya itu? Benarkah jika selama ini pernikahannya dan Renjani itu hanya semakin membuat Samuel itu tertekan?

" papa ngga pernah percaya apapun kejujuran yang aku bilang, tapi papa selau percaya drama yang dibuat sama Wanita sialan itu pa! papa pikir aku nggak sakit liat papa dikhianatin sama orang yang papa percayain?"

Gilang masih terdiam tanpa alibi, ucapan Samuel sangat menusuk dadanya hingga rasanya udara yang ada disekitar pun menguap secara tiba-tiba, membuat Gilang sedikit sulit untuk bernafas. Sementara Samuel, cowok itu kini meraup wajahnya frustasi, ia ingin sekali memeluk sosok yang ada dihadapannya itu seperti 8 tahun yang lalu, merasakan bagaimana hangatnya kasih sayang seorang Ayah yang katanya adalah pahlawan bagi sebagian anak diseluruh alam ini. Memang ada benarnya jika seorang anak tidak akan bisa hidup tanpa seorang ayah, tapi apa gunanya jika seorang ayah itu hanya menoreh berbagai luka dalam berbagai bentuk dalam hidup seorang anak, bahkan bisa saja membuat anak itu mengalami gangguan mental?

AlegraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang