kamu mau menulis apa?

36 9 5
                                    

Saya yakin di usia yang mendekati tiga puluh tahun, teman-teman sebaya yang pernah menulis akan mempertanyakan segala yang pernah dia tulis kepada pikirannya, kepada kenalannya, kepada belahan jiwanya, juga kepada langit dan rerumputan bahkan kepada angin beserta air yang dia lewati saat melamun.

Kucing mengeong di seberang jembatan pun akan diajak bicara sambil berjongkok, memandangi sesuatu yang kosong dengan senyuman palsu.

Kemudian kami akan pulang. Menyelam kepada masa lalu, mencari-cari diksi yang pernah kami pikirkan. Yang kadang terkesan asing, meskipun seberapa banyak terasa lebih seperti nostalgia yang lama dilupakan.

Ada keinginan sekilas dua kilas untuk merombak, di lain sisi sudah merasa lelah memikirkan bagaimana akhirnya jika terjadi begitu. Publikasi, lagi? Nah, I'm feeling drained.

Entahlah mau dibilang apa, tetapi memang akan selalu seperti itu saya tebak. Kami mulai bertanya-tanya sebenarnya alasan utama kami menulis itu untuk apa? Apakah yang kemarin sudah hasil terbaik kami? Mampukah kami melampauinya jika cukup berusaha? Ataukah, yang lampau itu sekadar senang-senang tanpa ada maksud dan isinya. Mungkin semuanya benar, sebagian salah. Bisa jadi semuanya salah, tidak perlu benarnya. Bukankah tergantung orang yang membaca?

Saat saya memandangi langit-langit dan teringat salah satu tokoh yang saya lahirkan, ia membuatku kegirangan mengingat waktu-waktu di mana saya menantikan masa terbit setiap hari ... saya rindu. Saya mengangeni kata-kata aneh yang selalu saya tulis tanpa berharap orang akan tahu maksudnya. Namun, saat orang-orang mulai menciptakan skenario seenaknya, hati tergelitiki ingin berkomentar balik dengan api yang membara, "Bukan begitu maksudnya."

Loh, 'kan balik lagi ke undang-undang nomor satu, terserah yang baca.

Baru lihat undang-undang nomor dua, terserah yang menulis.

Mana yang terbalik?

Mereka bilang tulisan kami vulgar, saat dihilangkan dicarilah ia seperti kebutuhan

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Mereka bilang tulisan kami vulgar, saat dihilangkan dicarilah ia seperti kebutuhan.

Mereka bilang sayang nulisnya beginian, saat benar-benar berpaling dari sana ... eksistensi mulai dipertanyakan, tembok kokoh rubuh menjadi kerapuhan; apa-apa kok dikomentari?

Saya menulis untuk saya sendiri.
Kenapa perlu dipublikasikan?
Saya tidak perlu dilihat.
Tetapi kamu ada di tengah-tengah.
Saya ingin senang.
Orang lain tidak senang.

Mau pilih yang mana saja dunia ini tidak ada benarnya.

Sekarang pun demikan, jam 02.02 pagi dan ayam tetangga sepertinya sedang buta. Ia berkokok jam segini di mana matahari muncul sedikitpun sahaja tidaklah mungkin. Bisa jadi begitu pula sosok saya, lima tahun lalu, yang menulis bebas tanpa memikirkan apa-apa pada hari esok.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Nov 15, 2023 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

ketika usiamu hampir tiga puluhWhere stories live. Discover now