48. Disposition

9 3 2
                                    

Semuanya gelap

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Semuanya gelap. Tak ada bau yang bisa diendus, atau suara yang bisa didengar. Tanganku diikat ke belakang dan mulutku disumpal dengan sebuah kain. Aku mencoba melepaskan penutup mata yang diikat kuat di kepala. Namun percuma, semua usahaku hanya menghabiskan tenaga.

Dia berhasil menangkapku dan melemparkan Pak Pram ke dalam danau kaca. Aku tidak bisa menyelamatkannya, dia tenggelam tanpa bisa melawan. Tubuhnya dihempaskan seperti selembar kertas. Begitu mudah ditaklukkan.

"Kau pikir, kehadirannya di sini bisa menyelamatkanmu, Hana!" Aku masih ingat apa yang dia katakan padaku waktu itu. "Dia tidak lebih hanya beban untuk hidupmu. Kelak, akan banyak kesulitan dan kesusahan yang menderamu. Lebih baik kau tetap di sini bersama kami. Aku akan berjanji melayanimu sepenuh hati."

Namun, apa yang sudah dia lakukan padaku sekarang? Mengingatku di dalam ruangan gelap seperti ini. Dan katanya akan melayaniku? Kurang ajar!

Aku mendengar suara langkah kaki yang mendekat, lalu diikuti suara pintu berderit. Seseoang mendekat dan menarik penutup mataku.

Aku membuka mata dan menatapnya lurus penuh kebencian. Dia, ajudan kepercayaan ibu, datang padaku dengan sebuah nampan besar di tangannya. Dia meletakkannya di sampingku. Laun, tangannya mulai beraksi dan membuka penutup mulut dan juga melonggarkan ikatan tanganku.

"Apa ini yang kau sebut melayani, dasar setan!" Aku meludahi wajahnya.

Dia mengangkat tangannya dan siap menamparku, tetapi dia menggurungkan niatnya dan mengusap kasar wajahnya.

"Kau makhluk terkutuk! Kau tidak akan mungkin bisa memiliki aku!" teriakku kuat tepat di depan wajahnya.

Dia menutup matanya dan kembali membukanya setelah aku selesai memakinya. Lalu, dia pun berdiri tegap. Seseorang datang, dia terdengar tergesa-gesa dan muncul di hadapanku dengan wujud ibu.

"Duh, kamu ini, sudah aku bilang jangan terlalu keras padanya, masih saja tak mau mendengarkan. Syukur dia bisa lepas dari pria bajingan itu. Kalau terlambat sedikit saja, dia pasti sudah hidup sengsara di alam sana!"

Wanita berwajah mirip ibuku itu menatap ke arahku dalam-dalam. Dia mengusap peluh yang ada di keningku. Dia lalu mengambil sebuah gelas dan memberikannya padaku.

"Minumlah sayang, kau pasti kehausan."

"Siapa kalian!"

"Kau tak perlu khawatir sayang, bukankah keinganmu adalah tetap bersamaku?" kata wanita berwajah ibu.

"Ibuku tidak sebusuk kamu! Ibuku wanita lembut yang sangat penyayang, dia tidak kejam sepertimu!"

Mata wanita itu seperti menyala, aku berhasil membangkitkan amarahnya. Dia berdiri di hadapanku dan meraih kerah kemejaku. Mungkin, sebentar lagi tubuhku akan melayang dan mendarat di lantai.  Aku sudah siap, kalaupun harus mati, aku akan memilih mati saja. daripada tetap di sini bersama dua orang gila ini.

Cafe Jasuke Just Okay (Complete Story)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang