Bab 4 - Belajar Pengetahuan Bumi

1 0 0
                                    

Sejak mereka berdua sudah masuk ke dalam tempat sekolah yang sudah dipelajari Sang Penulis sebelumnya.

Saat mereka tiba di lobi sekolah cukup bagus, suasana cukup ramai dengan banyak siswa sibuk mengobrol, belajar, dan lain-lain dengan seragam baju putih dan celana abu-abu.

Semua siswa mulai memperhatikan keberadaan kami berdua sedang berdiri saat melihat kondisi tempatnya cukup sulit disembunyikan diri.

Deon mulai menoleh ke Sang Penulis "Apa kita perlu menyegel ingatan mereka?".

Sang Penulis menolak dan menjentikkan jari lagi untuk membekukan aliran waktu di alam semesta seolah-olah semua menjadi diam seperti video dihentikan dengan "pause", kemudian Sang Penulis menggerakkan tangan ke depan dan Deon langsung paham apa yang dia maksudkan.

Deon langsung bergerak maju lebih dulu sebelum Sang Penulis mulai melangkah lagi.

Mereka berdua sedang mengamati bagaimana perubahan dalam waktu bertahun-tahun lalu dalam suasana pembekuan waktu sendiri.

Sang Penulis mulai bertanya "Apa Deon ingin mempelajari dunia pengetahuan bumi sekaligus?" sambil berjalan pelan bersama Deon.

"Ya, mau semuanya" langsung dijawab Deon tanpa ragu.

Sang Penulis mengangguk kepalanya dan menunjukkan ke arah tempat perpustakaan sekolah dengan jari telunjuk.

Kemudian, kita berdua langsung menuju ke sana tempat yang ditujukan dengan buru-buru.

Setelah itu, Sang Penulis mengucapkan "Ubahlah perpustakaan menjadi perpustakaan segala catatan pengetahuan tanpa akhir di segala sesuatu baik awal maupun akhir" di dalam perpustakaan.

Set--- Tiba-tiba di bagian dalam perpustakaan berubah menjadi perpustakaan jauh lebih luas dan lebih besar lagi sampai titik tidak dapat dilihat oleh mata seakan perpustakaan tanpa berujung sama sekali. Perpustakaan juga berubah cahaya putih kekuningan menyelimuti segala ruang perpustakaan tersebut dan banyak rak berisi sebanyak 70.000 buku yang bergerak terus-menerus. 

Setiap buku yang berisi 70.000 konsep berbeda masing-masing tanpa adanya kesalahan sama sekali. Setiap konsep memiliki 70.000 ilmu percabangan yang dapat dipelajari oleh siapa pun dengan mudah. Namun, sebenarnya ini tidak dapat digunakan secara sembarangan karena risikonya dapat membebani dunia pikiran manusia yang berlebihan sampai jiwa dihancurkan sendiri ketika ingin mempelajari satu buku saja bahkan juga semua buku menggunakan bahasa Sanskerta Emas yang dipelajari sama dari hanya Sang Penulis dan Deon, Sang Kematian yang menguasainya.

Seandainya membaca satu huruf Sanskerta Emas itu dapat diartikan sebanyak lebih dari 70.000 kata disusun. Maka mustahil dapat diterjemahkan sebanyak itu dalam waktu singkat untuk makhluk apa pun kecuali bagi "Makhluk yang Lebih Tinggi".

Dengan kata lain, Sang Penulis dan Sang Kematian merupakan salah satu dari "Makhluk yang Lebih Tinggi".

Mereka sudah berada di perpustakaan tersebut dengan suasana cukup baik.

Deon langsung membaca buku-buku yang perlu dipelajari tentang dunia pengetahuan bumi di setiap rak yang melewatinya, sedangkan Sang Penulis mulai menulis segala setiap huruf, teks, kalimat, paragraf, dan pengetahuan yang diciptakan dengan bahasa Sanskerta Emas seakan dia menulis satu gerakan dapat menciptakan satu buku sehingga membentuk 70.000 buku yang disusun mulai dikategorikan ke dalam rak yang ditentukan sesuai takdir Sang Penulis yang diberikan.

Beberapa hari kemudian, Deon menyelesaikan semua buku yang dipelajari dan mulai menutup buku yang terakhir sehingga dia mengembalikannya ke rak sebelumnya dengan menghela napas.

Deon menoleh tatapan ke Sang Penulis yang sedang masih menulis buku lagi. Tidak lama kemudian, Sang Penulis mengakhiri tulisan penciptaan dengan mulus dalam kondisi bahagia begitu.

Deon langsung memeluk tubuh Sang Penulis terkejut yang sudah mau berdiri.

"Sang Penulis... Tulisan kamu menakjubkan bagaikan tulisan menjadi catatan waktu takdir yang diciptakan sendiri" ucap sambil menatap ke wajah Sang Penulis.

Sang Penulis menggelengkan kepala "Itu hanya bukan apa-apa apalagi aku hanya manusia lemah yang diciptakan di bawah kehendak takdir" masih dipeluk Deon.

"..." ucap diam sejenak dalam hati Deon.

Deon melepaskan pelukan dan berkata "Baiklah. Aku mengerti maksudmu. Mari kita berdua keluar dari sini" sambil memegang bahu Sang Penulis.

Kita berdua langsung pergi dari perpustakaan maka perpustakaan berubah menjadi kembali semula seperti biasa tanpa disadari oleh para siswa yang menggunakannya.

Sang Penulis mengucapkan "Bergeraklah aliran waktu" terjadilah semua momen mulai bergerak seperti biasa.

Deon langsung menemani Sang Penulis pergi kembali ke rumah Sang Penulis melalui celah ruang dan waktu yang digunakan tadi lagi.

Setelah itu, kita berdua sudah berada di rumah Sang Penulis. Sang Penulis berniat mandi lebih dulu soalnya sudah lama berada di perpustakaan sebelumnya sehingga Deon mengingat semua pengetahuan bumi ternyata baik sekali, namun kebanyakan terdapat kesalahan dalam pengetahuan yang telah dipelajari tadi.

Deon menghela napas dan menoleh ke atas langit kamar tidur sambil berkata "Sang Penulis memang kesulitan karena "itu" ya" dalam hatinya.

Deon memikirkan mengapa Sang Penulis harus mengalami seperti itu dengan takdir kejam begitu di dunia bumi tinggal Sang Penulis di sini.

Tidak lama kemudian, Sang Penulis kembali ke kamar dan memakai pakaian kembali semula, tiba-tiba Deon menatap bertanya pada aku.

Mengapa kamu harus melakukan sejauh ini di kehidupan manusia seperti ini pada kamu?

Sang Penulis mengangkat bahu sambil berkata "Mungkin... aku tidak yakin begitu. Saya harus bersyukur atas semua itu pada aku selama hidup di dunia bumi ini" pada Deon.

Sang Penulis ingin berkata lagi "Deon, kamu juga sama diciptakan oleh aku dengan imajinasiku ditaruhkan ke dalam cerita dirimu dan diriku sebagaimana seharusnya" memegang bahu Deon.

Deon langsung mengangguk kepala mengerti maksudku setelah mendengar saya berkata tadi.

Sang Penulis membalikkan badan dan langsung menulis cerita berlanjut di kamar aku tetap sunyi lagi.

Deon melihat aktivitas Sang Penulis berlanjut sebagaimana keinginan manusia sendiri di bumi. Sementara itu, Deon santai menyaksikan segala arah takdir yang mengalir di sekitarnya saat berbaring tidur di atas ranjang milik Sang Penulis.

Faktanya, Deon selalu menyaksikan takdir selalu berubah ketika muncul kelahiran dan kematian takdir setiap detik waktu pada segala sesuatu tanpa henti saat itu.

Beberapa jam kemudian, Sang Penulis selesai bekerja itu dan kembali membaringkan diri tidur di atas ranjang Sang Penulis bersama Deon masih berbaring diri.

Deon berkata "Sang Penulis... kamu sudah selesai?" sambil menatap Sang Penulis meraih ranjangnya.

"Ya sudah beres. Tapi maaf aku harus tidur lagi" Sang Penulis langsung mengubah posisi tidur sebelah kanan di ranjang bersama Deon itu berada di sebelah kiri.

Deon melihat Sang Penulis langsung tidur di atas ranjang sebelahnya.

Kemudian, Deon langsung memeluk Sang Penulis tertidur dari belakangnya di sebelah dekat di atas ranjang sama.

Deon berbisik pelan "Setidaknya Sang Penulis sudah rindu mimpi abadi tentang siklus kehidupan dan kematian berulang tanpa batas, wahai Sang Penulis" saat memeluknya.

Saat momen itu, kami tidur bersama di ranjang di malam itu suasana penuh hening dan dingin bagaikan langit biru menyelimuti segala arah di kamar Sang Penulis.


Sang Kematian x PenulisWhere stories live. Discover now