Bab 5 - Kebenaran Dunia

1 0 0
                                    

Esok pagi hari itu, Deon bangun sendiri lebih awal sebelum Sang Penulis bangun, Deon mulai menoleh kanan kiri sekitarnya dan menatap pada Sang Penulis yang masih tertidur di atas ranjang.

Kemudian, Deon mulai berdiri dari ranjang dan melambaikan tangan dari kiri ke kanan untuk menampilkan perubahan segala takdir yang sedang dijalankan. Deon mulai menyaksikan segala perubahan setiap waktu di setiap dunia atau mana pun.

Tidak lama kemudian, Deon mulai menyadari ada takdir yang tidak bisa dibaca di tampilan segala takdir yang ditentukan.

Takdir yang tidak bisa dibaca itu merupakan takdir tak bernyawa karena secara teknis, tidak ada makhluk mana pun yang dapat mengetahui takdir sendiri dalam masa lalu, masa kini, dan masa depan sekaligus bagaikan seorang membaca buku catatan kehidupan suatu makhluk, namun bagian dalam halaman-halaman berisi hanya masih kosong.

Deon menemukan ada hanya dua takdir tak bernyawa ditampilkan di antara berbagai takdir dan menoleh diri dan Sang Penulis. Dengan kata lain, takdir tak bernyawa telah terikat pada Sang Penulis dan Deon, Sang Kematian sendiri masing-masing.

Padahal Deon mengetahui takdir tak bernyawa selalu menghadapi segala cobaan baik kecil maupun besar ditimpakan kemudian dapat karunia tak terduga kapan pun di mana saja. Bahkan juga takdir hanya bisa ditentukan oleh diri sendiri.

Deon mulai memahami alasan takdir tak bernyawa telah terikat pada Sang Penulis karena Sang Penulis sendiri yang telah menjadi orang yang kekurangan seumur hidup adalah menjadi orang yang cacat pendengaran atau orang tuna rungu selama hidup.

Deon mulai merasa kasihan dengan wajah sedih pada Sang Penulis telah susah payah menghadapi kehidupan sehari-hari tanpa pendengaran sama sekali bahkan ada kadang-kadang teman Sang Penulis bersedia membantu.

Deon langsung mendekati Sang Penulis dan berbisik lirih "Sang Penulis, kenapa kamu selalu merahasiakan dirimu tentang takdir tak bernyawa atau apa yang kamu miliki?"

Kemudian, Deon menjauh dan menghela napas tidak tega melihat Sang Penulis sedang menjalankan dunia sekejam seperti itu.

Tidak lama kemudian, Sang Penulis bangun tidur dan menoleh pada Deon sambil menggosok mata.

Sang Penulis bertanya pada Deon dengan wajah heran "Ada apa? Kenapa Deon kelihatan seperti sedih pada aku?"

Deon menjawab "Barusan saya memeriksa segala takdir yang ditentukan, kemudian baru sadar ada dua takdir tak bernyawa telah mengukir pada Deon, Sang Kematian dan Sang Penulis sendiri." sambil mengacungkan telunjuk jari ke dada Sang Penulis.

Sang Penulis menjawab tersenyum "Jadi kamu mengetahuinya. Tidak ada hal yang bisa disamakan sebagaimana kamu melihat. Dunia ini selalu kejam pada setiap makhluk hidup yang diciptakan demi ujian kehidupan untuk memberikan catatan amalan di akhirat pada Tuhan Yang Maha Esa." sambil menunjukkan telunjuk jari ke atas.

Deon mulai menoleh ke atas langit kamar tidur Sang Penulis sambil bergumam diri "Tuhan Yang Maha Esa, mengapa selalu memberikan ujian berat bagi manusia seperti Sang Penulis sendiri?"

Sang Penulis menenangkan Deon sambil menjawab yakin "Tidak ada yang bisa melawan takdir yang ditentukan kecuali diri sendiri yang menentukan pilihan menciptakan takdir kehidupan terbentuk sesungguhnya."

Deon mengangguk mengerti maksud Sang Penulis dan menghela napas sambil menatap pada Sang Penulis.

Kemudian, Sang Penulis menepuk bahu Deon sambil tanya "Bagaimana jika kamu melihat hal yang lain saja?"

Hal ini membuat Deon penasaran dengan wajah heran tapi tenang melihat ekspresi Sang Penulis yang menunjukkan emosi perhatian sehingga tidak ada yang mengetahui lebih baik atau buruk tentang ekspresi emosi pemahaman sendiri pada siapa pun.

Deon menjawab ragu tapi yakin "Mungkin coba lihat kebenaran dunia yang telah sembunyikan atau terangkan?" sambil mengangkat bahunya.

Sang Penulis tertawa kecil dan mengulurkan tangan pada Deon "Yakinlah... tapi ingatlah dunia ini selalu kejam walaupun kita tidak sadar sendiri."

Deon mengangguk dan memegang tangan Sang Penulis, kemudian Sang Penulis membawa Deon dengan kekuatan hukum ruang tingkat 1 "Teleportasi Instan" dalam sekejap.

Sampai tiba di luar bumi, kita muncul di luar batasan bumi dan penuh kehampaan. Kita berdua melihat bumi berisi berbagai pulau ditutupi oleh beberapa besar awan putih dengan indah. Luar batasan bumi tidak hanya itu juga memiliki kehampaan dan terlihat kebanyakan bintang yang berkilauan sebentar bahkan tidak merasakan kehidupan sama sekali benar-benar sunyi.

Deon menatap bumi lalu menoleh Sang Penulis sambil tanya "Apa yang kita akan lakukan saat ini?" dengan wajah tanpa emosi.

Sang Penulis menoleh dengan menjawab senyum "Hanya kamu perlu melihat bagaimana kebenaran dunia dirahasiakan sendiri bukan karena perbuatan manusia?" menunjukkan wajah senyum yang tidak memiliki celah sama sekali.

Deon berdiam sejenak untuk memikirkan sesuatu hal yang lain. Tidak lama kemudian, Deon langsung menoleh bumi sambil menjawab "Baiklah, jika begitu. Aku hanya perlu melihat bagaimana perubahan sekitar bumi ini." maka Deon langsung menuju suatu tempat dalam sekejap dengan Teleportasi Instan.

Sang Penulis masih berdiri melayang di luar batasan bumi sambil menghela napas dengan wajah sedih dalam hati "Itu cukup sulit dimengerti bagi orang yang mempelajari kebenaran dunia sebagaimana zaman dulu kebanyakan orang tidak mempercayai kitab agama yang diturunkan dari langit seperti itu." menoleh ke atas langit yang penuh hitam berisi bintang berkilauan sebentar.

Saat itu, Deon sudah muncul di suatu tempat manusia tinggal dan menjelajah setiap tempat tanpa terlibat duniawi dengan mengamati terus-menerus selama 40 hari.

Setelah 40 hari berlalu, Deon kembali ke atas di mana berada Sang Penulis masih sama dengan Teleportasi Instan.

Deon menemui Sang Penulis yang sedang menatap bumi selama 40 hari juga dan menjawab "Aku sudah melihat kebenaran dunia sendiri" sambil mengulurkan tangan yang memegang kristal bercahaya putih hitam saling bentrok pada Sang Penulis.

Sang Penulis menoleh melihat tangan Deon yang dipegang kristal tersebut dan mengambil kristalnya. Kemudian, Sang Penulis melayangkan kristalnya sambil menyebut Sanskerta Emas sesuatu pada kristal.

Tiba-tiba kristal bercahaya putih hitam mulai bergetar luar biasa sampai retak sendiri disaksikan oleh Sang Penulis dan Deon sendiri.

Deon tanya dengan wajah heran "Apa yang kamu lakukan?" 

Sang Penulis menjawab tenang "Hanya perlu mengubah dao kebenaran terkandung di dalam kristalnya." dengan wajah menatap perhatian pada kristal yang mengalami perubahan tak terduga.

Kristalnya tiba-tiba terpecah dan membentuk kembali berulang seperti semula tapi hanya satu hal yang berubah adalah dao kebenaran yang terkandung sehingga menciptakan sejarah tidak dapat diubah dan juga menentukan nasib manusia di bumi sendiri.

Sang Penulis langsung menangkap dan memberikan kristalnya ke dalam inti bumi dengan mengacungkan telunjuk dan tengah jari bersama. Kristal dao kebenaran mulai menyebar dalam sekejap ke seluruh dunia bumi seolah-olah kekuatan tak terlihat telah menyelimuti seluruh dunia bumi tanpa manusia sadar.

Sang Penulis menghentikan tindakan dan menoleh pada Deon sambil menjawab "TIdak ada yang Deon perlu beritahukan pada aku tentang kebenaran dunia sendiri karena itu menanggung takdir yang tak terhindarkan bahkan termasuk saya sudah mengetahui kebenaran dunia juga." dengan wajah senyum.

Sang Penulis menggelengkan kepala dan memegang bahu Deon sambil berkata "Ayo kembali ke rumah saja.", kemudian pindah lagi ke rumah Sang Penulis, Sang Penulis dan Deon sudah tiba di kamar tidur Sang Penulis.

Sang Penulis kembali menulis seperti biasa aktivitasnya, Deon mengangguk kepala dan melambaikan tangan untuk melihat segala sesuatu melalui keseluruhan dimensi dan termasuk tidak terlihat,

Je hebt het einde van de gepubliceerde delen bereikt.

⏰ Laatst bijgewerkt: Feb 16 ⏰

Voeg dit verhaal toe aan je bibliotheek om op de hoogte gebracht te worden van nieuwe delen!

Sang Kematian x PenulisWaar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu