anak bungsu vs dunia

196 20 10
                                    

⚠️ warning ⚠️

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

⚠️ warning ⚠️

mental issues and suicidal thoughts. mohon di skip saja ya kalau sekiranya kalian kurang nyaman dan bisa men-trigger apapun itu.

🎶 Runtuh - Feby Putri feat Fiersa Besari🎶

***

Tuhan itu adil.

Tuhan ciptakan Jizan dengan kecerdasan luar biasa dengan segudang prestasi. Tuhan berikan pekerjaan dengan gaji besar tepat setelah ia lulus. Tuhan kirimkan teman-teman yang baik dan menerima dirinya apa adanya tanpa pamrih. Hidup Jizan terlihat begitu terencana dan nyaris sempurna.

Sampai mereka lupa kalau Jizan juga punya celah dalam kehidupannya. Tuhan tidak memberinya ijin untuk hidup dalam keluarga yang harmonis. Kedua orang tuanya berpisah sejak ia masih berumur sepuluh tahun. Ayahnya pergi meninggalkan dirinya dengan Ibu dan kakak perempuannya.

Wah ... betapa adilnya Tuhan dalam menakar porsi di setiap hidup manusia. Sungguh adil sampai Jizan berkali-kali sulit menerima keadaannya yang berbeda dengan ketiga temannya. Tumbuh dalam keluarga utuh dan harmonis selalu menjadi impiannya.

Jizan ingin tahu bagaimana rasanya tumbuh dalam keluarga hangat dan penuh kasih sayang. Bukan yang hanya berisi teriakan dan makian di setiap malamnya. Jizan ingin tahu bagaimana rasanya didekap ketika ia sedang jatuh. Bukan mengunci diri dalam kamar dan menahan isak sembari melukai dirinya sendiri. Berharap semua rasa sakitnya bisa hilang dan tidak menghantuinya setiap malam.

Jizan iri...

Seperti malam ini ... ia tidak henti-hentinya menangis sambil berteriak dan memukul kencang setir mobilnya. Sejak satu jam yang lalu ia mengelilingi ibu kota tanpa tujuan. Karena ia tidak tahu kemana ia harus pulang dan mengadu. Ini sangat menyesakkan. Menangis sendirian tanpa ada satu orangpun yang bisa menenangkannya.

Satu jam yang lalu Jizan pulang ke rumah dengan perasaan kacau. Seharian ini lelaki itu cukup dibuat pusing dan uring-uringan karena pekerjaannya di kantor kurang berjalan dengan baik. Jizan juga sudah sempat mengulur waktu pulang agar emosinya sedikit lebih mereda. Berharap tidak menjadi malapetaka saat dirinya menginjakkan kaki di rumah. Mengingat dirinya masih tinggal bersama Ibu dan kakak perempuannyaㅡJihan.

Alih-alih disambut dengan pelukan hangat sang ibu, kepulangannya justru disambut dengan omelan wanita paruh baya yang begitu ia cintai dan entah mengapa malam itu omelannya terasa begitu menyebalkan di telinganya.

"Dek! Kenapa nggak bisa Ibu hubungi? Ibu khawatir. Nggak biasanya kamu pulang jam segini." Jizan bisa melihat bagaimana sorot khawatir di mata wanita itu dengan jelas. Tapi, saat ini Jizan sedang tidak ingin diintervensi oleh siapapun. Jizan hanya ingin sendiri sembari berusaha meredakan sakit kepalanya yang nyaris meledak.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 16 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Setelah Kita Delapan Belas Tahun Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang