CHAPTER 28(Hukuman)

38 35 2
                                    

Sekolah menjadi heboh atas kejadian terkuncinya Caca didalam kamar mandi. Rafael yang mendengar tentang kejadian itu, merasa sedikit khawatir dengan kondisi Caca. Mendengar bahwa Caca telah pulang, Rafael pun bergegas menyusul Caca kerumahnya, dia tidak peduli jika dia akan dihukum kembali oleh para guru karena terlalu sering membolos.

Sesampainya dirumah Caca, dia dikejutkan dengan sebuah pemandangan yang mengerikan. Dia melihat Caca sedang diseret oleh 3 orang preman, Rafael tidak bisa tinggal diam untuk kali ini, diapun berlari menuju preman-preman tersebut meninggalkan motornya.

'Bugh'

Satu pukulanpun melayang dari tangan Rafael yang mengenai salah satu wajah preman-preman tersebut. Tidak terima dengan apa yang dilakukan oleh Rafael kepada rekan mereka, ke dua preman yang lain mulai menghajar Rafael diikuti oleh preman yang terkena pukulan Rafael. Perkelahianpun tidak bisa dihindari. Tetapi sayangnya para preman itu terlalu lemah untuk menghadapi seorang Rafael yang merupakan seorang siswa SMA.

"AWAS LO YA!!" teriak salah satu preman yang berlari bersama teman-temannya.

"Cemen" gumam Rafael.

"Rafael lo gak papa?!" tanya Caca panik.

"Iya, gue gak papa"

"Matur nuwun dek Rafael" ucap Ainur berterima kasih kepada Rafael.

"I-iya" jawab Rafael yang meskipun tidak mengerti dengan apa yang diucapkan oleh Ainur.

"Yah... ma-maksud preman-preman itu apa yah?" tanya Caca kepada Andritany.

Andritany yang mendengar pertanyaan dari putrinya, hanya bisa terdiam dan tidak bisa menjawab apa-apa, termasuk dengan Ainur. Rafael yang merasakan atmosfer diantara keluarga tersebut terasa tegang, lebih memilih untuk segera pamit.

"Eee... ka-kalau gitu Rafael pamit dulu ya om, tante" ucap Rafael.

"Nggih, ati-ati ning dalan dek Rafael" ucap Ainur menanggapi.

"Ca, gue balik dulu ya" ucap Rafael berpamitan kepada Caca.

Setelah bersalaman dengan Andritany dan Ainur, Rafael pun pergi dari sana meninggalkan keluarga tersebut yang sedang mengalami sebuah konflik.

■■■

Caca dan orang tuanya pun melanjutkan pembicaraan mereka didalam rumah.

"Yah, bu, maksud preman-preman itu apa?"

"Jawab dong, aku juga harus tahu!"

Ainur menghela nafasnya yang begitu panjang, dengan berat hati dia harus mengatakan yang sebenarnya kepada putrinya tersebut.

"Ca, maafin ayah sama ibu ya. Kita ngejadiin kamu jaminan kepada pak Purnama, kamu nurut aja ya nak"

"Ma-maksud ibu apa?" tanya Caca dengan menahan air matanya.

"Kita ngejadiin kamu jaminan kalau kita gak sanggup bayar... kamu akan menikah dengan pak Purnama!"

'Deg'

Mendengar ucapan dari sang ibu, Caca tidak habis pikir jika orang tuanya akan tega melakukan hal tersebut kepada dirinya. Jantung Caca berdebar sangat kencang seperti akan copot, rasanya benar-benar sakit untuk menerima kenyataan tersebut.

"Gak!, aku gak mau!, kenapa ayah sama ibu tega ngelakuin itu?!"

Caca berdiri dari sofa yang ia duduki dan membentak kedua orang tuanya tersebut. Andritany yang melihat putrinya bersikap seperti itu ikut berdiri yang diikuti oleh Ainur. Dengan matanya yang sudah membulat tajam, dan tangannya yang mengepal erat, Andritany pun membentak balik putrinya tersebut.

"BERANI KAMU NGEBENTAK AYAH, IBU KAMU?!!"

"Udah berani ngelawan ya kamu, diajarin sama siapa kamu?!"

"Sama cowo tadi?, dia pacar kamu?!, terus yang ngajarin kamu kaya gini itu dia?, iya?!"

"Ini semua gak ada hubungannya sama Rafael yah!" ucap Caca yang gemetar ketakutan.

"Berani kamu sekarang ya?!!"

"Ikut ayah!"

Andritany pun menarik tangan Caca dan membawanya kekamarnya. Setelah berada dikamarnya, Andritany pun mengambil sapu lidi yang ada dibawah ranjangnya lalu memukul anaknya menggunakan benda tersebut sekuat tenaga. Ainur hanya bisa menangis melihat putrinya yang sedang dipukuli tersebut, dia tidak berani untuk melawan suaminya yang sedang dipenuhi oleh amarah.

■■■

"Njiir, si Caca kapan dah masuknya?" tanya Shinta kesal.

"Gak tau, udah 3 hari dia gak sekolah" ucap Indah.

"Tapi tenang aja, nanti juga dia sekolah lagi kok" ucap Indah menenangkan Shinta.

"Iya juga sih"

                          ■■■

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

■■■

Karena merasa khawatir, Rafael pun berkunjung kerumah Caca untuk menjenguknya. Dengan membawa buah tangan, Rafael pun mengetuk rumah Caca.

"Ngapain kamu kesini?!" tanya Andritany yang membukakan pintu dengan nada kesal.

"Sa-saya mau ngejenguk Caca om" jelas Rafael.

"Cacanya lagi tidur, mending kamu pulang sana!" tegas Andritany.

"O-oh, gitu ya om. Yaudah, kalau gitu ini om, ini buat Caca"

Rafael menyodorkan martabak yang ia bawa kepada Andritany. Martabak itu pun diterima oleh Andritany.

"Kalau gitu... saya pamit ya om. Permisi" pamit Rafael kepada Andritany.

5 Kisah (END)Where stories live. Discover now