Chapter 1

121 49 214
                                    

Bolos Mapel


"Ve, itu gede banget 'kan buahnya?" Tunjuknya ke arah buah mangga di taman belakang sekolah.

"Lah, gue lupa gak bawa plastik, Sel." Dia Shaveana Ningrum, seorang siswa teladan di SMA Laksamana. Saking teladannya Vea, hampir semua guru yang ngajar di kelasnya frustasi sama tingkah Vea.

"Ck, gak usah. Gue ambil entar kita makan di sini aja."

Nah, kalau yang ini namanya Machella Vidianty. Sama seperti Vea, tapi Sella ini adik kelasnya Vea meskipun dari tinggi badan lebih unggul Sella.

"Sip."

Mereka saat ini sedang di taman belakang sekolah. Padahal, ini masih jam pelajaran berlangsung. Tapi, dua orang ini sudah biasa bolos di jam pelajaran terakhir. Jangan di tiru!

Lagi sibuk panjat pohon mangga, Sella tiba-tiba menjerit. Ternyata dia di kerubungi semut merah di atas sana. Untung mangga yang dia petik tadi sudah di ambil sama Vea.

"Anjir! Semut sialan! Untung aja mangganya udah gue petik."

Vea hanya cekikikan lihat sobatnya mencak-mencak gegara semut. Semutnya punya dendam kesumat sama Sella, batin Vea.

"Udah cukup ini aja, Sel."

Vea mulai mengupas kulit mangganya dengan gigi. "Manis, Sel." Dia memberi mangga yang sudah di gigit tadi ke Sella yang sudah berdiri di sebelah dia.

"Jelas manis, 'kan ini mangga manalagi, Vea!" Kejengkelan Sella di sambut tawa geli Vea.

Setelahnya mereka pergi dari taman ke kelas masing-masing. Apalagi kalau bukan ambil tas. Jadi, nanti kalau sudah bel bunyi mereka langsung ngacir pulang.

"Sel, kalo udah lo tungguin gue di kantin aja!" seru Vea sebelum masuk ke kelas. Untung kelas lagi kosong gak ada guru, Vea bernapas lega.

<<<>>>

Pulang sekolah dua orang ini gak langsung pulang, melainkan mampir ke minimarket. Mulai masuk sampai 30 menit di dalam ruangan berAC itu mereka gak dapet apapun dan berakhir mereka ambil air mineral sama teh kemasan botol, itu saja.

Saking lamanya di dalam minimarket dan hanya ambil dua botol minum, pelayan-nya sampai geleng-geleng kepala. Apalagi mereka masih pakai seragam sekolah.

Selesai bayar dan keluar dari minimarket, mereka gak langsung pulang tapi nongki-nongki dulu di depan minimarket sambil foto selfie.

"Pulang yuk, Sel. Badan udah lengket, nih!"

Sella naik ke motor scoopy merah kesayangannya lalu di susul Vea duduk di belakang. Selama perjalanan gak ada suara apapun karena memang sudah lelah nan letih pengen rebahan di kasur.

Motor scoopy Sella masuk wilayah perumahan setengah elite. Sampai di rumah berpagar putih ada tulisan 'Blok AD 14' motor Sella berhenti. Vea turun lebih dulu, buka pagar biar Sella dan motornya bisa masuk.

Sella dan Vea ini memang sudah tinggal berpisah sama orang tua. Bukan, bukan berarti mereka ada masalah, tidak. Rumah yang sekarang di tempati adalah rumah hasil jerih payah mereka berdua dari vlog dan endorse. Jadi, mereka milih hidup mandiri hanya berdua saja di rumah itu.

Di rumah itu ada dua kamar, satu dekat ruang tengah, yang satu lagi dekat dapur. Nah, yang kamar dekat dapur ini di tempati sama Vea, karena dia memang suka tempat yang paling belakang. Jadi, Sella pun menempati kamar yang depan dekat ruang tengah atau ruang keluarga, kebetulan Sella ini anaknya takut sama hantu.

"Vea! Lo gak masak? Gue laper, nih!" Sella menggedor pintu kamar Vea sambil memegang perutnya. "Vea! Lo tuli, ya?!"

Karena masih gak dapat jawaban, Sella langsung buka pintu dan nyelonong masuk ke kamar Vea. Di atas kasur, Vea tidur nyenyak setelah mandi. Menghela napas kasar lihat orang yang di harapkan bisa masakkin dia ternyata sudah di alam mimpi.

"Gue go-food aja lah. Kayanya dia lagi kecapekan." Sella putuskan keluar dari kamar Vea dan duduk di sofa ruang tengah. Nyalakan tv sambil nunggu pesenan datang.

<<<>>>

Malam hari ini, Sella dan Vea ada jadwal ngaji di musholla dekat rumah. Pengajian ini hanya diisi sama kaum remaja seperti mereka. Jalan berdua ke musholla sambil ngerumpi ringan ngejulid ibu-ibu tetangga yang suka pakai pakaian ketat. Kalau kata Vea yang mendadak jadi ukhti, orang yang pakai pakaian ketat tuh ibarat 'berpakaian tapi telanjang' dan Sella percaya itu. Bentukkannya jadi kaya lepet.

Waktu sampai di musholla ternyata pengajian sudah di mulai. Dan pengisi ceramah hari ini seorang ustadz muda yang ganteng pakai banget. Vea yang biasanya cuek sama cowok saja langsung senyum-senyum sendiri lihat ustadz muda di depan lagi ceramah panjang lebar.

"Ve, ganteng banget itu ustadz-nya," bisik Sella. Dia gak bisa diam kalau sudah lihat yang cakep-cakep.

"Hm, pengen bungkus terus simpan deh di gudang," celetuk Vea membuat Sella pukul kepalanya. "Aduhh... sakit, Sella!"

"Nggak sekalian aja di museumin, Vea?!" Vea hanya cekikikan lalu balik menghadap depan. Yang cakep-cakep gak boleh di lewatin, pikir Vea.

Sedangkan ustadz di depan sana malah gagal fokus sama dua cewek agak gesrek ini. Waktu yang lain fokus perhatiin dan mendengar sesi ceramah si ustadz, eh Sella sama Vea malah bisik-bisik tetangga di ujung paling belakang.

Selesai dan pulang dari pengajian, bukannya tidur karena besok masih harus sekolah, mereka malah nonton film horor sampai tengah malam. Berujung, Sella si penakut gak bisa tidur karena kebayang sama wujud setan yang ada di film tadi.

Beda hal sama Vea yang sudah di alam mimpi. Kalau Vea itu gak kenal takut sama hantu, dia takutnya sama hewan kecil bernama kecoa. Kata Vea bukan takut tapi geli.

Karena gak bisa tidur, Sella mutusin buat main hp saja. Nanti juga kalo ngantuk bakal ketiduran, pikir Sella.

Baru saja buka hp, ada notif chat dari teman sekelasnya tanya tugas dari pak Bowo yang ngajar bahasa indonesia.

"Lah, gue lupa belum ngerjain PR-nya Pak Bowo." Sella menepuk keningnya sendiri. Mampus, nih. Mana Vea jam segini udah di Antartika lagi, dumelnya dalam hati.

Next???

HangoutWhere stories live. Discover now