BAGIAN 8

162 15 2
                                    

“Ya ampun Zoya, akhirnya lo masuk juga” Sasti langsung memeluk erat Zoya begitu pula dengan Rara

“Lo kenapa sih Ca, kita tu khawatir banget sama lo. Ngga biasanya lo bolos sampe berhari-hari” Cecar Rara

“Duduk dulu ngga sih?” Sindir Zoya

“Oiya, ayo-ayo” dengan tidak sabaran Sasti dan Rara menggeret Zoya ke bangku yang masih kosong. Saat ini mereka sedang ada di kelas, menunggu dosen mata kuliah Hukum Acara Pidana masuk, ini adalah salah satu mata kuliah di semester 6.

Zoya biasanya akan duduk mengisi bangku paling depan. Bukan untuk caper dengan dosen, tapi karena matanya minus. Belum lagi kalau dibelakang, ia selalu dilanda kantuk yang hebat. Namun untuk kali ini, ia memilih menuruti Rara dan Sasti yang menggeretnya duduk dibangku paling belakang.

“Jadi?”

“Jadi apa?”

“Ck, sialan Zoya!” Sasti memukul keras bahu Zoya, membuat Zoya meringis karena pukulan Sasti.

“Sakit Sas, gue bukan samsak elah” gerutu Zoya

Sasti hanya nyengir kuda sebagai balasan, “Back to topic, kenapa Lo kemarin sampe bolos gitu?”

“Ngak papa, cuman mau aja”

“Dasar anak se—”

Assalamu'alaikum” Suara Rara terhenti saat sebuah salam menyapa pendengarannya. Kelas yang tadinya riuh mendadak hening ketika dosen mata kuliah tersebut sudah masuk kedalam ruangan diiringi dengan jawaban salam dari seluruh penghuni kelas

Wa'alaikumussalam

Zoya bernafas lega, akhirnya Rara dan Sasti tidak lagi mencecarnya dengan berbagai pertanyaan. Tatapan Zoya berpindah kearah dosen yang sedang memunggungi mereka karena sedang membenarkan proyektor dengan sedikit susah payah.

Setelah beberapa menit, laki-laki tersebut berbalik, tepat saat itu juga jantung Zoya serasa berhenti berdetak. Tatapannya beradu dengan laki-laki yang notabene adalah dosennya. Suara berisik dari teman sekelas Zoya seolah lenyap entah kemana.

Disisi lain, laki-laki didepan kelas tersebut tak kalah terkejutnya saat bersitatap dengan Zoya. Dia masih ingat betul siapap perempuan yang saat ini duduk dihadapannya yang berada pada baris paling belakang. Secepat kilat, dia menormalkan air mukanya agar tidak menarik perhatian mahasiswanya.

“Itu dosen pengganti bu Widia” bisik Rara kepada Zoya yang masih mematung ditempat.

“Ekhm, baik kita mulai mata kuliah hari ini. Sebelum itu, kita berdoa terlebih dahulu. Berdoa menurut kepercayaan masing-masing, dipersilakan”

Semua orang menunduk untuk memulai doa masing-masing, namun tidak dengan Zoya. Gadis itu seperti tidak bisa menggerakkan badanya sama sekali, bahkan untuk menunduk sekalipun. Laki-laki sama dengan Zoya, keduanya malah kembali beradu tatap. Sampai akhirnya, interupsi dari Asyfi membuyarkan Keduanya.

“Pak, doanya lama sekali” ucapnya masih sambil menunduk

“Ah, iya. Berdoa selesai” Dengan serentak seluruh mahasiswa kembali mengangkat kepalanya.

“Baik, pertemuan sebelumnya saya lupa menentukan PJ untuk mata kuliah saya. Setelah berkonsultasi dengan bu Widia, bliau menyarankan untuk Pj sebelumnya yang bertugas membantu saya selama proses perkuliahan berlangsung”

“Diganti aja gpp Pak, saya mau kok gantiin” itu suara Tania yang terlenal centil seantero Fakultas Hukum. Sialnya, dia adalah teman kelas Zoya.

Kalimat Tania jelas memancing keributan dikelas. Selain centil, Tania itu juga terkenal dengan sikap carmuk nya didepan dosen. Dia tidak bisa bersikap adil dan cenderung playing victim. Hah, jelek semua watak Tania memang.

HIDDEN LOVEWhere stories live. Discover now