AITA-08

994 67 0
                                    


Hari ini hari kepergian panatua Kim bersama dengan istrinya dan juga salah satu cucunya yang meminta ikut.

"Grandma, Yeri juga ikut." Yeri menangis di dalam pelukan sang Grandma.

"Tidak sayang, Yeri ujian hari kan?"

Yeri mengangguk masih dalam posisi yang sama "dan sekarang Yeri bisa telat sekarang, jadi turunlah semangat ujiannya."

Yeri makin mengeratkan pelukannya pada sang Grandma.

"Ingat tidak perkataan Eomma mu, dia mengatakan akan liburan bukan setelah ujian Yeri berakhir." Grandma mencoba melepaskan pelukan sang cucu. Mereka berada di dalam mobil mengantar Yeri atas permintaannya sendiri yang kata akan merindukan sang nenek.

"Hiks tapi Yeri ingin ikut Grandma."

"Yuu dasar cengeng."

"Grandpa lihat Wendy unnie."

Wendy langsung pura-pura melihat kearah lain saat sang Grandpa melihat kearahnya.

"Sekarang Yeri turun ya, Yeri bisa telat nanti." Yeri dengan terpaksa turun dari mobil namun sebelum itu dia mencium nenek-kakeknya itu.

"Bey-bey, liburan Yeri tak di ajak."

"Ihhh unnie."

"Wae?"

Yeri tak lagi memperdulikan ejekan unnienya itu, dia langsung berjalan cepat ke dalam lingkungan sekolah bertetapan dengan bel yang berbunyi membuat secara respek berlari.

Melihat bagaimana Yeri yang berlari membuat ketiganya tertawa melihat si bontot. Mobil yang mereka tumpangi membawa mereka langsung ke bandara.

.

.

.

Setelah menempuh 12 jam kini ketiga berserta beberapa pengawal sampai di negara Swiss tempat tujuan mereka.

Pengawal langsung membawa tuan mereka ketempat penginapan untuk beristirahat.

.

.

.

Pagi berikutnya tiba setelah 2 hari mengabiskan waktu bersama sahabat panatua Kim tersisa 3 hari lagi dimana mereka, Wendy dan Grandma melihat dan menggiling negara tersebut. Panatua Kim yang memiliki berkumpul bersama sahabat-sahabatnya hingga dia melewatkan kesempatan yang paling dinanti seluruh keluarganya.

Wendy yang selalu menempel dengan sang Grandma yang memang tujuan mengapa dia meminta ikut yaitu bertemu dengan sang adik. Namun dia tidak akan sadar dengan pertemuan yang memang direncanakan oleh Grandma dan adiknya.

Brak

"Ah maaf nyonya, saya tidak memperhatikan jalannya."

Wendy langsung menahan tubuh Grandma agar tidak terjatuh.

"Tidak apa-apa nona dan maaf juga yang tidak melihat Anda." Wendy mewakili Grandma meminta maaf.

"Tidak-tidak, ini kesalahanku. Bagaimana saya meminta maaf pada Anda?"

"Uhm, bisakah Anda anak muda berbahasa Korea?"

"Kebetulan saya pernah tinggal di Korea dulu, jadi saya rasa masih bisa dengan bahasanya."

"Apakah Anda tau jalan disini?"

"Baru beberapa tahun terakhir saya berada disini dan saya tau tempat-tempat yang sering saya kunjungi saja nyonya."

"Jadi Anda juga pendatang nona?"

"Benar, perkenalkan saya Lalice, bisa dipanggil Lice" Lice mengulurkan tangganya memperkenalkan dirinya.

Wendy yang yang pernah menerima ulurkan tersebut.

"Wendy dan ini Grandma saya."

"Salam kenal nona Wendy dan uhm..."

"Panggilan Grandma saja."

"Grandma." Lice sedikit membungkuk terhadap keduanya.

"Dan panggilan aku Wendy saja." Lice hanya menganggukkan kepalanya mengangapi ucapan dari Wendy.

"Mengingat hari sudah memasuki malam, bagaimana kita makan malam saja di tempat terdekat sebagai permintaan maaf saya."

Ketiga berjalan kaki ke seberang sana yang memang kebetulan berada di depan restoran.

Mereka makan dikelilingi oleh obrolan ringan, Wendy memperhatikan gadis didepan. Gadis yang memiliki penampilan khas yaitu poni yang menutupi jidat pemiliknya.

"Apakah Grandma langsung pulang atau disini sebentar?" Lice bertanya pada wanita paruh baya didepannya.

"Sebentar lagi mungkin kami akan dijemput, jadi disina aja."

"Baiklah biar saya temani hingga jemputan mu datang."

"Terima kasih, tapi jika ingin pulang duluan silahkan."

"Saya akan menemanimu saja."

"Uhm, Grandma Wendy ke toilet sebentar ya." Wendy langsung meninggalkan keduanya.

Setelah melihat Wendy hilang dibalik tembok Lice mendekati wanita paruh baya tersebut.

"Grandma merindukanmu Lisa." Grandma langsung memeluk cucunya yang kini lebih tinggi darinya. Mata yang indah, rahang yang sempurna, kini cucunya sangat cantik saat beranjak dewasa.

"Apakah Chaeyoung bersamamu?"

"Tidak Grandma, dia sedang melakukan tugasnya dibelahan negara lain."

"Apakah dia baik-baik saja."

"2 hari yang lalu kami bertemu, dia baik-baik saja dan dia juga minta maaf gak sempat menunggumu karena setelahnya dia langsung pergi."

"2 hari lalu, sayang sekali andai Grandma tau mungkin kita bisa bertemu."

Lisa membawa tubuh Grandma nya kedalam dekapannya. Ia tau dari antara mereka Chaeyoung lah yang paling sibuk, bahkan untuk bertemu dengannya saja sudah walau berada di negara yang sama sekalipun.

Lida yang melihat Wendy yang sudah kembali, melepaskan dekapannya dan kembali duduk di tempat lagi.

"Ah, apakah lama?"

Lisa tidak menjawabnya karena sudah keduluan sang Grandma.

"Tidak, jemputan kita sudah sampai."

"Ah ya, Lice terimakasih untuk hari ini."

"No problem."

Wendy mengangguk dan memegang lengan Grandma nya berjalan kearah mobil jemputan, sedangkan Lisa melihat dari jauh saat mobil yang ditumpangi Grandma nya menjauh.


                                                          AITA.....




AITATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang