DELAPAN

326 26 0
                                    

Seorang gadis baru saja memasuki sebuah lorong yang agak gelap, dan tidak lama ia mencapai sebuah pintu, dan segera meraih gagang pintu itu.

"Kenapa baru datang?"

Gadis itu terdiam sesaat setelah menutup pintu. Dipandanginya dua orang, bukan, ada 3 orang didalam ruangan yang cukup besar itu. Dan sosok besar dari semua yang disana, sedang duduk santai dikursi tepat dibalik meja kerjanya. Gadis itu hanya berujar santai.

"Aku baru saja pulang sekolah," ujarnya. Sosok yang sedang duduk santai itu hanya menatapnya dengan tatapan menyelidik. "Jam segini? Pulang sekolah?"

"Ya! kau tidak percaya? Aku baru saja menyelesaikan tugas kelompok bersama teman-teman yang lain, jadi mana mungkin aku meninggalkannya begitu saja!" oke, sosok itu hanya terdiam saat gadis itu sudah mulai kesal.

"Sudahlah Yuya, sekarang jelaskanlah," sahut pemuda yang lain. Pemuda itu juga menatap kearah gadis itu. "Bergabunglah Chiaki,"

Gadis itu-Chiaki segera melangkah mendekatinya. "Tentu saja aku bergabung. Kalau tidak, kenapa lelaki tengik ini harus susah payah menghubungiku," ucapnya masih kesal.

"Oke baiklah!"

Takaki Yuya akhirnya bangkit.

"Aku sudah memikirkan ini dengan matang," Yuya menyebarkan tatapan matanya kepada 2 orang didepannya. "aku sudah menyusun rencana, dan kalian berdua harus melaksanakannya dengan sempurna, Chiaki," tatapan mata Yuya berhenti sebentar pada Chiaki, kemudian beralih pada pemuda yang berada disebelah Chiaki. "dan juga kau, Hikaru."

Yuya juga memberikan sebuah surat untuknya, dan juga untuk Hikaru.

Chiaki menatap Yuya dengan perasaan gusar.

Apa lagi ini?

BRAKK

"HAAAH!"

Chiaki baru saja memegangi kepalanya. Jari tangannya juga seolah-olah menjambak rambutnya. Seperti orang frustasi saja. Tapi, tampaknya memang itu yang sedang terjadi pada diri gadis itu.

Tempo hari, Yuya sudah memberitahukan rencana yang harus dilakukannya. Dan rasanya sangat berat sekali. Tapi ada untungnya juga karena lelaki itu memberi tenggat waktu. Chiaki berpikir, menjelang tenggat waktu itu berakhir, ia setidaknya masih bisa memikirkan cara untuk menyelesaikan ini semua.

Intinya, kebenaran harus diungkap dengan kebenaran!

Aneh, baru kali ini Chiaki memikirkan kata 'kebenaran'.

"Hah, apa yang ku lakukan?" Chiaki seolah bertanya pada dirinya sendiri. Tanpa banyak bicara gadis itu segera meraih tasnya, dan menyeruput kaleng minumannya dan melemparkannya tepat ke tempat sampah yang berada sekitar 5 langkah darinya.

"Yuya benar-benar sudah gila!"

Ia bersungut-sungut meninggalkan taman yang sepi itu. "Kurasa aku harus melatih skill menembakku," gadis itu melangkah menjauh dari tempat itu.

***********

"Ada apa Yama-chan?"

"Eh?" Yamada tertegun, Yuto memandanginya dengan tatapan ingin tahu. Yamada sendiri hanya nyengir tidak jelas. "Aa, nandemonai!"

Kening Yuto berkerut. "Lalu kenapa kau tiba-tiba berhenti?"

Yamada dan Yuto baru saja pulang sekolah, dan kedua pemuda itu tengah melangkah bersama menuju rumah mereka masing-masing. Namun, tiba-tiba Yamada berhenti melangkah, dan membuat Yuto terheran, bingung, sekaligus ingin tahu. Apalagi Yamada adalah tipikal orang yang sulit untuk ditebak setiap gerak-geriknya, meskipun Yuto sudah kenal lama dengannya.

DETECTIVE YAMADA: SI PEMBURU CHIPWhere stories live. Discover now