Prolog

361 36 7
                                    

Jika ada orang yang mengatakan bahwa luka karena kehilangan seseorang yang kita sayang itu bisa disembuhkan dengan mudah, maka dia telah berbohong.

Kenyataannya, kita akan merasa berduka untuk waktu yang lama, atau mungkin juga selamanya. Kita tidak akan pernah bebas dari rasa kehilangan dari orang yang kita sayang. Kita hanya bisa belajar untuk terbiasa hidup dengan rasa kehilangan itu. Mungkin kita bisa sembuh dari luka itu, kita bisa menata hidup kita kembali, namun semuanya tidak akan pernah sama lagi.

Lima tahun yang lalu ketika Seokjin dan Jungkook tidak bisa diselamatkan, Taehyung merasa jika dunianya ikut runtuh. Taehyung masih berhutang maaf kepada Seokjin dan juga Jungkook. Kesalahannya kepada mereka, terutama kepada Seokjin terlampau besar.

Taehyung mencoba bangkit, dia menata hidupnya sedikit demi sedikit dengan bantuan yang lainnya. Semuanya terasa begitu sulit, dia nyaris membunuh dirinya sendiri karena rasa bersalah yang menyiksanya. Untung saja saat itu Jimin berhasil mencegahnya.

Sekarang Taehyung hanya bisa bertahan, berharap jika suatu hari nanti dia bisa terbebas dari rasa bersalah dan penyesalannya yang dalam. Dia ingin memeluk Seokjin, meminta maaf sedalam-dalamnya pada sang kakak yang dulunya tidak pernah dia anggap anda. Dan dia juga harus minta maaf pada Jungkook karena segala kebodohan dan keegoisannya.

Dua hari yang lalu di sebuah malam yang ada di awal musim semi tanpa sengaja Taehyung bertemu dengan dua orang yang begitu mirip Seokjin dan Jungkook. Sesuatu yang nyaris mustahil, karena Taehyung masih mengingat bagaimana mereka berdua bersimbah darah di depannya meskipun ingatannya hanya berupa potongan yang tidak lengkap saja.

Yang Taehyung dan lainnya yakini Seokjin dan Jungkook sudah meninggalkan dunia ini untuk selamanya.

"Kau serius?" suara rendah Jimin terdengar.

Di hadapannya, Taehyung mencengkeram erat cangkir kopinya.

"Aku sungguh bertemu dengan mereka malam itu." ulang Taehyung meyakinkan. Jimin mungkin tidak mempercayainya dan menganggapnya sudah gila.

"Tae, aku tidak ingin mengecewakanmu tapi ini tidak mungkin." Jimin menatap Taehyung prihatin. Dia memahami sahabatnya itu, Taehyung adalah orang yang paling merasakan kesedihan di sini.

"Apa kau menganggapku sedang berhalusinasi?"

"Taehyung-ah, Bukan seperti itu, mereka sudah meninggal lima tahun yang lalu. Kita semua melihatnya."

"Tapi aku benar-benar bertemu dengan Jungkook dan Seokjin Hyung. Aku tidak mungkin melupakan wajah dan suara mereka." Taehyung bersikeras.

"Mungkin saja itu hanya orang yang mirip dengan mereka."

"Mirip? Baiklah, katakan jika itu hanyalah orang yang mirip dengan mereka. Berapa persen kemungkinan orang yang mirip dengan Seokjin Hyung dan orang yang mirip dengan Jungkook saling mengenal?" Taehyung semakin terlihat frustasi.

Jimin terdiam. Apa yang dikatakan Taehyung terdengar mustahil baginya. Jimin bisa melihatnya, ada secercah harapan di mata Taehyung. Harapan jika yang dia lihat adalah sebuah kenyataan.

"Apa kau akan memberi tahu tentang ini pada yang lain?" tanya Jimin.

"Tentu saja aku akan memberi tahu mereka, mereka harus tahu soal ini."

.

.

.

.

.

Bagi Kim Namjoon bekerja di sebuah galeri seni adalah impian yang harus dia pendam dalam-dalam. Sekembalinya dari Goldrose tiga tahun lalu, Namjoon melanjutkan sekolah bisnisnya. Bagaimanapun juga dia harus tetap membantu kedua orangtuanya untuk menjalankan perusahaan milik keluarga.

LAND OF THE ELEMENTS 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang