Lake of love

5 0 20
                                    


*Note: Catatan kaki berada di akhir cerita, tapi untuk mempermudah maka saya letakan juga artinya di kolom komen, untuk melihatnya tekan lama tulisan bernomor.

Happy Reading

🍉🍉

"Hey, katanya di desa Astra ada danau ajaib."

"Ya, aku pun mendengarnya!"

"Ada yang bilang, siapa saja yang melempari bunga lili ke dalam danau akan bertemu jodohnya, itu sebabnya banyak orang yang berkunjung setiap senja."

"Aku dengar juga sebagian dari mereka ada yang sudah membuktikannya, katanya mereka bertemu jodohnya ketika pulang dari danau ¹feliĉo!"

"Wow, bukankah itu sungguh ajaib? Aku sangat antusias!"

"Kalian membicarakan sebuah omong kosong lagi, kemarin kerajaan Galico yang konon katanya dikutuk oleh penyihir sekarang membicarakan sebuah danau ajaib yang dapat mempertemukan seseorang dengan jodohnya. Konyol sekali!" Pembicaraan penuh serbuk ajaib itu disela oleh seorang gadis yang baru saja memasuki pekarangan rumah.

Serbuk-serbuk ajaib dari imajinasi dua gadis remaja itu kini berhamburan ke tanah. "Emily! Tidak bisakah kau percaya sedikit saja informasi dari kami? Cerita sudah menyebar dan menjadi topik hangat di desa dan kau masih menganggap itu sebuah omong kosong," seru keduanya secara bersamaan sebelum melenggang memasuki rumah dengan raut wajah masam.

Emily menggelengkan kepalanya, menghiraukan tingkah laku adik kembarnya dan kembali mencuci buah-buah yang tadi dia bawa bersamanya dari lembah ²fekunda, lembah yang subur dan ditumbuhi berbagai macam tumbuhan dan buah-buahan yang menjadi milik bersama penduduk desa Sakosia.

Setelah selesai mencuci buah, Emily ikut memasuki rumah dengan keranjang berisi buah di pelukannya. Ketika pintu tertutup terlihat beberapa titik cahaya menyerupai kunang-kunang keluar dari balik tanaman perdu. Cahaya berkelap-kelip itu berputar mengelilingi rumah Emily membuat serpihan serbuk-serbuk bercahaya berjatuhan ke tanah, kemudian terbang menjauh menuju hutan hingga tak terlihat lagi cahayanya.

***
Di langit rembulan mulai muncul malu-malu menggantikan matahari yang kini sinarnya telah habis tertelan kegelapan. Tiga gadis berpakaian kumal tampak sibuk membereskan piring-piring kotor bekas makan mereka. Emily mulai menginterupsi adiknya agar bergegas tidur selesai membereskan lantai tempat mereka makan.

Dua adiknya Zhayanon dan Zhianen mulai merangkak menuju tempat tidur lalu mulai bergelung di dalam selimut, sedang Emily masih asik bergelut dengan tumpukan baju yang belum selesai dilipat. Sampai kabut putih yang terbawa angin masuk melalui setiap celah yang ada dan masuk memenuhi ruangan, membawa kantuk hinggap di mata Emily hingga membuatnya terbaring di lantai dengan napas yang teratur.

Suara belalang menjadi harmoni paling merdu malam ini, ketiga gadis berbeda usia mulai tertidur pulas. Tanpa menyadari suara berdebum keras, tak seorang pun yang terusik termasuk seluruh warga desa Sakosia.

³ "Li vekiĝis," cicit suara aneh dari atas pohon cemara dengan bahasa yang asing ditelinga.

⁴ "Ruĝa, ĉu vi disvastigis la blankan nebulon?" Suara bernada tanya dari batang pohon cemara paling pucuk menggema hingga membuat pohon itu bergoyang, tetapi suara bergema itu bahkan tak mengusik manusia sedikit pun, pertanda volume suara mereka begitu kecil bahkan berteriak pun tak sekuat cicit burung-burung pipit.

⁵ "jam fratin." Sebuah suara menyahut kemudian, lalu terlihat lah sekumpulan cahaya kecil menyerupai kunang-kunang dengan berbagai warna berhamburan dari pohon cemara. Namun, kali ini terbangnya tidaklah menuju hutan utara tetapi menuju barat tempat lembah fekunda berada.

Magic PowderWhere stories live. Discover now