10. Obat dan Bucket Bunga Mawar

143 11 0
                                    

Sosok Anya terlihat di kantin fakultas Seni Rupa Desain, menghampiri cewe dengan kaos off shoulder dibalut cardigan hitam yang melorot sampai ke sikunya. Terlihat sedang teleponan dengan seseorang, semakin Anya mendekat dan duduk disebelah cewe itu, semakin terdengar obrolan yang sedang dia bicarakan bersama pemanggil diseberang sana.

"Hah? Patah kaki?"

"Ooh terus apa?"

"IH ANEH BANGET HAHAHA." gelak Jemima tiba-tiba dengan suaranya yang keras terdengar, Anya sampai terkesiap kaget olehnya.

"Yaudah ntar gua kesitu singgah beli bucket bunga. Apa mau request jenis bunganya apa sama sekalian kartu ucapan gws?" ucap Jemima masih cekikikan.

Kepalanya mengangguk-angguk. "Okey ntar abis makan, gue otw."

Setelah itu panggilan ditutup. Jemima menoleh kearah Anya dengan wajah bingung.

"Loh sejak kapan?" tanyanya kemudian lanjut menyuapi batagor ke dalam mulut.

Anya hanya tersenyum kecut, ternyata 3 menit terakhir duduk disebelahnya, cewe itu tidak sadar dengan kehadirannya sedari tadi.

Cewe dengan model rambut alice band yang terurai begitu saja menarik perhatian Jemima.

"Ih gak gerah lu ya?" tanyanya menyentuh rambut Anya.

Anya yang hanya mengaduk minuman jus strawberry kesukaannya itu mengedikkan bahu. "Enggak kok." sahutnya singkat. "Tadi lo teleponan sama siapa?" tanya Anya ragu-ragu. Sebenarnya dia dari tadi penasaran karena mendengar obrolan Jemima dan orang yang berbincang dengannya di telepon menyebut soal bucket bunga dan patah kaki. Apa ada seseorang yang sakit?

"Oh!" seru Jemima terkesiap, seakan sadar oleh sesuatu. Kebiasaannya yang dari dulu suka melupakan hal-hal secara sesaat kemudian baru sadar lagi saat diingatkan atau diungkit hal tersebut. Pikirannya mudah teralihkan.

"Tadi si Rey nelpon, minta beliin bucket bunga kalo mau ke kontrakan." ucap Jemima, kemudian meminum es nya yang sudah hampir mencair.

"Kontrakannya Rey?" tanya Anya lagi.

"Yaiyalah masa kontrakan Wahyu." celetuknya asal menyebut nama orang.

"Si Rey patah kaki?" tanyanya Anya LAGI, KEPO AMAT SIH NENG?????

"Kagaaaaa bukan Rey astaga." jawab Jemima mulai frustasi ditanya-tanya seperti mau wawancara kerja saja. Ya lu sih lagian ngapa jawab setengah-setengah juga Mim

"Gue tadi rencananya mau ke kontrakan Rey, ambil jaket gue ketinggalan. Terus Rey bilang kalo kesitu ntar sekalian nitip bucket bunga, gue tanya buat siapa? Kalo buat cewenya gak mungkin, Rey gak pernah libatin urusan cewenya sama gue. Jadi dia bilang, Ares butuh bucket bunga. Tu anak udah seharian gak mau makan, gak mau angkat dari kasur, sama minum obat." jelas Jemima panjang lebar, mengenyahkan rasa penasaran Anya.

"Terus? Kenapa Ares butuh bucket bunga?"

"Ih lu ya lola banget Anya sayang, Ares kakinya patah HAHAHA." jelas Jemima lagi sambil tertawa, mengelus kepala Anya dengan sayang.

Kemudian Anya membulatkan matanya kaget. Sulit memproses informasi dari Jemima barusan.

"Ares kakinya patah?" tanyanya mulai terlihat khawatir. Cie kok panik?

Tidak langsung menjawab, Jemima hanya memasang senyum. Menyampirkan slingbag nya kemudian beranjak dari duduk.

"Udah lo ikut gue aja, nanti gue ceritain."

Gio menghela napas berat berkali-kali, menyenderkan kepalanya di sofa sambil tangannya tidak berhenti mengelus-elus bulu tebal Wulan yang berada dipangkuannya. Kucing itu terlihat nyaman disana, yang tidak nyaman sekarang adalah Gio karena dia pusing melihat sosok didepannya saat ini.

camaraderieWhere stories live. Discover now