Mengambil langkah lebar Haechan bergegas menemui ibunya. Wanita yang melahirkannya itu memberikan tatapan kekecewaan. Haechan membenci betapa cepatnya informasi sampai ke keluarganya. Lebih cepat dari hembusan angin.
Tidak sempat menenangkan ibunya, dia sudah dipanggil menghadap bibinya.
Haechan menarik Somi bersamanya. Kasihan, wanita muda ini benar-benar kebingungan.
"Aku akan menjelaskan semuanya padamu nanti" Janji Haechan. Menarik napas sedalam-dalamnya Haechan mengangguk pada pelayan yang bersiap membuka pintu kamar tamu bibinya.
Kriiieeeetttt
Pintu terbuka.
Tap..
Tap...
Langkah demi langkah Haechan melangkah sembari tangannya menggenggam erat tangan Somi. Dia gugup setiap kali harus berhadapan dengan bibinya. Keduanya semakin dalam memasuki ruangan yang khusus bagi bibinya menerima para tamunya.
Somi terkagum-kagum dengan desain interior kamar nyonya besar Lee. Artistik kuno namun tidak lusuh, malah terlihat elegan dan megah.
"Kau datang" Ruangan ini sangat sepi. Bahkan degup jantung serta langkah kaki pelan mereka terasa menggema di telinga. Tentu saja sapaan barusan membuat kedua anak muda itu hampir terlonjak.
Seorang wanita cantik tengah sibuk menata bunga kedalam vas, dia membelakangi keduanya. Haechan berdiri dan kemudian menunduk sedikit.
"Salam bibi" Sapanya.
...
Hening tidak jawaban, kali terdengar suara patahan batang bunga mawar yang dipotong menggunakan gunting terdengar.
"Bibi, tidak ada maksudku... Karena latar belakangnya, kupikir itu orang lain... Aku tidak berbohong."
Bibinya merapikan sedikit letak bunga-bunga tersebut. Dia berbalik, menemukan keponakannya menunduk serta seorang wanita yang menatapnya kebingungan.
"Kau pasti Jeon Somi"
Somi mengangguk dan memilih menunduk, takut akan tatapan intimidasi bibinya Haechan.
"Kau ingin keluarga Lee hancur dalam semalam keponakanku tercinta?" Tanya Yoona.
"A-aku" Lidah Haechan kelu, dia tidak berdaya.
"Aku tidak mengapa kalau keluarga ini hancur... Masih ada Im dan Choi dibelakang. Sementara itu, bagamana dengan yang lainnya? Sedangkan keluarga Lee sebagai pilarnya. Jelaskan juga bagaimana bisa dirimu memuaskan dahaga keserakahan keluarga ibumu, apabila keluarga ini hancur?"
Perkataan ini menusuk sanubari Haechan, membuat dadanya sesak. Semua kebencian ibunya bermunculan dikepala.
Sekuat tenaga Haechan mengepalkan tangannya.
"Maafkan aku, bibi"
Yoona menaikan satu alisnya, wanita cantik itu bersidekap.
"Kita tidak punya pilihan, kau bisa membawa kemarahan dan kebencianmu sampai keliang lahat." Yoona memberikan isyarat agar keduanya keluar.
"Temui dia... Di kamar menantu utama keluarga"
Haechan perlahan mengangkat kepalanya.
"Bibi..." Dia menatap nanar bibinya.
"Aku tidak suka memaksa seseorang apalagi jika harus seumur hidup terikat dikeluarga Lee. Sudah cukup hari-hariku melihat kalian, para manusia munafik"
Somi terperangah mendengar perkataan Yoona. Ya Tuhan, dibalik keanggunan seseorang ternyata mulutnya sangat tajam nan menusuk.