VII

2.1K 377 111
                                    


Tentu saja dia tidak terima...

Bagaimana bisa menikahi seseorang yang tidak dia cintai atau bahkan dia temui?! Katakan, bagaimana seorang Lee Jeno bisa menerimanya?.  Dia memiliki kekasih yang walau dia tahu, keluarganya tidak akan pernah mau menerimanya. 

Tetapi, jantung Jeno berdetak keras untuknya.

Wanita pilihannya yang selalu menjadi rumahnya kala lelah... Hanya karena wanitanya orang asing...

"Aku ingin menemui orang itu, Na Jaemin. Bawa dia kehadapanku!" Sebelum dia kembali ke Amerika, orang ini harus diperingati. Tidak boleh menancapkan matanya pada keluarga Lee.

* * *

Sakit kepala, Haechan pasrah tidak mampu bertanya banyak hal pada Jaemin. Karena temannya itu sibuk menjadi sorotan. Beruntunglah ini masih dalam suasana duka, jika tidak Haechan tidak tahu seheboh apa kabar ini akan meledak.

Lagipula, kenapa Jaemin harus disini lagi sih?.

Disisi lain Jaemin menerima pesan, bahwa dirinya tengah dipanggil tuan muda Lee. Keningnya mengeryit, kemudian dia berbisik kepada Yoona.

"Putra anda ingin menemuiku, nyonya" 

Yoona termenung sesaat sebelum mengangguk,

"Temui dirinya, jika dia sedikit keras. Abaikan saja" Yoona tahu speerti apa putranya.

"Baik ibu mertua" Jaemin tersenyum jahil melihat Yoona meliriknya agak ganas.

* * *

Jaemin tahu rumah keluarga Lee besar, tapi dia tahu jika memang sebesar itu. Mengutuk didalam hati, kenapa kamar Lee Jeno ini jauh sekali? Bulir-bulir keringat bermunculan di keningnya. 

"Jika aku tinggal disini, mungkin setiap hari aku akan menggunakan hoverboad"  Dia tidak peduli jikalau keluhannya dapat didengar oleh pelayan yang menuntunnya pergi ke kamar tuan mereka.

"Tuan Na, tuan muda Lee ada didepan. Dia berjalan ke arah kita" Jaemin mendengar pelayan memberitahu di balik punggungnya. 

Mengangkat kepalanya, Jaemin bisa melihat seseorang berjalan mendekatinya. 

* * *

Bukan, bukan bermaksud pergi selagi masih berduka. Jeno ingin menenangkan dirinya dahulu, dia juga sangat sedih akan kematian kakeknya. Ibu dan neneknya terlalu konyol, dia harus keras pada keduanya. Terbersit keinginan untuk memboyong kekasihnya dan memperkenalkannya secara resmi. Mereka pasti luluh, kekasihnya memiliki pribadi baik dan rendah hati.

"Tuan muda, semua telah siap..."

Jeno mengangguk, terlalu lama menunggu orang itu, dirinya sudah diburu waktu. 

Diikuti asisten pribadinya Jeno pergi meninggalkan kamarnya. Dia tidak membawa apa-apa kecuali ponsel disaku dalam jas miliknya. Dia sudah memiliki semuanya di Amerika. Bawa badan saja tidak masalah. Kalau ada pun yang harus dibawa tentu saja asisten pribadinya yang harus mengurus.

"Tuan muda, didepan kita... Na Jaemin..." Asistennya berbisik, namun masih bisa didengar Jeno. 

Seorang pemuda, dalam balutan pakaian hitam-hitamnya. Berjalan mendekatinya sembari menghapus keringat dikening. 

Tangan yang sibuk mulai diturunkan seiring langkah yang sudah sama-sama mendekat. Tampaklah wajah tegas tetapi seperti memiliki sentuhan yang lebih lembut menampilkan pesona yang sulit dikatakan. Bibir tipis berwarna merah cherry, hidung mancung, alis lebat, serta mata yang terlihat familiar...

SUDBATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang