| chapter 02

418 62 70
                                    

"APA perlu saya membawa makan malam ke dalam kamar, Yang Mulia?"

Butler kediaman Astello berdiri di depan kamar tidur dengan perasaan khawatir. Sudah setahun Tuannya absen dari dunia luar dan selalu menutup diri di dalam kamar. Dia juga membatasi orang yang datang dengan alasan pemulihan diri kecuali kerabat yang benar-benar dekat dengannya. Siapa yang menyangka bahwa kepergian Permaisuri Diana begitu memukul perasaan Duke of Astello hingga dia menderita sakit psikis dan berujung pada trauma mendalam?

Bagaimana pun, dari sudut pandang sang Butler, Tuannya bukanlah orang yang pantas menderita seperti ini. Namun, tidak ada yang dapat dia lakukan selain terus memantau perkembangan kesehatan sang Tuan dan menjaganya dari jauh.

"Tuan?"

Mendapati tak ada jawaban, maka Butler mengetuk kembali dan mengulang dengan pertanyaan yang sama. Dalam hati berniat jika tidak ada suara maka sang Butler akan memaksa masuk meski harus dimarahi oleh Tuannya. Barulah ketika dia mendengar langkah kaki menuju pintu dan suara sang Duke, Butler kemudian bernapas lega.

"Kita kedatangan tamu. Tak sopan bila aku makan di dalam kamar," jawab Duke of Astello ketika membuka pintu kamar. Dia kemudian melangkah menuruni tangga diikuti oleh Butler menuju ruang makan.

Sesampainya di sana, anak tanpa nama tersebut telah duduk di kursi yang bagian atasnya ditumpuki oleh beberapa bantal agar sejajar dengan meja makan. Duke of Astello lantas mengambil tempat duduk tak jauh dengan tempat anak tersebut duduk. Lantas Butler mulai memberi kode kepada pelayan untuk segera menghidangkan menu. Keheningan menyelimuti suasana makan malam di kediaman Astello. Sama sekali tidak ada yang bersuara kecuali dentingan garpu dan pisau makan yang saling beradu dengan piring. Melihat kecanggungan yang terjadi, Butler berdeham dan membuka suara—memecah keheningan di ruang makan yang luas itu.

"Ekhem. Bukankah Anda harus memberi nama kepada Nona kecil kita, Yang Mulia? Sungguh aneh ketika memanggilnya tanpa nama."

Kegiatan Duke of Astello memotong steak sapi lantas terhenti. Dia mulai merenung dan sedikit berpikir sebelum kembali menatap anak kecil yang Marchioness of Dowager bawa. Perkataan Butler menurutnya tidak salah namun dia juga tidak ada niat sama sekali untuk merawat anak kecil ini.

"Fyuh."

Tetapi, Duke of Astello tak punya pilihan lain di saat kakak sepupunya sendiri yang meminta tolong. Kemudian, dia memandang Butler untuk dimintai pendapat sebab Duke of Astello sama sekali tidak dalam kondisi yang benar-benar baik untuk memberikan sebuah nama. Pria itu juga tak ingin semena-mena dan membuatnya begitu saja. Meski acuh tak acuh, anak kecil itu sudah berada di bawah perlindungan nama keluarga Astello dan sepatutnya mendapat perlakuan sebagaimana orang yang berada di bawah naungan nama Astello sendiri.

"Menurutmu nama apa yang cocok dengannya?"

Mendengar pertanyaan Tuannya, sang Butler tersenyum puas dan merasa senang. Sedikit perubahan seperti ini sungguh merupakan pencapaian luar biasa bagi Duke of Astello. Kemudian, dia dengan senang hati menjawab,

"Sepertinya hal tersebut sangat cocok bila Tuan sendiri yang memberikan."

"Hm."

Duke of Astello lantas memandang anak kecil tersebut yang sedang disuapi oleh pelayan. Selain umur, Duke of Astello sama sekali tidak memiliki informasi mengenai anak tersebut. Maka dari itu, menurutnya lebih baik jika dia bertanya tentang asal-usulnya sembari menggali informasi yang mungkin bermanfaat di masa depan.

"Dari mana kau berasal?"

"Eng?"

Dia melirik dan memiringkan kepala lantas menunjuk dirinya sendiri. Melihat hal tersebut, Duke of Astello lantas mengangguk dan menjawab, "Ya, kau."

Adopted Daughter of The Duke of AstelloDonde viven las historias. Descúbrelo ahora