| chapter 03 - sandwhich, aprhodite, dan es cokelat

620 46 7
                                    

KETIKA Brielle terbangun, mereka benar-benar sarapan bersama di dalam kamar milik Duke of Astello. Butler dengan senang hati menyiapkan sarapan mereka di pagi yang cerah ini.

Telah terhidang menu sederhana dan mudah dicerna di meja kecil seperti sandwich yang biasanya Duke of Astello makan saat sedang berada dalam suasana hati yang tidak baik. Bukan karena dampak dari keberadaan Brielle melainkan karena perasaan Duke selalu buruk setiap bangun di pagi hari.

Namun, entah mengapa hari ini suasana hati Duke of Astello berubah menjadi sedikit lebih rileks dari biasanya. Dia yang tak biasa menghabiskan sepotong sandwich—pagi ini dapat memakan lebih dari dua potong. Ini merupakan sebuah kemajuan luar biasa bagi Duke of Astello. Tetapi, apakah karena anak ini dia dapat makan dengan tenang?

Isi kepalanya yang selalu ribut kini dapat berpikir dengan santai seakan keadaannya telah berangsur-angsur membaik. Akan tetapi, terlalu cepat untuk menyimpulkan.

Maka dari itu, Duke of Astello hanya mengikuti irama dan pergerakan kesehatannya tanpa memaksakan diri. Lagipula tidak ada yang perlu dia lakukan dengan sembuh lebih cepat.

Toh, semuanya juga tidak akan ada dalam atmosfer yang sama lagi. Diana fin Astello—adik perempuannya yang baru dia temukan beberapa tahun lalu tidak akan bangkit dari kematian dan dia tetap saja merasa waktu begitu panjang untuk dapat bertemu dengan adik tercinta.

Bunuh diri yang dia lakukan juga selalu gagal dan digagalkan oleh seseorang. Entah dapat dikatakan beruntung atau tidak—yang pasti dia terkadang merasa buruk ketika mengingat bahwa adiknya telah pergi lebih dulu dengan sedikit merasakan kebahagiaan.

Apakah ketika adiknya menjemputnya sekarang adalah pilihan terbaik untuk saat ini? Sebab Duke of Astello sungguh berada dalam ambang kerisauan.

Pisau makan yang berada di sebelah tangan kanannya lantas menjadi objek yang menarik perhatian. Tak terlalu tajam tetapi cukup untuk memotong urat nadi.

"Yang Mulia, Duke."

Gerakan tangannya mengambil pisau makan lantas terhenti dan membuat objek yang dia pegang melayang di udara. Segera melirik Brielle yang duduk di depan bersamaan dengan diletakkannya pisau makan kembali ke tempat semula.

Anak kecil itu menatap Duke of Astello dengan tatapan berani tanpa ada sedikit rasa takut. Sementara itu, Duke of Astello menunggu dengan santai apa yang akan dikatakan olehnya.

"Anda cakit?" Brielle bertanya dengan nada khas anak-anak. "Anda mau mam ini?" tanyanya menyodorkan sepotong sandwich dengan isi ham dan potongan daging sapi.

Sedangkan Duke of Astello mengembuskan napas panjang dan menggeleng. "Tidak, kau makan saja. Aku sudah kenyang."

"Baik."

"Apa kau suka itu?" tanya Duke of Astello setelah beberapa saat terdiam. Matanya melirik ke arah daging sapi yang hampir habis sementara daun selada yang ada di sela roti dan ham malah belum tersentuh sama sekali. "Makan sayurnya juga."

"Elle tak suka sayul."

"Aku akan memberimu kue cokelat kalau sayurannya habis."

Percakapan tersebut membuat Butler yang berdiri tak jauh dari mereka tersenyum penuh arti. Menurutnya, meskipun Sang Tuan bertanya hanya untuk segera mengusir Brielle Aprhodite dari ruang tidur—hal itu sudah cukup mewakili kesopanan Duke of Astello. 

Bahkan ketika Brielle masuk ke dalam kamar Sang Tuan hingga tertidur di atas ranjangnya tanpa diusir adalah sebuah pendekatan menuju kesembuhan yang lumayan menggembirakan. Butler semakin yakin bahwa dengan instensnya mereka berdua bertemu—semakin mudah untuk Duke of Astello sembuh dari trauma.

Adopted Daughter of The Duke of AstelloWhere stories live. Discover now