| chapter 22 - pengaruh kuil suci

143 12 1
                                    

SELEPAS melakukan doa, Earl of Hardintons menyapa Marchioness of Dowager yang terlihat sedang berbicara dengan Countess of Belovia setelah sebelumnya mengobrol dengan Pendeta Agung.

"Marchioness of Dowager. Countess of Belovia. Sepertinya para Nyonya tengah sibuk membahas sesuatu."

Kedua wanita tersebut serempak menoleh. "Earl of Hardintons," katanya bersamaan. "Saya pikir Anda telah pulang lebih dulu." Kali ini Countess of Belovia yang menjawab. "Apakah Anda ingin bergabung bersama kami?"

"Ya, mari bergabunglah, Earl." Marchioness of Dowager menyahut. "Kita masih kekurangan orang. Bertambahnya Earl akan sangat membantu mengumpulkan bangsawan lain untuk kegiatan ini."

"Bolehkah saya tahu kegiatan apa itu, Marchioness?"

"Doa khusus."

Seketika alis Earl of Hardintons tertekuk. "Doa khusus?" katanya membeo. "Apakah kegiatan tersebut menargetkan para bangsawan?"

Marchioness of Dowager mengiyakan. "Baru saja Pendeta Agung mengatakan kepada saya bahwa dia kekurangan anggota dari kalangan bangsawan untuk dijadikan contoh teladan sehingga Pendeta Agung meminta tolong." Dia memberi jeda. "Maka dari itu, saya menyarankan diadakannya tea party untuk menghimpun anggota dari kalangan bangsawan."

"Bolehkah saya tahu untuk apa tujuannya?"

Marchioness of Dowager dan Countess of Belovia saling bertatapan. Hal tersebut tidak lepas dari pengamatan Earl of Hardintons. Muncul tanda tanya besar. Sebenarnya apa yang Pendeta Agung sedang coba lakukan kepada kaum bangsawan?

"Hanya untuk mengajak kaum bangsawan berdoa," jawab Marchioness of Dowager setelahnya. "Tentu saja ini demi kebaikan kita bersama." Kali ini, jawaban Marchioness diperkuat oleh pernyataan dari Countess of Belovia.

Tetapi, Earl of Hardintons hanya mengangguk dan menjawab asal. Lantas dia berusaha mengalihkan pembicaraan dan menargetkan Marchioness of Dowager. Berpaling dari Countess of Belovia, Earl menatap Marchioness dan bertanya,

"Ngomong-ngomong, bagaimana menurut Anda tentang doa yang dilakukan tadi, Marchioness?" tanya Earl of Hardintons basa-basi. "Apakah hati Anda telah lebih tenang dari sebelumnya?"

"Tentu saja, Earl," jawab Marchioness of Dowager lantang. "Rasanya jauh lebih baik dari sebelumnya. Seperti terlahir kembali."

"Ah, senang mendengarnya." Earl of Hardintons lantas tersenyum. "Kalau begitu saya pamit undur diri karena ada urusan."

Ketika Earl of Hardintons telah beranjak meninggalkan kuil suci; barulah dia bisa sedikit bernapas lega. Berjalan masuk ke dalam kereta kuda; dia memegang sebuah bros yang selalu dia kenakan ke mana pun Earl of Hardintons pergi.

Bros tersebutlah yang menyelamatkannya dari segala bentuk pencucian otak yang dilakukan oleh Pendeta Agung. Namun, sialnya Earl of Hardintons tak dapat menyadarkan Countess of Belovia sesaat sebelum doa dilakukan.

Kini, Marchioness of Dowager pun juga menjadi korban.

Earl of Hardintons merasa bersalah. Tetapi, dia tak punya pilihan selain lebih berhati-hati di wilayah musuh. Berpikir keras. Sebuah nama tiba-tiba muncul di benak Earl of Hardintons. Jika dia tak dapat menyelamatkan Countess of Belovia maupun Marchioness of Dowager maka biarkan dia mencoba cara ini untuk menyelamatkan mereka berdua.

Duke of Astello.

Nama itu menjadi jawaban dari segala kekhawatiran yang dirasakan oleh Earl of Hardintons.

Saat ini, dia mungkin masih beruntung karena belum ketahuan oleh Pendeta Agung tentang gagalnya pencucian otak yang dia lakukan. Akan tetapi, tak ada jaminan bahwa selamanya Earl of Hardintons akan aman.

Maka dari itu, dia sangat membutuhkan bantuan dari Duke of Astello secara langsung. Selain untuk menyelamatkan kedua sahabatnya, ini juga demi menjaga keamanan seluruh Duchy Hardintons yang dia kelola.

[]

Sementara itu, di waktu yang lain Duke of Astello merasa yakin sebelum Marchioness of Dowager berangkat ke kuil suci, dia dan Marchioness masih satu pemikiran dan satu rencana. Tetapi apa yang terjadi?

Tiba-tiba saja Marchioness of Dowager berubah pikiran. Mengatakan bahwa kuil suci baik-baik saja dan tidak berada dalam kondisi yang harus dikhawatirkan.

"Ada apa? Anda tiba-tiba berubah."

"Tidak." Marchioness of Dowager menjawab dengan penuh keyakinan. "Aku baik-baik saja." Dia memberi jeda sebelum melanjutkan, "Sebaiknya, kita hentikan penyelidikan ini. Aku seratus persen yakin kuil suci tidak terlibat dalam kecurigaanmu. Saat ini, yang harus diperhatikan adalah Brielle. Bagaimana dengan anak itu? Apakah kekuatannya telah bangkit?"

Duke menatap lama Marchioness sebelum menjawab, "Sampai saat ini, belum ada tanda-tanda signifikan terkait kebangkitan kekuatannya."

"Kalau begitu, beritahu aku jika ada perubahan."

"Tentu."

Sebelum Marchioness of Dowager beranjak pamit dan meninggalkan ruang tamu, dia melempar senyum kepada Duke of Astello seperti memberi isyarat yang tidak diketahui oleh pria itu.

[]

Kedatangan Earl of Hardintons ke Duchy Astello diwarnai rasa gelisah dan tidak tenang. Bayang-bayang ketika Marchioness of Dowager ketahuan oleh Pendeta Agung masih terpatri di benak Earl of Hardintons.

Kilas balik pada hari itu, ada sedikit rasa bersalah kepada Marchioness of Dowager karena tidak memberikan peringatan langsung. Namun, di satu sisi Earl of Hardintons juga tak bisa secara gamblang memberikan sinyal hati-hati di dalam kuil suci.

Maka Earl of Hardintons berencana memberi tahu Duke of Astello yang masih satu kerabat dengan Marchioness of Dowager tentang apa yang terjadi tempo hari di kuil suci.

Di lain sisi, surat yang menyatakan kabar kedatangan Earl of Hardintons baru saja dibaca oleh Duke of Astello ketika dia tiba dari penyelidikan yang dilakukannya diam-diam.

Bersamaan dengan kata terakhir di dalam surat yang dikirimkan Earl of Hardintons, Butler datang memberitahu bahwa kereta kuda Earl of Hardintons telah tiba di depan mansion. Maka, dengan tergesa-gesa Duke of Astello lantas beranjak pergi menyambut kedatangan Earl of Hardintons secara langsung.

"Selamat datang di Duchy Astello, Earl." Duke of Astello menyapa dan menjabat tangan Earl of Hardintons. "Maafkan saya apabila terkesan menyambut Anda tanpa persiapan. Saya baru saja membaca surat yang Anda kirim setelah perjalanan dinas. Tolong maafkan ketidaksopanan saya."

"Santai saja, Duke." Earl of Hardintons menyambut jabatan tangan Duke of Astello.

"Kalau begitu, mari kita masuk ke dalam."

Ketika pelayan telah selesai menuangkan teh ke dalam cangkir yang telah disediakan, pintu ruang tamu ditutup rapat menyisakan dua orang pria dengan gelar tertinggi di Kekaisaran Adenium.

Duke of Astello nampak terkejut dan bertanya-tanya perihal alasan kedatangan Earl of Hardintons yang terkesan mendadak. Sebaliknya, Earl of Hardintons tidak tahu harus memulai dari mana terkait apa yang akan disampaikannya nanti kepada Duke of Astello.

"Kalau boleh tahu ada apa sampai Earl of Hardintons rela datang jauh-jauh ke Duchy Astello untuk bertamu?" Duke of Astello membuka obrolan. "Sepertinya ini bukan sesuatu yang biasa-biasa saja. Ada perlu apa, Earl? Apa yang terjadi?"

"Saya pikir Anda sudah menduganya, Duke. Tetapi, ini tentang Marchioness of Dowager dan kuil suci."

Ah.

Duke of Astello sertamerta bisa menebak ke mana arah pembicaraan ini. Maka dia yang tadinya hanya berpura-pura bingung kini memasang wajah serius.

"Sebaliknya, ada yang ingin saya tanyakan kepada Anda, Earl." Duke of Astello memandang lurus ke arah mata Earl of Hardintons. "Bagaimana Anda bisa lolos dari pengaruh kuil suci?"[]

Adopted Daughter of The Duke of AstelloTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang