Bab 11 Pergi

7 4 0
                                    

"Tania!!" teriak Nala kala melihat Tania yang tergeletak di bawah ranjangnya.
"Kamu kenapa? Tan, bangun, Tan!" Nala berusaha membangunkan Tania, namun tidak ada hasilnya. Dafa yang baru datang dengan membawa beberapa makanan dari luar, sangat terkejut melihat Tania yang jatuh pingsan, apalagi bersama Nala. Daffa langsung memanggil kan dokter untuk segera memeriksa Tania. Dokter pun datang bersama suster yang mengekor di belakangnya.

"Mohon maaf, Mbak, Mas, silakan keluar dulu untuk menjaga ketenangan ruangan, " ucap suster itu dengan sopan

Nala yang ingin mendampingi Tania ditarik keluar oleh Dafa.

"Apa yang kamu lakukan pada Tania hingga dia jatuh pingsan seperti itu?" tanya Dafa seakan mengintrogasi Nala.

"Aku juga tidak tahu, aku baru datang tapi dia sudah pingsan!" jawab Nala dengan isakan yang masih tersedu-sedu.

"Daf, jujur sama gue! apa Tania sakit gara-gara ibunya meninggal dan Kevin selingkuh?" Nala mengalihkan perhatian.

"Kamu sendiri, kan, sudah tahu jawabannya, Kenapa harus bertanya!" tegas Dafa.

"Gue bisa jelasin ini semua! ini nggak seperti yang kalian kira! sebenarnya ... " Belum sempat melanjutkan bicaranya tiba-tiba dokter keluar dari ruangan Tania.

"Dok, gimana keadaan Tania?" pekik Dafa.

"Kondisinya semakin melemah, saya harap kalian sebagai teman Tania, bisa menjaga dia agar bisa segera pulih."

Nala merasa terpukul akan hal itu.

"Boleh saya masuk, Dok? saya cuma ingin menemani Tania aja, nggak lebih," ucap Dafa memohon.

"Baiklah."

"Lihat! gara-gara kedatangan kamu, Tania jadi nge-drop lagi! apapun yang akan kamu jelaskan, tolong tahan dulu sampai keadaan Tania benar-benar pulih," ujar Dafa memperingatkan. Dafa pun segera masuk meninggalkan Nala.

"Kok, jadi seperti ini, sih, kok, gue malah memperburuk keadaan," gumam Nala. Ia pun memutuskan pulang untuk menenangkan diri di rumah dan menunggu kesempatan yang tepat. Saat pulang, tanpa sengaja Nala merogoh sakunya untuk mengambil handphone-nya, namun, tak ia temukan, "lo, dimana hp gue? aduh jangan-jangan jatuh di jalan, gara-gara keburu-buru tadi? waduh gimana, dong, nggak bisa hubungin Kevin, mana gue gak hapal nomornya lagi," keluh Nala.
Sepertinya, kehilangan handphone-nya membuat ia menjadi risau karena tak ada yang bisa dimintai pendapat maupun yang mendukungnya.

*********

Tiap jam, tiap menit, tiap detik, Dafa selalu menemani Tania, menunggunya hingga sadar. Di malam yang hening dan dingin, Tania membuka matanya, ia mengedarkan pandangannya ke segala arah, matanya tertuju pada Dafa yang tertidur di sampingnya dengan memegang erat tanganya.

UHUK UHUK

Suara batuk Tania membuat Dafa terbangun, matanya yang masih sulit terbuka itu membelalak ketika melihat Tania sudah sadar.

"Tania, kamu sudah sadar? kamu mau minum?" cecar Dafa. Tania hanya mengangguki-nya. Ia belum sepenuhnya kuat walaupun hanya sekedar berbicara.

"Habis ini kamu harus istirahat lagi, biar kamu cepet sembuh," ucap Dafa sembari mengambil air putih yang ada di atas meja. Sekali lagi Tania hanya mengangguki-nya.

"Ya, udah, sekarang kamu istirahat lagi biar besok bisa lebih kuat dan segar," senyum manis Tania terlukis pada raut wajahnya.

Keesokan harinya Tania bangun dengan badan yang lebih segar dan wajah yang tak pucat lagi. Tania meregangkan badannya,
ia meregangkan kedua tangan ke udara sambil menguap untuk melepas rasa lelah.

"Tania, kamu udah sadar?" ucap Dafa yang baru masuk.

"Kamu abis dari mana?"

"Abis dari mushola." Dafa memasukan sarungnya ke dalam tas nya.
"Tuh, kan, kamu udah keliatan lebih seger dari kemaren," ucap Dafa memperhatikan Tania.

"Iya, kah." Senyumnya melebar.

"Ehh, kok pipi kamu merah sih," ucap Dafa meninggikan salah satu alisnya.

Tania membelalakan matanya, ia menutupi pipinya, malu. Dafa tertawa kecil melihatnya.

"Daffa, aku mau ngomong sama kamu." Tania mengganti topik prmbicaraanya.

"Ngomong apa?"

"Aku pengen pindah dari kota ini." senyum datar Tania.

"Kenapa?"

"Aku pengin melupakan kenangan-kenangan indah yang ada di sini aku takut jika aku di sini terus maka aku akan teringat dengan kenangan-kenangan bersama Kevin dan Nala."

"Secepat itu kamu pengin move on?"

"Aku gak mau terus larut dalam kesedihan. Aku pengin cari suasana baru, aku juga pengen punya butik sendiri jadi aku pengen jual rumah dan motor buat modal."

"Kenapa harus jual rumah juga? bukannya itu adalah peninggalan dari orang tua kamu?"

"Gapapa kok, dulu bapak pernah berpesan Sebelum meninggal, 'kalau misal kamu benar-benar membutuhkan uang untuk masa depan kamu kamu bisa menjual rumah ini jika memang ini hartamu satu-satunya.' "

"Aku nggak bisa ngelarang kamu, jika memang itu pilihan yang terbaik apa boleh buat, tapi apakah aku boleh ikut?" senyum menyeringai Dafa membuat Tania terheran.

"Ikut? kenapa?"

"Orang tuaku sudah lama meninggal, Tan, aku hidup Sebatang Kara dan orang terdekat yang aku punya hanya Kamu." Dafa memutar bola mata malasnya dengan senyum datar.

"Ihh, apa sih, kok, ekspresinya kayam gitu sih!" celetuk Tania salah tingkah, pipinya memerah lagi. Tawa kecil mereka terlepas mengudara.

"Oh, ya, Tan, kemarin pas kamu pingsan, Nala ke sini, kayaknya ada yang ingin dia bicarakan, deh, sama kamu." Dafa mengganti topik pembicaraan.

"Udahlah, jangan bahas dia, aku udah nggak mau berurusan lagi sama dia. Aku udah terlanjur sakit hati, padahal kita sudah bersahabat sejak kecil tapi dia tega-teganya menghianati aku," ucapnya dengan nada kesal.

"Bukankah sebaiknya kamu dengarkan dulu apa yang ingin dia jelaskan?" bujuk Dafa.

"Memangnya apa yang mau ia sampaikan? paling cuma pembenaran, doank," kekeh Tania.

"Ya, udah, kalo masalah ini aku nggak bisa maksa juga."

"Oh, ya, aku minta tolong, ya, kamu urus penjualan rumah aku, biar kita bisa segera pergi."

"Oke siap bos"

*********

"Udah satu minggu , pasti Tania udah pulang ke rumah," gumam Nala sembari bersiap pergi kerumah Tania.

Sesampainya disana, rumah Tania kosong.Ia berusaha mengetuk pintu, memanggil, dan melihat sekeliling rumah, tetapi tidak menemukan siapa-siapa. Namun, yang membuat Nala semakin heran adalah foto-foto dirumah Tania juga tidak ada. Nala segera pergi ke rumah murni untuk menanyakan dimana keberaadaan Tania.

TOK TOK TOK

ASSALAMUALAIKUM

Nala sudah sampai di depan pintu rumah murni

"WAALAIKUMSALAM," Murni membukakan pintu.

"Lho, Nala? ada apa?"

"Nala mau tanya, apa Tania masih di rumah sakit? soalnya saya kesana, tapi rumahnya kosong, bahkan foto-foto Tania juga tidak ada?"

"Lo, kamu belum tahu? Tania udah pulang 5 hari yang lalu, kemarin Dia pamit Kalau hari ini mau pindah,"

"Pindah? masutnya pindah rumah?" kejut Nala, "dia pindah kemana, Bu?"

"Katanya, sih, ke Semarang, tapi kalau tepatnya saya nggak tahu soalnya masih mencari di sana."

"Mereka? emang Tania sama siapa?"

"Sama Dafa."

**********

Wahhh, Nala belom sempet jelasin nih sama Tania, ehh Tania malah keburu pergi aja😨 yuk ikuti terus kisahnya dan jangan lupa vote dan komenya😉

(Hiatus)Bukan Salah Takdir Jika Kamu Bukan Jodohku Where stories live. Discover now