"Yang ku abadikan dalam cerita ini. Untuk mu, sebuah rindu yang tak pernah mampu meminta temu. Dalam uluran sang waktu. "
•
•
•
•
•
Rafanendra Arsa Dirgantara.
Cukup panggil dia Fandi. Cowok hits yang menjadi idola SMA Pilar Bangsa. Ganteng, kaya...
Ruangan ini penuh dengan teriakan dari Tama yang berada di balik pintu utama dan Saipul yang berada di ruang tamu.
"Asli, kalo bukan kawan gue udah gue sembur lu, Pul!" Tama berdecak membawa satu kardus besar pizza dan lima es teh jumbo dari kurir tadi. Pemuda berkaus abu itu mendekat kearah teman-teman nya.
"Nyenyenye." Ipul bodo amat sambil rebahan di sofa besar rumah Fandi.
Yaa, mereka memutuskan menghabiskan hari minggu ini untuk merusuh di rumah Fandi- yang biasanya menjadi basecamp mereka.
"Gi, kaki lu pinggirin." Tama menyemplak kaki Gio yang menghalangi jalan. Pemuda itu bahkan sudah tiduran menggelepar di lantai beralaskan karpet sambil menonton tv di depannya.
"Taroh aja tuh pizza di sini," Ujar Gio yang masih fokus pada tontonan kartun di depannya, dino kuning yang sedang goyang dumang.
Tama menuruti, di bantu Ipul yang membawakan es teh dan kini meletakkan nya pada meja kaca di depan mereka.
"Harusnya beli gacoan sih,"
"Kalian borong apaan dah?" Sang pemilik rumah memunculkan diri. Rambutnya masih basah, Fandi sepertinya baru selesai mandi.
"Tanya aja tuan muda itu," Tama menunjuk Gio dengan dagunya.
Fandi ikut mendudukkan diri di sebelah Gio, ikut menonton dino kuning yang bikin ketawa.
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
"Lu nonton Nailong?"
"Nelong sape?" Gio melirik pemuda berkaus hitam itu sekilas. "Dino ini?"
"Yoiiii,"
"Itu lu liat masih nanya. Ngajak berantem?"
"Mas Gio tanya baek-baek juga ngegas mulu. Mau di lempar ke Bogor lu?" Tama ikut nimbrung. Menegur kawan nya satu itu jika dia tidak sopan.