20. Another Life Namira!

795 107 88
                                    

Tidak ku sangka, waktu begitu cepat berlalu. Hari demi hari ku jalani di dunia novel ini, sekarang usia kandunganku tepat delapan bulan. Perkiraan, satu bulan lebih sepuluh hari lagi mungkin aku melahirkan.

Selama hamil tua, orang-orang di rumah kami selalu merecokiku dengan berbagai perkara. Dari mulai aku yang di larang memasak di dapur, berjalan terlalu jauh, hingga merias diri sendiri.

Semuanya di lakukan oleh para pelayan yang tak terhitung jumlahnya, Ayah bahkan sudah menyiapkan setumpuk uang di dalam tabungan masadepan. Katanya sih untuk kebutuhan anak ku kelak.

Waduh, sepertinya anak ku akan
menjadi rich baby nih!

Jika Ayahnya saja sudah kaya raya dan Kakeknya bergelimang harta, lalu bagaimana dengan nya? Mungkin anak ku akan menjadi kandidat potensial suami idaman di masadepan.

Siapa dari kalian yang ingin mendaftar menjadi menantu masadepan?

Tolong berbaris yang rapi di belakang.

Jangan membuat kegaduhan. Semuanya boleh mendaftar dan mencari peruntungan, tapi jangan melakukan kecurangan.

Tidak menerima tante-tante dalam daftar antrean, jika kamu sudah terlalu tua. Sebaiknya sadar diri dan cepat mengundurkan diri.

Jangan menjadi pedofil, tidak
lucu jika anak ku menikahi seseorang yang lebih tua daripada Ibunya.

Apa? Gak terima?

Mau menculik anak ku, ya?

Lewati dulu Bapak nya!

Di tambah lagi dengan aset-aset penting yang nantinya akan diwariskan kepadanya. Aku yakin, akan ada banyak orang yang mengincar nyawa anak ku nanti. Maverick juga sudah mengambil cuti sejak satu bulan lalu, Ia ingin menemaniku dirumah. Takut-takut kalau aku banyak tingkah.

Maklum lah. Tanpa membuat kekacauan, hidupku rasanya seperti kekurangan. Detik demi detik telah berlalu, tak terasa. Aku sudah berdiam diri di balkon cukup lama, menatap indahnya langit malam sambil memandangi bintang yang bersinar. Sudah lama sekali aku tidak melakukan kegiatan seperti ini lagi.

Berulang kali aku menghela nafas dengan gusar. Sudah dua hari ini perasaan gelisah mendatangiku, seakan sedang membombardir isi hatiku. Rasanya, ini seakan menjadi pertanda akan datangnya sesuatu yang diluar rumus aritmatika.

Sesuatu yang rumit dan sulit di terima.

Tapi sekali lagi, aku bertanya-tanya, hal seperti apa yang akan mendatangiku? 

BRAK! BRAK! BRAK!

"Duchess! Duchess! Apakah anda di dalam? Tolong buka pintunya!"

Teriakan Sylvina membuatku
sadar dari lamunanku. Aku berjalan menuju ke arah pintu, membuka knop pintu dengan pelan.

"Astaga Syl, badai apa yang habis menimpamu?!" tanyaku setelah melihat penampilan kacau nya.

Kali ini lebih kacau dari terakhir
kali saat kami melarikan diri dari hadapan penyihir agung. Bajunya tampak lusuh dengan robekan-robekan besar, wajah dan tangan nya terlihat begitu lusuh di sertai dengan beberapa bekas lecet dan darah kering.

"Duchess, tolong jangan banyak bertanya. Kita tidak sedang bercanda, sekarang pakai mantel ini dan cepat ikut dengan saya!" katanya dengan panik, aku mengerutkan alisku.

"Heh jamed, sebenarnya ada apa ini?"

"Kita akan kemana?" tanyaku.

Sylvina berjalan tertatih-tatih, menyeretku kesana kemari sambil mengendap-endap. Tak urung, aku merasa khawatir dengan kondisinya yang cukup parah. Beberapa kali aku berteriak dan menyuruhnya berhenti sebentar untuk mengobati lukanya.

Another Life Namira!Where stories live. Discover now