Part 3

77 8 1
                                    

Suara ketukan pintu membangunkan Salma dari tidur lelapnya. Ia lupa jika sudah berjanji dengan Wita mencari ruko kosong. Wanita itu bangun dari ranjangnya lalu berjalan membuka pintu. Ternyata Wita sudah berada di hadapannya.

"Ini tuan Putri baru bangun?" sindir Wita sambil menggelengkan kepalanya. Tangannya di silangkan ke dada.

Salma menyengir. "Biasa maraton nonton drama Korea." Sewaktu menikah jarang ia lakukan karena sudah terlalu lelah. Kini tidak ada kegiatan sehingga dirinya melakukan apa pun seperti sebelum menikah dulu. "Masuk," ajaknya pada Wita. Sahabatnya masuk ke dalam dan duduk di atas ranjang. "Aku mandi dulu ya."

"Iyah," sahut Wita. Sambil menunggu Salma selesai, Wita mengambil ponselnya di dalam tas. Mengecek ada chat dari teman kantornya. Ia segera membalasnya. Di grup sedang ramai karena si anak baru. Wita hanya menjadi penyimak saja. Biasanya dirinya yang rajin memberikan komentar-komentar chat temannya. Lama menunggu Salma, ia tiduran di ranjang. Sebenarnya Wita lelah dengan rutinitasnya yang hanya bekerja dan bekerja. Ingin sekali resign akan tetapi tidak pernah terjadi sampai detik ini.

Keluarganya merupakan dari kalangan berada. Ia tinggal di apartemen dan mempunyai mobil hadiah ulang tahun dari ayahnya. Wita bekerja hanya mengisi waktu luang saja. Dan salah satu alasannya juga ingin hidup bebas tanpa di awasi oleh orang tuanya. Yang penting adalah Wita bisa menjaga dirinya sendiri. Ia telah buktikan hingga saat ini. Keluarga besarnya tinggal di Bandung. Mungkin sebulan sekali mengunjunginya atau Wita yang ke sana.

Setengah jam berlalu Salma baru keluar dari kamar mandi. Wita sampai ketiduran karena kamar sahabatnya itu sangat nyaman sekali. Salma tertawa kecil melihat Wita. "Kebiasaan," ucapnya pelan. Ia segera mengenakan pakaian dan juga memoles make up di wajahnya. Membiarkan Wita beristirahat karena kelelahan mengejar dateline.

***

Wita mengelilingi kota Bogor dengan Salma menggunakan mobilnya. Sudah beberapa ruko yang di sambanginya. Namun, belum ada yang cocok juga. Mereka beristirahat di pinggir jalan Raya. Dimana banyak pedagang kaki lima yang mangkal. Lokasinya dekat dengan sekolah SMA. Wita memesan minuman. Mereka berdiri di dekat mobil.

"Belum ada yang cocok juga ya," ucap Wita.

"Iyah, tempatnya nggak strategis." Salma menjawabnya dengan lesu.

"Kalau di sini cocok nih. Dekat sekolahan ya," ucap Salma seraya memperhatikan keadaan sekitar.

"Bener, jalan Raya lagi. Banyak orang yang lalu lalang."

"Ini, Kak. Minumannya," ucap tukang es.

"Makasih ya, Mang."

Mereka duduk di trotoar. Di payungi pepohonan besar dan rindang yang tumbuh di pinggir jalan. Wita mengamati ruko-ruko yang ada di seberang jalan. Ada sebuah ruko kosong. Dengan tulisan ‘Di sewakan' seketika matanya bersinar. Mungkin ini yang namanya kebetulan tidak terduga.

"Salma, kata kamu ini lokasi yang bagus kan?" tanyanya dengan semangat.

"Iyah," jawabnya polos.

"Mungkin ini yang namanya jodoh. Coba kamu liat itu di depan," tuturnya dengan mata berbinar-binar. Ia menunjuk ke arah seberang.

Mata Salma langsung tertuju. Ada ruko kosong yang di sewakan. Deretan dengan beberapa toko seperti bakery toko sepatu dan kafe. "Nah, ini yang aku cari, Wit."

"Kita ke sana yuk, di sana ada nomor hapenya. Kita hubungi, mudah-mudahan harga sewanya nggak mahal." Wita yang begitu semangat. Ia lantas menarik tangan Salma untuk menyeberang. Di depan ruko Salma segera menghubungi nomor yang tertera. Ternyata tidak di angkat-angkat. Padahal sambungan teleponnya bagus.

TITIK TEMUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang