MANJAY

73 7 1
                                    

Pagi itu aku datang dengan binar dimata, ku kira diri ini hanya memiliki segelintir teman namun kenyataan mematahkan spekulasi itu.
Semesta membuat kejutan kecil untukku pada lima tahun silam. Ternyata aku memiliki banyak teman. Aku masih ingat betul gadis berkulit kuning langsat itu menatap ku dengan raut wajah tak ramahnya. Lalu gadis disebelahnya hanya menunduk malu tanpa berbicara sepatah kata pada orang-orang disekitarnya termasuk diriku. Ah, aku juga ingat dengan gadis yang mengintip dibelakang dinding kamar pada waktu itu. Bibir ini tersenyum karena tingkahnya. Di hari-hari berikutnya aku menemukan gadis putih bak mayat tersenyum kepadaku. Semua itu masih tercetak jelas dalam nalar ini.
Hingga akhirnya waktu membawa kami ke tempat yang sama, kemudian kami dijumpai oleh satu gadis lagi, kacamata bulat adalah ciri khasnya saat itu.
Hah, hembusan napas keluar dari mulutku. Tiga tahun terasa seperti tiga bulan saja.
padahal kami sedang berada di puncak kebahagiaan, namun temu selalu berujung pisah.
Kehilangan adalah sebuah kepastian dan luka akan selalu disampingnya.
Rasa sayang itu telah hadir sejak aku memasuki sekolah menengah atas. Gelak tawa dan candaan penuh sorak bahagia itu tak akan pernah terganti.
Tingkah abnormal mereka akan menjadi hal yang kurindukan.
Bohong jika pertemanan ini damai tanpa ada badai, namun sejauh badai menerpa, aku masih disini menyaksikan sukacita yang hadir di tengah-tengah kami.
Aku tak peduli dengan kata-kata "lebay" yang akan menghujani ku nantinya.
Aku hanya ingin waktu berhenti untuk kami yang tak ingin pisah.
Terakhir, terimakasih untuk tahun terbaik versiku.

MANJAYWhere stories live. Discover now