Ketidakmampuan

24 6 0
                                    

Perpisahan ini belum terjadi, hampir saja. Tinggal menghitung minggu.
Disaat-saat seperti ini hal yang paling ku nanti adalah ketika aku mendengar tawa canda dihadapanku. Melihat reaksi antagonis yang tak bisa ku definisikan lewat kata, menunggu teriakan pada tiap lirik lagu, berkhayal tentang sesuatu yang tak mungkin terjadi. Dan semua hal gila yang melintas dalam nalar secara acak.
Namun lagi-lagi semesta selalu punya cara berbeda. Entah untuk apa, yang pasti aku sudah merindu, jauh sebelum perpisahan itu dimulai.
Badai sebentar lagi akan berganti tentram, hujan pun sudah mereda, tapi hati ini masih pasang surut akibat ketidakmampuan menguasai arti kehilangan.
Tak ingin pusing dengan kata-kata menohok yang terlontar, karena bagiku bukan isi dari kata-kata itu, tapi seorang yang melontarkan sederet kata menjadi sebuah kalimat itu yang membuat sanubari ini bergejolak tak terima.
Walaupun pada akhirnya nalar ini menyadarkanku serta nurani yang selalu membuat diri ini melunak.
Tak bisa menafikan fakta bahwa diri ini terlalu mudah untuk menyayangi, terlalu mudah memaafkan perkara yang entah kapan akan memudar.
Sebab ini bukan sekadar pilu, namun bahagia yang juga menjadi bahan dari timbulnya kisah ini. 

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jan 30 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

MANJAYWhere stories live. Discover now