[01] Nasib Sial

255 47 0
                                    

| Apresiasi penulis dengan vote dan berkomentar, terimakasih.

-----

Sunghoon baru tiba di perkarangan sekolahnya saat bel masuk berbunyi. Dengan langkah cepat ia segera berjalan menuju kelasnya yang ada di lantai dua untuk menaruh tas punggung nya. Lorong mulai sepi karena seluruh murid sudah duduk di dalam kelas sementara sebagian yang punya jadwal olahraga seperti dirinya sudah berkumpul lebih dulu di lapangan.

Sunghoon segera berlari turun untuk pergi ke lapangan samping. Iya juga sempat melirik UKS dimana ada Shim Jaeyun, pria yang ia traktir malam tadi, kini bersandar lesu di daun pintu masuk ruang kesehatan.

Namun yang namanya Park Sunghoon mana mau perduli dengan orang asing. Dia segera berlari melewati pemuda tersebut tanpa sungkan ataupun acara menyapa layaknya orang asing.

"Darimana saja kau, Park Sunghoon?" Kim saem selaku guru olahraga bertanya pada Sunghoon yang terlambat.

"Toilet pak."

Dan beruntung nya Kim saem sedang baik dan mengangguk maklum. "Kembali ke barisan."

Sunghoon berjalan ke arah teman laki-laki nya. Ia mulai melakukan perenggangan. Lalu ikut pemanasan sesuai intruksi dari Kim saem.

Hari ini agendanya adalah main basket. Sunghoon cukup baik dalam hal olahraga, namun sepertinya hari ini adalah hari sialnya.

Dia dua kali terhantam bola basket, hantaman yang kedua membuatnya pusing bukan main di sertai mimisan. Atas perintah Kim saem dirinya di utus pergi ke ruang kesehatan untuk beristirahat.

Kriett..

"Apa- apa yang terjadi padamu?" Irene selaku guru yang memegang ruang kesehatan segera mengambil handuk di laci. Lalu menyerahkannya pada Sunghoon.

"Tidak apa, hanya di hantam bola basket."

Irene menggeleng. "Aku akan membuatkan mu teh hangat. Berbaringlah dulu."

"Saem." Sunghoon memanggil sebelum guru cantik itu pergi keluar ruangan dengan nampan teh di tangannya.

"Ya?"

"Aku minta aspirin, dimana tempat obatnya?"

Irene menunjuk dengan dagunya. "Disana, laci nomor dua."

Begitu sosok irene pergi, dengan langkahnya yang sempoyongan Sunghoon membuka laci dimana obat-obatan di simpan. Mengambil sebungkus dan langsung menelannya dengan segelas air yang sudah ada di atas nakas.

Sunghoon iseng membuka sedikit gorden di sebelahnya, ingin melihat siapa yang izin sakit di pagi hari seperti ini.

Shim Jaeyun. Sunghoon jelas ingat apa yang di katakan Wonyoung, adik kelas sekaligus rekan kerjanya itu.

Pemuda pemegang tahta tinggi di sekolah, si ketua osis. Pemuda itu memiliki wajah yang tampan, namun terkesan manis. Jangan tanya Sunghoon dia hanya asal mengucap saja. Wajahnya terlihat lebih pucat dari semalam.

Lama menatap wajah lelap sang ketua osis membuat Sunghoon pusing. Jangan tanya dimana letak yang membuat ia pusing, yang Sunghoon tau kepalanya rasanya ingin meledak.

Ia merebahkan dirinya di ranjang, menyamankan tubuhnya dan terlelap.

• • •

"-kasian sekali bukan? Dia masih remaja."

Sunghoon membuka matanya mendengar bisik-bisik di dekatnya. Ia bangkit untuk duduk sembari mengumpulkan nyawanya.

"Kudengar dia mati di racun ayahnya sendiri."

Sunghoon mengernyit. "Kenapa kau masih disini hoon? Kau tidak ke aula untuk memberi penghormatan terakhir ketua osis?"

Sunghoon jadi tau alasan ia terbangun. Duo hantu penggosip ini memang tidak tau tempat. Yeji dan ryujin, kedua hantu yang sering mesra-mesraan tidak tau tempat itu selalu mengoceh di dekatnya.

"Penghormatan apa? Dia menang lomba?"

"Makanya tidur jangan kayak orang mati." Ucap Yeji sensi.

Sunghoon merotasikan matanya malas.

"Ketua osis meninggal, pagi tadi jasadnya di laporkan oleh Lee Heeseung, sahabatnya yang biasa menjemputnya untuk berangkat bersama, si waketos."

Sunghoon, segera menyibak gorden di sebelahnya. Ranjangnya kosong, jelas-jelas ia melihat Shim Jaeyun tertidur lelap di ranjang sebelahnya. Memang sosok tersebut terlihat pucat tapi ia hanya pernah bertemu sekali dan itu semalam saat ia mentraktir dua kaleng kopi karena merasa kasihan.

"Lebih baik, kau segera menyusul ke aula. Aula sangat berisik dengan isak tangis penggemar Jaeyun." Ryujin berujar lembut. "Paling tidak kau telah memberikan penghormatan mu pada yang telah pergi."

Sunghoon mengangguk, berjalan dengan linglung menuju aula.

Seperti kata Ryujin, aula begitu berisik akan isak tangis.

"Sunghoon, kau disini? Maaf tidak membangunkan mu. Aku kaget mendengar beritanya. Dia anak yang manis dan baik, sayang nasibnya buruk." Sunghoon menepuk-nepuk pelan punggung guru cantik itu.

"Aku cukup dekat dengannya. Jadi ini benar-benar mengejutkanku. Kemarin dia masih mampir ke ruang kesehatan, sekarang dia tidak perlu lagi mampir untuk istirahat."

"..." Sunghoon hanya mengangguk. Ia berdiri di samping Irene. Mendengarkan petuah kepala sekolah dan ucapan belasungkawa yang di tujukan untuk keluarga yang di tinggalkan. Beliau juga menceritakan betapa banyak dampak baik yang sudah di terapkan pada lingkungan sekolah semenjak Shim Jaeyun menjabat sebagai ketua osis.

Pada akhir nya sekolah di pulangkan pada pukul sepuluh.

Sunghoon yang pertama keluar dari aula karena dirinya pas berada di pintu keluar. Ia naik menuju lantai dua untuk mengambil tasnya. Setelah tas berada dalam genggaman ia mulai membuka ponsel nya.

Karena sibuk mengutak-atik ponsel milik nya ia hampir menabrak siswa di tangga. Mempunyai reflek yang cukup baik, Sunghoon segera menyeimbangkan tubuhnya.

"Maaf." Ia membungkuk sopan.

"Kau melihat ku?"

Suaranya tak asing, Sunghoon balik menatap siswa tersebut.

Sial! Arwah penasaran Shim Jaeyun ada di depannya.

• • •

Ghost at my home

May 2023

Ghost At My Home [sungjake]Where stories live. Discover now