[05] Tutor dadakan

267 41 8
                                    

|Apresiasi penulis dengan vote dan berkomentar, terimakasih.

—————

"Kenapa lagi kalian?"

Sunghoon bertanya heran ketika melihat dua mahluk beda gender itu terlihat berantakan saat memasuki rumah. Hari sudah malam mengingat Sunghoon baru saja tiba setelah menyelesaikan kerja part timenya.

"Kau tanya saja dia, ck." Eun Chae lantas menghilang, anak itu sengaja kabur. Jaeyun yang ingin ikut menghilang tapi tak punya ilmunya hanya menghela nafas lelah.

"Tidak apa. Kami hanya lelah."

Sunghoon diam, gerak-gerik Jaeyun sangat aneh. Dalam sekali lihat pun orang tau bahwa anak itu sedang berbohong namun sekali lagi Sunghoon bukan tipe orang yang senang mengurusi hidup orang lain jadi dirinya hanya diam.

Dengan langkah lesu Sunghoon jalan ke kamarnya diikuti Jaeyun yang mengekor bak anak ayam.

"Kau selalu pulang malam? Jangan bekerja terlalu keras, kau butuh istirahat." Ujar Jaeyun sembari berjalan ke arah Sunghoon yang kini sibuk dengan buku-buku di meja belajarnya.

"Hmn."

Jaeyun kembali diam melihat Sunghoon yang kini kembali sibuk dengan kegiatannya. Jaeyun tidak mengerti kenapa Sunghoon begitu kaku terhadap dirinya. Maksudnya dia bisa kan menganggap dirinya sebagai teman dan lebih santai.

Ahhh...

Jaeyun bangkit untuk melihat-lihat kamar Sunghoon. Kamar Sunghoon sangat bersih, ini kali pertama dirinya masuk ke dalam kamar anak itu.

Tidak seperti kamarnya yang penuh dekorasi dan terkesan ramai. Kamar sunghoon sangat minimalis dan rapi. Jaeyun jongkok begitu sampai di nakas dekat ranjang, mengamati bingkai foto dimana sang pemilik kamar tengah berpose bersama sekumpulan orang yang Jaeyun yakini itu adalah keluarganya.

Jaeyun menoleh ke arah belakang dimana Sunghoon duduk memunggunginya. Punggung anak itu terlihat tegap namun Jaeyun dapat melihat beban yang di tumpukan pada pundak lebar itu.

"... susah.."

Jaeyun yang mendengar gumaman kecil Sunghoon segera mengintip dari belakang. Jaeyun mengernyit melihat coretan-coretan angka memenuhi lembar kerja Sunghoon.

"Caramu salah. Tidak akan ketemu hasilnya jika dari awal saja hitunganmu sudah salah."

Jaeyun berdiri di samping Sunghoon. Dirinya menunjuk beberapa angka di lembar kerja sunghoon. "Coba kau kalikan yang ini dengan yang ini, lalu baru tambahkan. Setelah dapat hasilnya kamu bagi lagi dengan hasil di pertanyaannya ini."

Sunghoon menurut, dia buntu sekali dalam hal hitung menghitung apalagi ia sekarang sedang lelah dan malas berfikir.

"Matematika itu ilmu pasti, Hoon. Jangan asal ngarang. Jawabanmu jelas salah."

Malam itu Jaeyun jadi tutor dadakan untuk Sunghoon, Membantu anak itu mengerjakan tugasnya. Meskipun Sunghoon merasa sangat mengantuk anak itu tetap memaksa untuk segera menyelesaikannya padahal Jaeyun sudah menyuruhnya untuk segera istirahat. Jadi setiap Sunghoon hampir terlelap dan terantuk meja dengan sigap Jaeyun mengulurkan tangannya.

Dan Jaeyun bersyukur karena kepala Sunghoon tidak menembus langsung ke tangannya. Jaeyun juga bersumpah bisa merasakan kulit Sunghoon, tidak seperti orang-orang di jalanan yang tadi ia tabrak ketika mengejar Eun Chae. Jaeyun menembus orang-orang tanpa mereka sadari.

Ia juga sempat menanyakan hal tersebut pada kakek Jin. Beliau bilang mungkin karena situasi Jaeyun yang unik.

Pagi datang dengan cepat. Sunghoon bangun dengan badan yang pegal. Bagaimana tidak pegal jika ia tertidur duduk dengan menelungkupkan kepalanya di meja belajar selepas semalam bergulat dengan angka-angka rumit.

Hal yang ia lakukan setelah bangun adalah merenggangkan otot tubuhnya yang kaku. Ia menatap meja belajarnya yang cukup berantakan.

Terimakasih pada Jaeyun setidaknya hari ini ia tak akan mendapat hukuman karena telat mengerjakan tugasnya. Menjadi pelajar sambil bekerja paruh waktu membuat Sunghoon harus extra dalam membagi waktunya. Apalagi ia harus bekerja di dua tempat berbeda hingga malam.

"Hei! Kau curang dari semalam!"

"Mengalah lah dengan yang lebih muda, Jake!"

"YAK! KAU MAU BILANG KALAU AKU SUDAH TUA GITU HAH?!! NGACA DONG! LAGI PULA TAMPANG MU SAJA YANG MASIH ANAK-ANAK. TAPI JIWAMU SUDAH PANTAS DI PANGGIL BIBI!"

"KAU NGAJAK RIBUT JAKE?"

Sunghoon mengulas senyum tipis dan beranjak menuju kamar mandi mengabaikan teriakan kedua makhluk astral yang masih menggema meskipun ia sudah mengunci pintu kamar mandi.

Dalam waktu sepuluh menit dirinya sudah siap dengan tas punggung yang di sampirkan di lengannya.

"... Aku kesal. Dari semalam kau terus bermain curang Chae...." Jaeyun menatap Eun Chae tajam berusaha mengintimidasi bocah delapan tahun itu.

"SUNGHOON!!" Jaeyun yang awalnya kesal langsung terpana melihat Sunghoon yang sudah rapi di depan pintu.

Jaeyun berlari mendekat, meninggalkan Eun Chae yang merotasikan matanya malas.

"Ikut dong."

"Hmn." Sunghoon sih ngangguk aja mengiyakan.

Namun ketika Jaeyun hendak melangkah keluar flat mengikuti Sunghoon sesorang menarik bajunya lebih dulu. Jaeyun yang kaget reflek meraih tangan Sunghoon sebagai bentuk pertahanan.

"Eitsss... Kau mau kemana? Jangan lupakan janjimu kemarin." Eun Chae menyeringai.

Jaeyun yang mengingat hal yang tidak ingin ia ingat lantas melepas paksa tangan Eun Chae yang memegang baju bagian belakangnya. Anak itu langsung berbalik ke arah Sunghoon untuk sembunyi di balik tubuhnya.

"Tidak! Kalian curang. Aku tidak menjanjikan apapun. Itu hanya akal-akalan mu bersama Kuki dan Tata!"

"Pria sejati harus memegang teguh janjinya, jake."

Jaeyun menodong wajah Eun Chae dengan jari telunjuk.

"Aku tahu! Saat itu sebenarnya kau yang kalah. Tapi kau menghasut kedua anak itu untuk menyerangku dengan alasan aku adalah arwah baru. Kau hanya menghindar dari hukumanmu untuk dilimpahkan padaku."

"Hic.." Eun Chae yang terkejut mendengar suara cegukannya sendiri segera menutup mulutnya dengan kedua tangannya.

Jaeyun memicingkan matanya, merasa aneh dengan Eun Chae yang terlihat gugup setelah cegukan.

"Apa?! Hic... Aku hanya cegukan."

"Tidak. Ada yang aneh dengan cegukanmu. Itu pasti pertanda 'kan?"

Sunghoon mendekat ke arah jaeyun.

"Dia cegukan saat berbohong dan saat tingkah buruknya diketahui. Lagi pula cegukannya itu tidak berlangsung lama, hanya sekali dua kali saja jadi kentara sekali." Bisik Sunghoon kecil lalu menepuk puncak kepala Jaeyun.

"Jangan terlalu keras padanya. Eun Chae, Jaeyun aku berangkat."

Begitu Sunghoon menghilang di balik pintu apartemen Jaeyun cemberut. Ucapan Sunghoon jelas melunturkan perasaan kesalnya pada Eun Chae. "Padahal aku sudah menyuruhnya untuk memanggilku Jake saja."

"Ayo Jake! Kita juga harus berangkat. Atau dua anak itu akan menambah hukumanmu."

Jaeyun tidak lagi membantah. Selama perjalanan Eun Chae saja di buat heran dengan tingkah Jaeyun yang tidak biasa. Biasanya Jaeyun akan menghindari kerumunan manusia. Menurutnya menembus para manusia yang tak melihatnya adalah tindakan yang tidak sopan. Tapi lihat sekarang, Jaeyun yang masih terus menggerutu sambil berjalan lurus dengan pandangan ke arah trotoar yang ia lewati. Menembus orang-orang yang berlalu-lalang di jalannya.

"Sekali lagi dia memanggilku Jaeyun akan kupukul kepalanya."

• • •

Ghost at my home

June 2023

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Nov 28, 2023 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Ghost At My Home [sungjake]Where stories live. Discover now