♤4

160 21 0
                                    

Seperti biasa, karina akan melakukan siftnya malam ini. Ia menduduki kursi kasir sambil menatap barang barang yang tersusun rapi di masing masing rak.

Joy baru keluar dari ruang ganti. Lalu ia berpamitan kepada karina karena siftnya sudah selesai.

Setelah kepergian joy, karina menatap sticky note yang ditempel rekan kerjanya itu. Lalu ia beranjak dari tempatnya menuju ruang penyimpanan untuk kembali merestok barang yang ditulis joy.

Cukup lama karina mengambil beberapa dus makanan instan, kemudian kembali menutup pintu ruang penyimpanan dan menguncinya.

Ia membawa dua kardus sekaligus untuk disusun. Namun suara langkah kaki orang masuk menghentikan aktifitasnya. Ia beranjak dari tempatnya hendak menuju kasir untuk melayani pembeli.

Namun begitu sampai dirak yang berhadapan langsung dengan meja kasir, dengan cepat karina menyelip diantara rak untuk bersembunyi.

Karina menggaruk keningnya bingung harus melakukan apa. Ia mengintip jeno yang tampak celingak celinguk mencari seseorang.

Kemudian laki laki itu berjalan menuju kulkas pendingin, mengambil empat kaleng cola lalu membawa kemeja kasir.

Jeno menunggu sesaat, namun tak ada seorang pun yang muncul untuk melayani pembeli.

Jeno meletakkan uang pas diatas meja kasir lalu menindisnya dengan coklat batang yang tersedia dimeja.

Bukannya pergi, jeno malah duduk di tempat biasanya pengunjung menikmati ramyeon atau makanan instan lainnya.

Karina berjongkok bingung, beberapa menit akhirnya ia memutuskan untuk keluar dari persembunyiannya dengan menggunakan masker.

Jeno menoleh ketika seseorang datang menuju meja kasir. Ia segera mendatangi karina yang sudah duduk dimejanya.

"Oh? Udah dari tadi?" Tanya karina basa basi.
"Lumayan, lo dari mana? Kenapa gak ada yang jaga?" Tanya jeno balik.
"Dari toilet"
Jeno menganggukkan kepala.
"Itu uang gue bayar ini, gue pulang dulu" pamitnya sambil menunjuk empat kaleng soda ditangannya.

"Eh! Ini plastiknya" karina dengan cepat memberikan kantong plastik pada jeno.
"Sorry buat lo nunggu tadi" kata karina merasa tak enak.
"Gak papa. Lo hati hati kerjanya, soalnya sift lo malam terus sendirian" pesan jeno lalu melangkah keluar meninggalkan mini market.

Karina terdiam, hatinya menghangat ketika jeno mengkhawatirkannya seperti itu.

Ia melepas maskernya lalu terduduk dikursi kasir. Karina meraih uang jeno lalu menyusunnya dilaci. Ia termenung sesaat menatap kearah pintu, ada rasa berkecamuk ketika melihat kebaikan jeno padanya. Selama lima tahun terakhir, ia sangat menghindari terlalu sering berinteraksi dengan laki laki. Penghianatan ayahnya menimbulkan luka dalam padanya.

Biasanya hanya winter orang yang selalu menanyakan keadaannya. Semenjak ayahnya bermain api karina menutup diri dari siapapun.

Ia juga merasa tersentuh ketika sadar, bahwa jeno tidak langsung pergi setelah meletakkan uangnya karena menunggui dirinya yang tidak ada dimeja kasir untuk menjagakan sebentar sampai ia datang.

Karina bertekad untuk benar benar menanyakan alamat rumah jeno kepada winter untuk memberikan sesuatu sebagai balasan yang sudah menolong dirinya dua kali. Walaupun yang tadi memang sengaja untuk menghindari jeno.

Karina kembali beranjak untuk menyelesaikan tugasnya merestok barang yang tadi sempat tertunda. Ia mulai menyusuni satu persatu didalam rak dengan telaten, sambil memikirkan apa yang akan ia beri kepada jeno nanti.

Karina menghela nafas pelan,
'Mungkin jeno bisa diajak berteman' batinnya.












Sate.

WITH YOU | JENO X KARINATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang