The Grand Princess / 长公主 (The Princess Royal)

Chapter 33 - Rou Fei

Li Rong menerima tanggapan dari Pei Wenxuan keesokan harinya. Li Rong melihat jubah pernikahan yang dia tandai sebagai pilihannya. Setelah memikirkannya, dia mengeluarkan desain untuk set jubah pernikahan lainnya dan menyerahkannya kepada Jing Lan: "Beritahu Kementerian Ritus bahwa aku memilih yang memiliki sulaman burung phoenix."

Jing Lan tertegun dan tidak bisa menahan diri untuk tidak berkata, "Bukankah Pei gongzi memilih yang memiliki sulaman bunga peony?"

"Sebenarnya, salah satu dari mereka bisa digunakan," kata Li Rong sambil mencuci tangannya, "Aku hanya menggunakannya sebagai proses eliminasi."

Mendengar ini, para pelayan di sekitar mereka semua menundukkan kepala untuk menyembunyikan tawa yang keluar. Setelah mereka bercanda sebentar, Li Rong memperkirakan bahwa sudah waktunya. Ibunda Permaisurinya seharusnya sudah bangun, jadi dia pergi ke Istana Wei Yang untuk memberikan penghormatan seperti biasa.

Dalam keadaan normal, dia harus pergi dan memberi penghormatan kepada Permaisuri setiap hari. Hanya saja selama ini, dia telah menyelidiki kasus tersebut, kemudian dipenjara, jadi dia sudah lama tidak bertemu dengan ibunya. Dia menerima saputangan yang disodorkan kepadanya dan mengelap tangannya hingga kering, kemudian dia berbalik dan memimpin orang-orang ke Istana Weiyang.

Begitu dia tiba di depan pintu Istana Weiyang, dia mendengar suara tawa wanita dari dalam. Li Rong tersenyum. Dia masuk melalui pintu dan melihat hampir semua selir di dalam harem hadir. Ibunya, Shangguan Yue, duduk di atas singgasananya, tertawa bersama orang-orang di sekitarnya.

"Hal menarik apa yang Niangniang semua diskusikan hingga tertawa begitu bahagia?" Li Rong bertanya sambil tersenyum saat dia berjalan masuk sebelum menghadap ke singgasana Permaisuri dan memberi hormat: "Memberi salam kepada Ibunda Permaisuri."

Setelah itu, dia berbalik dan memberi hormat kepada empat selir kekaisaran yang duduk di atas: "Menyapa Niangniang."

"Ternyata Ping Le kecil kita sudah datang," Sebuah suara lembut terdengar saat Li Rong menegakkan tubuhnya. Li Rong mendongak dan melihat Selir Rou menatapnya sambil tersenyum, "Cepat duduk."

Kata 'Rou' diambil dari namanya sendiri, Xiao Rou. Dia berasal dari keluarga biasa dan masuk ke istana sebagai pelayan di usia muda. Dia diatur untuk melayani di sisi Li Ming sejak dia masih muda karena kecerdasannya. Dikatakan bahwa pada tahun-tahun ketika Li Ming masih menjadi pangeran, hidupnya tidak berjalan dengan lancar, dan Xiao Rou menghabiskan tahun-tahun masa mudanya di Istana Dingin bersamanya, sehingga Li Ming selalu memiliki kasih sayang khusus untuk Xiao Rou. Kemudian, ketika Li Ming menjadi Putra Mahkota, Permaisuri pada saat itu mengatur agar Xiao Rou menikah dengan seorang menteri. Namun, tidak lama setelah dia menikah, Li Ming menjadi Kaisar. Beberapa tahun kemudian, menteri tersebut meninggal dunia karena sakit di kediamannya. Xiao Rou mencukur rambutnya untuk menjadi seorang biarawati Buddha, namun dia kemudian bertemu dengan Li Ming di kuil. Setelah pertemuan singkat di musim semi itu, dia kembali ke Istana. Sejak saat itu, dia tidak pernah gagal untuk dihormati dan disayangi selama beberapa dekade.

(*Selir Rou (Róu fēi) juga dapat diterjemahkan menjadi Selir yang Lembut (柔 róu), gelar untuk salah satu dari empat selir kekaisaran di Dinasti Jin-Tang, oleh karena itu mengapa disebutkan bahwa 'róu' dalam gelarnya diambil dari namanya)

Untuk memiliki kemampuan semacam ini, penampilannya secara alami harus luar biasa. Meskipun usianya mendekati lima puluh tahun, dia masih merawat dirinya dengan sangat baik, dan pesonanya menua dengan anggun. Dia juga tidak kalah dengan Permaisuri yang tujuh tahun lebih muda darinya.

Saat ini dia adalah kepala dari empat selir kekaisaran, membantu Permaisuri dalam mengelola harem dan sangat baik dalam hal bersosialisasi. Permaisuri belum mengucapkan sepatah kata pun ketika Li Rong masuk, tapi dia sudah berbicara lebih dulu.