EP. 26

72 13 2
                                    

🎬¡!🎬

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

🎬¡!🎬

"Bang Arsa, maaf ...,"

"Gapapa, Abang ngga masalah kena hukuman ini karena kalian,"

Ganta tersenyum lega, ia pikir Abangnya itu tengah marah setelah hukuman selesai sebab tak berbicara sedikitpun. Walau rasa bersalah masih saja singgah di hatinya, sedikit.

Ya, siapa sangka jika Chandra akan menjejeli mereka dengan makanan basi. Ah, begitu menjijikkan, dan kejamnya mereka dipaksa untuk menghabiskan makanan tersebut dengan terus menerus dicambuk tanpa ampun. Mereka benar-benar sudah berusaha semaksimal mungkin, tapi nihil.

Lagipula tak ada bedanya jika mereka terus berusaha menutup mulut, tangan dan kaki mereka diikat dimana memudahkan Chandra untuk melakukan aksi kejamnya.

Kini seluruh badan mereka rasanya remuk, lebam dan banyak bercak merah, bergerak sedikit saja benar-benar sangat menyakitkan. 
Raken bahkan sudah izin untuk tidur lebih dulu, kali ini hukumannya benar-benar melelahkan bagi mereka.

Arsa tak bisa berbuat apa-apa, percuma jika ia menangis dan menyalahkan diri. Ini juga bukan kesalahannya, jadi yasudahlah. Mau menyalahkan tentu saja dia tidak tega.

"Kamu gapapa, Gan?"

Ganta tersenyum tipis, "Bang? Apa aku kelihatan kayak orang lagi pargoy? Udah jelas-jelas kita lagi tepar gini masih aja nanya begitu!" sinis nya.

Arsa terkekeh pelan kemudian meringis, mau tertawa sedikit saja rasanya sakit, "ya maaf, k-kamu ngga niat susul Raken tuh?"

"Nanti..."

Mendengar lirihan itu Arsa yakin Ganta sebenarnya sudah memejamkan mata. Ia hanya bisa menatap punggung Adik keduanya itu dari jauh. Sedangkan Raken berada didepan Ganta.

Baru saja Arsa mulai memejamkan mata, suara lirihan Ganta terdengar samar-samar memanggilnya.

"Abang?"

"Iya?"

Arsa menunggu jawaban Ganta dengan sabar, sepertinya anak itu masih mempersiapkan diri untuk mengatakan kalimatnya.

"G-gimana kalo misalnya pelarian kita jadi gagal..?"

"Hush, jangan ngomong yang nggak-nggak, tidur," Arsa tidak ingin topik tersebut berlanjut, ayolah dia baru saja mencairkan suasana.

Namun isakan samar-samar terdengar membuat Arsa menahan matanya yang hendak ia pejam, "A-Abang..., ini salah Ganta, seharusnya Ganta denger apa yang Abang bilang, maaf, maaf Bang...," suara Ganta lirih.

Arsa sedikit panik, ia berusaha sekuat tenaga mendekat dengan menyeret tubuhnya menuju sang Adik, Arsa tak peduli rasa sakitnya.

Beruntung jarak Ganta tak terlalu jauh, tapi sayang sekali Arsa tak bisa mengusap kepala Adiknya untuk saat ini, jadi ia hanya bisa mengatakan, "gapapa, Abang udah bilang Abang ngga marah, jadi jangan di pikirin lagi, soal pelarian biar Abang tanggung, sekarang tidur, mungkin bangun nanti sakitnya bisa berkurang."

STRUGGLEWhere stories live. Discover now