1. Prolog

1K 61 53
                                    

Telah kucintai kamu hingga melewati batas sakit; kesedihan yang belum pernah ditemukan, nyeri yang belum sempat diberi nama

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Telah kucintai kamu hingga melewati batas sakit; kesedihan yang belum pernah ditemukan, nyeri yang belum sempat diberi nama.

~Aprilia Wulan

..........
Ketika merindukanmu menjadi bodoh, namun keteguhanku semakin kokoh, biarlah hati ini terjajah, pada saatnya nanti akan kumenangkan, bahwa hatimu adalah tempat singgah, lalu menetap selamanya!

~Adriana Salsabila

..

🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼

Adriana Salsabila

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Adriana Salsabila

Pagi terasa menusuk oleh dinginnya hawa yang memenuhi kamarku. Ruangan kamar yang begitu sepi terasa berisik oleh bunyi detik jam dinding. Suaranya seperti dentuman keras dalam sepiku. Aku terpejam masih menikmati lembutnya kasur dan bantal dengan setengah sadar. Aku terdiam seolah membeku tapi pikiranku kalang kabut seperti tumpukan kabel PLN yang serabut memenuhi pepohonan.

Sudah tidak ada lagi yang tersisa kecuali penyesalan. Seseorang datang dan pergi itu adalah nyata tapi bagaimana bisa dengan bodohnya aku sendiri yang melepaskan kepergiannya. Dia ada. Masih ada, hembusan nafasnya masih memenuhi udara yang berhembus. Aku masih bisa merasakan kehadirannya meskipun sekedar mimpi. Bahkan dia masih ada di dalam ruang hatiku yang terdalam. Tidak akan pernah berubah.

Sejak awal pertemuan aku pikir sedang mencoba-coba dengan sebuah rasa. Rasa yang berbeda. Namun semakin aku mengenalnya semakin dalam aku tenggelam dala rasa yang asa. Aku bisa menahan segalanya di dunia ini, tapi tidak dengan air mataku. Pandangan pertama dengannya begitu menggetarkan hati dan perpisahan dengannya begitu menyayat hati.

Dimanakah letak rindu itu saat aku tidak bisa lagi merengkuhnya secara utuh?

Entah kesalahanku dimasa lalu bagian mana yang menghukumku seperti ini. Hatiku seolah terpenjara oleh kenyataan yang sedang berbicara dihadapanku. Kenyataan bahwa dia bukan tercipta untukku. Aku adalah gambaran hati yang terkoyak oleh cinta yang tiada akhir untuknya.

Dia masih bisa aku lihat, ingin rasanya aku berlari memeluknya. Menyampaikan dengan sederhana ~

Aku merindukanmu, Wulan!

Itu saja. Dan jika mampu aku akan memberontak bahwa semakin aku melepaskanmu semakin aku ingin memilikimu. Seutuhnya! Biarlah sekarang aku dihukum oleh kecerobohan ku telah melepaskannya. Diam-diam aku yang telah lumpuh dalam kerinduan dan cinta akan belajar merangkak untuk mendapatkanmu kembali.

Seiring berjalannya waktu banyak hal menyadarkanku tentang arti cinta yang tidak mudah untuk diraih. Sabar dan waktu. Aku hanya butuh dua kata itu. Waktu akan menyatukan kita suatu saat nanti dalam ruang yang lebih indah.~

🌼🌼🌼🌼🌼

"Sebentar lagi kamu lulus, sayang. Kuliahnya jangan disini ya", pinta Maria saat sarapan pagi pada putrinya. Yang sedang diajak bicara malah terlihat menikmati makanannya dengan pelan.__Tidak berisik.

"Sayang, kamu sehat?", tanya Maria. Karena sangat tidak biasa putrinya makan dengan adem ayem. Biasanya dia berisik saat dimeja makan. Kadang makan sambil menghentakkan kaki, kadang sambil menggunakan garpu dan sendok diketuk-ketukkan pada piring. Kadang ngunyah sambil ngomong. Dan hal-hal absurd yang wajar lainnya.

Melihat Ana sarapan dengan anggun, mengunyah pelan, kedua kakinya diam tidak bergerak. Tidak bicara saat makan itu adalah hal yang tidak sehat untuk putri nya bagi Maria.

"Sayang, mamamu sedang bertanya", Rama sampai harus mempertegas karena Ana masih tak bergeming bahkan untuk sekedar menoleh.

"Aku nurut saja, Ma. Kuliah dimanapun. Ana tidak keberatan", jawab Ana setelah menyelesaikan kunyahannya dengan sempurna.

"Sayang, kamu beneran enggak lagi sakit, kan?", Maria mengulang pertanyaannya. Karena merasa semakin aneh dengan tingkah laku putri semata wayangnya.

"Ma, Ana sehat wal Afiat. Kalau makan itu jangan banyak ngomong! Nanti tersedak", Ana melanjutkan sarapannya. Dia enggan menanggapi pertanyaan Mamanya lebih jauh lagi

"Astaga, ini Anak siapa sih ketinggalan dirumah?!", sewot Maria. Karena ucapan yang keluar dari Ana seperti bukan putrinya. Rama terkekeh geli. Dia paham dengan kondisi putrinya. Dia bisa merasakan luka dalam yang sedang Ana coba sembunyikan.

"Sayang, Papa dengar dari om Tama, kalau dia akan memboyong Wulan ke luar Jawa", tiba-tiba Rama memancing Ana dengan obrolan yang tentu tidak menyenangkan hati putrinya agar berhenti bersikap aneh dan tidak bar-bar.

Kletak!

Seketika Ana melepas sendok dan garpunya. Tiba-tiba nafsu makannya hilang dan raib begitu saja...

................

___________

Selamat datang di Hasrat². Sebuah benih-benih harapan cinta yang nyata layaknya fatamorgana.

Hasrat 2 | gxgTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang