1. Sempak Batman

60 4 1
                                    

"Namanya juga Hi-Dup"

●●●

Cerita ini berada di tengah keramaian Jakarta. Sebuah Asrama besar berdiri, bersebrangan dengan hotel ternama. Dan Geyra Anastasia berada di dalam asrama tersebut, ia sudah mengemasi barang-barangnya. Bersiap untuk pulang dan tak akan kembali lagi ke sini, ini benar-benar menjadi hari terakhirnya berada di asrama. Gedung besar dengan segala tangis dan tawanya.

Ruangan 3×3 meter yang berisi 2 ranjang bertingkat dan 4 lemari ini akan segera Geyra tinggalkan, ruangan yang menampung begitu banyak kenangan. Menangis sepulang sekolah, tertawa bersama, melanggar aturan, dan kenangan-kenangan lainnya yang akan sangat sulit untuk dilupakan. Atau Geyra, memang tak berniat melupakannya?

Geyra mungkin memang bukan gadis yang mendominasi di kamar asramanya, ia cenderung diam dan memperhatikan. Tapi hari ini, rasanya dia akan begitu merindukan ruangan ini beserta orang-orang di dalamnya, merindukan bagaimana dirinya mengenakan seragam putih abu dengan panggilan "ansos" yang melekat padanya.

Tapi mau bagaimanapun Geyra harus keluar dari sini, mimpi besarnya akan dimulai. Lawyer, impian yang tiba-tiba membuatnya kesulitan tidur setiap malam, impian yang membuat tangannya selalu gatal untuk membuka buku dan terus belajar, impian yang terlambat datang karena Geyra baru menyadarinya setelah ujian akhir sekolah selesai. Untuk menyusul keterlambatannya, gadis itu berencana gap year dan mungkin akan mengisi tahun setelah lulus ini dengan mencari pengalaman melalui volunteering juga belajar mandiri. Tahun depan Geyra akan mulai berkuliah, bergelut menjadi mahasiswi fakultas hukum yang siap memakai blazer dan berdiri dengan gagah dikantor kejaksaan nantinya. Sounds good.

Sebuah ketukan pintu membuyarkan lamunan Geyra, salah satu adik kelas yang kini menjabat sebagai keamanan asrama tersenyum lebar dan menghampiri Geyra dengan air mata yang berderai di pipinya.

Suasana perpisahan masih terasa sangat jelas, memilukan tapi juga melegakan. Pilu karena harus berpisah dengan teman yang jarak rumahnya berjauhan, dan lega karena akhirnya bisa keluar dari gedung yang orang-orang juluki sebagai "penjara suci".

"Ka Gee mau pulang kapan?" tanya Anan, si keamanan dengan tangan yang mengulurkan ponsel milik Geyra, benda pipih itu baru dibagikan hari ini, tepat sebelum perpulangan.

Bibir gadis ini melengkung ke bawah, mengisyaratkan bertapa dia sangat sedih dan akan benar-benar kehilangan. Geyra juga pernah berada di posisinya, melepas kakak kelas yang begitu dekat dengannya. Sedih? Tentu saja, hanya saja telah kakak kelas lulus, dan Geyra yang otomatis naik jabatan menjadi kakak kelas, rasanya benar-benar berkuasa.

Ini fakta, kesedihan itu nyatanya hanya terasa saat senior dikabarkan lulus dan akan pergi meninggalkan asrama, setelahnya justru sebagai adik kelas dulu Geyra merasa lega. Tak akan ada lagi aturan yang mengikatnya karena Geyra lah yang mengatur. Memang seperti itu, kan?

Anan memeluk Geyra erat. "Jangan lupain aku ya Ka Ge," rengeknya yang Geyra balas anggukan kepala.

"Aku keluar dari asrama hari ini, kalo balik ke Bogor baru besok."

"Kok?"

"Nikmatin Jakarta dulu," jawab Geyra membuat Anan menganggukan kepalanya mengerti.

"Yaudah, selamat packing ya, Ka Gee. Aku masi harus bagiin HP kakak-kakak yang belum pulang." Dia menunjuk pada tempat khusus penyimpanan ponsel yang tergeletak di depan pintu kamar.

Senyuman Geyra menanggapi kepergian Anan, sementara tangan Geyra mulai menekan tombol samping untuk menyalakan ponsel yang satu minggu ini tak ia sentuh sedikit pun. Padahal, biasanya setiap hari minggu seluruh murid asrama diperbolehkan menggunakan ponsel dan mengabari orang tua masing-masing, hanya saja, minggu kemarin Geyra dan semua teman-temannya dihadapkan dengan kesibukan acara perpisahan.

After AsramaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang