8. Lost Soul

209 33 2
                                    

"Hoseok-ah, kemana kita akan pergi sekarang?"

"Entahlah, aku pun juga tidak tau, Rang-ah"

"Mereka semua sudah mati, hanya ada kita berdua. Aku takut"

"Aku pun juga takut. Tapi kita harus tetap tegar. Taehyung dan yang lainnya pasti sedang mencari cara untuk keluar dari situasi ini, kita harus percaya kepada mereka. Aku akan menjagamu, kau tenang saja, karena hanya kita yang tersisa dari keturunan Aprodhite, saat ini"

"Kenapa nasib buruk selalu menyertai kita, para demigod? Apakah kita tidak layak untuk hidup di dunia ini? Where is our God parents?" Gadis itu tampak begitu hancur, kematian seluruh saudarinya, membuat dirinya benar-benar terguncang.

Pembantaian besar-besaran yang tengah terjadi di tempat itu, membuat sang gadis begitu ketakutan, seakan kematian tengah mengintai dirinya dari balik kegelapan malam.

"Bagaimana jika kita juga mati malam ini, Hoseok-ah? Aku benar-benar tidak mau mati" tubuh kecilnya bergetar hebat, rasanya kedua kakinya tidak sanggup lagi menanggung bobot tubuhnya, membuat ia terduduk diatas tanah yang basah akibat genangan darah para saudarinya.

"Sttt ... Semuanya akan baik-baik saja. Semuanya akan kembali seperti sedia kala. Kita hanya harus mempercayai Taehyung dan yang lainnya, mereka pasti akan memenangkan pertempuran ini"

*****

"Hoseok-ah, time to wake up"

Seorang pria berkulit cerah tampak menggeliat tak nyaman dalam tidurnya, terdapat kerutan dalam pada persimpangan alisnya. Sementara suara yang memerintahkannya untuk bangun terus terdengar, memaksa pria itu untuk kembali ke dunia nyata.

"Hoseok, Jung Hoseok. Buka kedua matamu. Kau bisa mendengarku?"

Perlahan kedua mata itu terbuka, menampakkan sepasang manik berwarna coklat gelap indah yang selalu dipenuhi oleh binar-binar penuh semangat.

"Euuh ... Seokjin Hyung?" Ia bergumam ditengah usahanya mengumpulkan kesadaran.

"Bagaimana perasaanmu?" Tanya seseorang yang tengah duduk di atas sofa, yang terletak di seberang sofa yang ditempati oleh Hoseok.

Hoseok berusaha bangkit dari posisi berbaring, ia memijat pangkal hidung kala rasa nyeri menghampiri kepalanya.

"Buruk. Mimpi itu terus datang" jawab Hoseok seraya mendesah lelah.

Seokjin menatap prihatin pada pria yang berada di hadapannya. "Apa kau bisa mengingat isi mimpimu?"

Hoseok menggelengkan kepalanya. "Seperti biasa, aku tidak bisa mengingat detailnya Hyung, namun yang pasti, aku merasa jika mimpi itu bukan hanya sekedar mimpi biasa, semuanya terasa begitu nyata, walau aku tidak dapat mengingatnya dengan jelas. Kau mengatakan jika mimpi yang berulang itu bukanlah buatan alam bawah sadar, melainkan suatu kejadian yang pernah terjadi namun aku memaksa untuk melupakannya. Tapi semakin aku berusaha, semakin samar ingatan yang bisa aku gali" ia mengusak rambutnya dengan kasar.

"Aku merasa jika yang ada di dalam mimpi itu diriku, tetapi terasa sangat asing, seakan-akan itu bukan lah diriku" lanjut Hoseok yang tampak kebingungan. Ia tidak dapat menggambarkan perasaannya dengan kata-kata saat ini, karena memang tidak ada kata yang mampu dirangkai oleh otaknya untuk menggambarkan kondisinya saat ini.

"PTSD sialan! Bukankah aku terlihat seperti orang gila saat ini Hyung? Apa kau yakin aku masih waras?" Hoseok menatap Seokjin dengan putus asa.

Dia sudah lelah dengan semua ini, perjuangannya selama lima bulan ini untuk sembuh dari PTSD yang ia derita, benar-benar telah menguras seluruh tenaganya.

King of Demigod : Into The New World Where stories live. Discover now