Bagian Satu

3 0 0
                                    


Suara ketukan pena di atas meja menimbulkan bunyi-bunyian nyaring di kala kesunyian.

"Udah dapat jawabannya, Asha?"

Asha mengangkat kepalanya.

"Udah, Bu."

"Baik, sini Saya lihat dulu, ya."

Asha mengangguk, lalu menyerahkan bukunya kepada guru itu.

Asha Hasana. Gadis yang memiliki makna Harapan yang nantinya akan berbahagia. Sekarang Asha duduk di kelas 1 SMP.

Sejak lulus SD, lanjut ke tingkat SMP ia lebih memilih untuk homeschooling. Bukan tanpa alasan ia memilih untuk homeschooling, lingkungan pertemanan di SD nya membuat ia memilih pilihan ini.

Lingkungan pertemanan yang sangat tidak nyaman dan penuh keberisikan dan lain-lainnya.

Awalnya orangtuanya tidak menyetujuinya, tetapi karena suatu kejadian yang membahayakannya membuat orang tuanya jadi setuju untuk ia homeschooling.

Asha bukan anak yang nakal. Asha anak pendiam yang hanya ingin memiliki banyak teman untuk diajak bermain dan ke kantin bersama.

Sayangnya, hal yang ia inginkan tak pernah ia dapatkan.

"Baik, jawabannya sudah benar. Sebelum ditutup, ada yang ingin dipertanyakan lagi?"

Lamunan Asha buyar. Lalu menggeleng.

"Baik, kalau begitu Saya balik dulu. Sampai jumpa besok, Asha."

Asha hanya mengangguk.

Sang guru tidak mempermasalahkan hal itu. Ia langsung berkemas-kemas lalu pamit kepada kedua orang tua Asha.

Tak lama setelah kepulangan sang guru, orang tuanya datang menghampirinya.

"Gimana belajarnya?" Sang Papa sudah mengambil tempat duduk di sisi kanan Asha, sementara Mamanya di sisi kiri Asha.

"Baik." Asha hanya membalas seadanya, karena memang tidak ada yang berlebihan.

"Asha mau berhenti homeschooling gak?" tanya Papanya lagi.

Asha terdiam. Wajahnya mendadak pucat, serta dialiri keringat. Tampak ketakutan dan rasa gelisah yang mendalam Asha rasakan saat ini.

"Mas!" Mama Asha menyikut suaminya yang sembarangan bertanya.

"Gak kok. Asha tetap homeschooling. Tenang ya, sayang." Sang Mama terus mengusap punggung sang anak.

"Maafin Papa, ya, Sha." Tampak raut wajah bersalah dari wajah yang Papa.

"Asha tenang, oke?" Mama masih berusaha menenangkan Asha yang belum tampak tenang. Nafasnya pendek-pendek, membuat sang Mama khawatir.

"Asha, denger Mama. Asha bisa denger Mama, 'kan? Asha tetap homeschooling, kok."

"Asha, Asha!" Papa ikut mengguncangkan tubuh Asha, agar anak itu sadar.

Asha tertunduk, setelahnya ia menarik nafasnya dalam-dalam. Ia sudah berusaha untuk tidak terlalu takut, tetapi rasanya sangat susah.

Ia merasa agak tenangan setelah itu. Lalu menghapus keringat yang mengalir.

"Asha mau tidur?" tanya Mama yang dibalas anggukan oleh Asha.

"Mama antar, ya. Papa tolong buatin Asha susu." Mengangguk, lalu beranjak ke dapur.

Sementara itu, Asha dan Mamanya berjalan ke arah kamar Asha.

***

300 kata.






You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Dec 01, 2023 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

ANXIETY (In My Life)Where stories live. Discover now