satu

3.8K 490 18
                                    

Telapak tangannya yang berkeringat meremas selembar kertas yang sudah kusut dan lembab, Silu terus berjalan tak tentu arah tertatih tanpa memperhatikan apapun, benaknya terus memutar adegan di ruang periksa dokter tadi.

Aku tidak tau apa kah harus mengucapkan selamat padamu sebab kau datang padaku bukan karena keinginanmu sendiri, dokter Arion lah yang merekomendasikan agar kau menemuiku dan kau tau pasti aku adalah dokter kandungan, aku yakin dan menebak dari sikap dan reaksimu saat kita bertemu bahwa kau tidak menyangka atau tidak pernah menduga bahwa yang membuatmu lemas, mual dan pusing adalah janin yang tengah tumbuh dalam rahimmu."
Sang dokter terdiam sejenak memperhatikan kertas diatas mejanya, lalu menyerahkan pada Silu.
"Saat ini kau tengah hamil, usianya baru tujuh minggu.!
Sang dokter menarik napas panjang.
"Maaf aku tidak tau apa masalahmu atau bagaimana hidupmu tapi asal kau tau, bahwa setiap anak yang dititipkan pada rahim seorang wanita adalah anugrah terbesar dari tuhan.
Jadi tolong sebelum mengambil keputusan, kau harus memikirkan semuanya matang-matang.!"

Memikirkan semuanya matang-matang.?
Apa yang harus Silu pikirkan.?
Bahkan saat ini dia tidak mampu berpikir, otaknya terasa lumpuh.
Kalau saat ini dia berlari ke tengah jalan dan pasrah menghadap mobil-mobil yang menabrak menghantam tubuhnya akankah masalahnya selesai.?

Silu menggeleng kuat, meremas perutnya dengan jemari yang gemetar.
"Tidak. Tidak mungkin."
Dia teringat dengan Kral.
Airmata Silu mulai menetes, dia tidak mungkin meninggalkan Kral.
Kral takkan bisa hidup tanpanya.
Kral terlalu mencintainya, Silu yakin Kral akan ikut mati bersamanya daripada hidup di dunia ini tanpa Silu.
Kral tidak akan bertahan apalagi pernikahan mereka tinggal dua minggu lagi.
Keluarga Kral sudah datang meminangnya, membuktikan betapa serius Kral padanya menghapus kecurigaan awal Silu bahwa kral malu dan menyembunyikan hubungan mereka.

"Ya tuhan apa yang harus kulakukan.?" Bisik Silu saat tetes pertama hujan megenai pipinya saat dia mengadah menatap lagi mendung diatas sana.
"Aku bahkan tidak tau siapa laki-laki itu.!" Gumamnya terpaku saat orang mulai lari mencari tempat berlindung dari hujan yang selalu turun secara keroyokan.

Silu masih terpaku di sana saat hujan deras mengguyur membuat kertas ditangannya basah, menyamarkan airmata yang jatuh tak terbendung lagi.
Ingatan samar-samar malam itu membuatnya panik dan malu, sekujur tubuhnya terasa panas ditengah guyuran hujan.
Sampai sekarang dia masih bisa merasakan sentuhan, bisikan, desahan dan kenikmatan yang diberikan lelaki itu.
Tapi Silu terlalu mabuk untuk mengingat wajah laki-laki itu di kamar yang gelap tersebut.
Begitu terbangun pagi itu Silu, sadar dengan apa yang sudah dilakukannya, Silu memunguti pakaian yang terdapat koyakan disana-sini akibat sikap kasar laki-laki itu yang kini tidur tengkurap membelakanginya.
Silu tidak ingin tau siapa itu, yang ada di pikirannya saat itu hanya pergi dari sana, tidak terbayang malunya jika sampai bajingan liar itu bangun dan kembali menyetubuhinya.
Dan dia takut jika tiba-tiba saja Kral datang dan memergokinya yang sudah berbuat hina.

Silu berlari keluar, tidak menoleh sekalipun kebelakang, dia pulang ke rumah berlari masuk ke kamar mengunci diri sebelum ada satupun yang melihatnya.
Silu sakit demam setelahnya selama seminggu, dia mengingau bermimpi tentang malam itu.
Syukurlah Kral selalu ada menemani dan menghiburnya.
Silu merasa bersalah padahl Kral sudah sangat baik tapi dia malah berkhianat.

Namun sungguh, bukan niat Silu untuk berbuat serong.
Dia hanya tidak tau apa yang membuat semuanya bisa terjadi.
Yang dia ingat dia pergi makan malam bersama teman-temannya sebagai  perayaan pernikahan Cyra yang akan dilakukan dua hari lagi, lalu saat pulang dia bertemu dengan Safa adiknya yang juga sedang makan malam bersama teman-temannya, lalu dia bergabung dengan mereka sementar teman-temannya memilih pulang dan selanjutnya dia terbangun dalam keadaan telanjang bulan dengan sekujur tubuh yang sakit rasa dicabik-cabik dan pinggang yang terasa mau patah.
Yang makin membuat malu adalah tanda yang memenuhi sekujur tubuhnya.
Tidak terbayangkan seganas apa laki-laki itu.

Sejak malam itu tidak ada ketenangan yang Silu rasa hingga sebulan setelahnya keluarga Balder, di pimpin Oleh sang kakek menemui keluarga Silu meminta agar Silu dinikahkan dengan sang cucu, yang membuat kaget mereka mendesak agar pernikahan di siapkan secepatnya tidak pakai waktu lama.
Dibalik kagetnya Silu merasa bahagia luar biasa.
Sayangnya sekarang kebahagiaannya hancur luluh lantak setelah tau bajingan itu meninggalkan benih yang tumbuh di dalam rahimnya.

Silu mulai melangkah saat hujan mulai melunak.
Dia melambai memanggil taksi, tapi tidak ada yang mau berhenti.
Jelas saja mereka tidak akan mau memasukkannya ke dalam mobil yang akan ikut Basah kuyup seperti dirinya.

Masih pagi dia bisa berjalan dan sampai ke rumah sebelum makan siang, biasanya rumah kosong hanya ada beberapa orang pembantu yang sedang sibuk di dapur, mereka tidak akan tau Silu pulang, tidak akan ada gosip yang menyebar.
Mereka akan terus berpikir saat ini Silu sedang kerja, pulanb makan siang seperti yang sesekali dilakukannya.

Saat silu sampai di rumahnya, keningnya sedikit berkerut melihat mobil Kral terparkir di sana.
Dia tidak ingat ada janji antara dirinya atau Kral sebelum ini.
Mungkin ada hal mendesak tentang pernikahan yang harus mereka bahas.
Silu mendorong pintu terbuka, tiba-tiba langkah kakinya terhenti saat satu hal melintas di pikirannya.

Mungkin.. mungkin saja Kral akan mau mendengar dan mengerti lalu menerima anak ini.
Bukankah Kral bilang dia paling mencintai Silu di dunia ini.
Menerima baik buruk dan kekurangan Silu seutuhnya.
Kral yang baik tidak mungkin tega membatalkan pernikahan mereka apalagi memaksa silu membunuh janin tidak berdosa.
Airmata Silu kembali menetes mengingat kebaikan hati Kral.
Dia tidak bisa diam dan terus berbohong pada Kral, dia harus memberitahu Kral tentang apa yang terjadi padanya malam itu.!

Dengan tekad kuat, dia terus melangkah masuk ke dalam mulai bingung karena tidak menemukan Kral di manapun.
Dia naik ke lantai atas menuju kamarnya, mungkin Kral ada di sana menunggu atau mencari sesuatu yang dibutuhkan.
Disetiap langkah, Silu meninggalkan jejak basah air hujan yang terus menetes dari rambut panjang dan bajunya.

Suara tawa menghentikan langkah kaki Silu, keningnya berkerut saat menoleh ke arah pintu yang adalah kamar Safa.
Apa adiknya itu di rumah, bukankah harusnya saat ini dia juga tengah di kantor.?
Tapi Safa bekerja di perusahaan keluarga jadi dia bisa berbuat sesukanya, pulang dan pergi sesuai kemauannya.

Silu melangkah, ingin tau apa Safa baik-baik saja.
Adik tirinya itu lemah dan manja, sangat butuh di manja dan diperhatikan.
Pintu kamar Safa tidak tertutup rapat, Silu melangkah memegang kenop dan siap mendorong tapi baru beberapa centu saja dia sudah membeku melihat dua tubuh telanjang yang tengah bergumul diatas tempat tidur luas dengan sprei berwana putih.
Kral dan Safa.!

Tidak.!
Ini tidak nyata.!
Pasti ada yang salah.!
Tidak mungkin Kral yang sangat mencintainya berselingkuh di belakangnya dengan Safa yang lemah lembut dan sangat baik padanya.!
Tapi tidak mungkin mata Silu berbohong.!

Itu safa dan Kral.!
bersetubuh seperti binatang, bersuara seperti babi yang disembelih.
Ini nyata bukan mimpi.!
Kedua orang yang paling dipercayanya di dunia ini ternyata diam-diam menipunya.
Mereka begitu lepas, bahagia menikmati satu sama lain.!

Binatang.!
Silu tidak sadar kertas hasil tes kehamilannya sudah jadi gumpalan ditangannya yang gemetar oleh rasa marah.
Dua ekor babi itu sudah terkulai kelelahan, Silu bermaksud melabrak mereka begitu tubuhnya kembali berfungsi tapi pembicaraan keduanya membuatnya kembali mematung.!

***************************
(04122023) PYK

Mr. Cold                                    Series Brother in law # 1Where stories live. Discover now