01

61 13 2
                                    

Toby mengandalkan fisiknya agar bisa bertahan hidup dialam bebas. Berbaur bersama binatang merupakan hobinya, berteman? Iya, Toby berteman baik sesama binatang dihutan. Merasa akrab, Toby lebih memilih tinggal disekitar hutan.

Tidur dimana saja tidak masalah, mau itu dibawah kolong jembatan atau diatas pohon sekalipun. Toby bukan anak pemilih, dia bisa memilih apa saja jika dia mau tapi bukan keputusan dia untuk memilikinya. Jadi, apa saja yang bisa diraihnya akan digenggamnya kuat agar tidak lepas.

Salah satunya adalah para rakun. Dua ekor rakun mengikutinya semenjak Toby membagi makanan pada mereka. Kebiasaan rakun mengorek tempat sampah, sehingga Toby melakukan hal yang sama.

Pada suatu hari, malam yang disinari cahaya rembulan. Toby dan para rakun terpaksa pindah tempat untuk mencari makan, masalah wilayah perbatasan antar binatang agak rumit. Bahkan Toby memiringkan kepalanya, bertanya-tanya ke mana perginya mereka sekarang?

Tibalah dimana Toby bertemu dengan Gadis berambut gelombang itu. Para rakun mengabaikannya, begitu juga dengan Toby. Hanya saja, Gadis berambut gelombang itu memanggilnya dari jendela kamar.

"Hei, Adik kecil! Kamu sedang apa disana? Tidak pulang, ini sudah malam lho? Orang tua kamu pasti khawatir.."

Toby mendengus, melepaskan maskernya dan berkata. "Kami lapar.."

Gadis berambut gelombang tercengang, sadar jika Toby mengenakan baju lusuh. Malam-malam bongkar tempat sampah— bersama rakun, agak aneh sih, tapi cukup menyakinkan Gadis berambut gelombang untuk memberinya sedikit makanan.

"Tunggu disitu, jangan bergerak! Kakak ke sana sebentar." Katanya.

Toby mengangkat bahunya didepan para rakun. Tidak bisa menjelaskan apa yang barusan terjadi. Lalu pintu belakang terbuka, Gadis berambut gelombang datang menghampiri mereka dengan membawa bungkusan makanan.

"Hei, Adik kecil! Kamu harus pulang, apapun masalahmu dirumah kamu harus tahu kapan harus pulang."

Gadis berambut gelombang membawa lebih dari cukup makanan. Toby mengambil salah satu bungkus makanan lalu membaginya ke para rakun.

"Sudah ya, jangan ke mana-mana lagi. Langsung pulang!" Gadis berambut gelombang itu masuk ke rumah.

Toby menenteng kantong berisi makanan dari Gadis berambut gelombang. Sebelum pergi, Toby memandang jendela kamar Gadis berambut gelombang. Lampunya masih menyala— atau dibiarkan menyala. Toby terus memperhatikan rumah itu, lampunya tidak pernah padam dimalam berikutnya dan seterusnya.

Rasa penasaran itu terjawab, secara tidak sengaja. Toby berkunjung ke rumah yang sama, para rakun mulai bertindak gelisah. Mereka mengurungkan niat untuk mencari makan, kemudian pergi meninggalkan Toby ditempat sampah.

Angin bertiup kencang, dingin malam menusuk. Suara yang asing, Toby mendengarnya bersiul dijendela kamar. Hawa menakutkan telah tiba, Toby tidak dapat menggerakkan tubuhnya. Pupil matanya bergetar, sensasi dari ketegangan itu mengingatkannya pada dua hal.

Yang pertama, kehadiran Slenderman. Yang kedua, sosok yang diduga Slenderman.

Suara kayu berderit terdengar tidak jauh dari Toby. Semakin jelas, semakin nyaring suaranya. Toby tidak melihat apa yang jadi penyebab suara itu.

Jendelanya terbuka, dahan pohon bergerak menjulurkan rantingnya kearah Gadis berambut gelombang.

"A-aaa.." Toby menyaksikan dahan pohon itu hendak menggapai wajah Gadis berambut gelombang.

Toby perlahan mundur ke belakang—

Tempat sampah disenggol Toby, jatuh dengan suara berisik. Dahan pohon itu berhenti, begitu juga Gadis berambut gelombang yang baru sadar. Tanpa pikir panjang, Toby melarikan diri dari sana. Pontang panting— tidak menoleh sedikitpun ke belakang, bahkan ketika suara berderit itu semakin dekat dengannya.

PsithurismWhere stories live. Discover now