Part 10 Kelas 12

14 8 6
                                    

Terhitung sudah 2 Minggu sekolah libur. Dan hari ini mereka kembali memasuki tahun ajaran baru.

"Ayo segera kumpul ke lapangan! Jangan lupa atribut harus lengkap!"

Teriakan-teriakan dari anggota OSIS saling bersahutan. Tahun ajaran baru dengan masuknya murid baru.

Upacara kali ini diisi dengan pembukaan MPLS. Belum ada mata pelajaran untuk hari pertama. Biasanya pelajaran akan efektif di hari keempat. Karena sekolah akan fokus pada MPLS.

Seperti Althan yang tengah duduk melihat Sea di tengah lapangan.

"Dilihat-lihat Sea beda banget ya, Al?"

Althan menoleh pada Januar menyetujui ucapan laki-laki itu. Sea di hari biasa dan saat seperti ini terlihat sangat berbeda. Lihatlah perempuan yang biasanya tersenyum, kini tampak begitu tegas.

"Ini gue lulus langsung nikah bisa gak sih, Jan?" tanya Althan dengan terus menatap ke arah lapangan.

Januar memukul pelan bahu Althan. "Biasanya gue yang gila. Tapi kenapa lo ikutan?"

Althan terkekeh pelan. "Nunggu lulus sekolah, terus kuliah lama banget, Jan. Anjinglah! Cewek gue cantik banget," umpat Althan di akhir.

"Mau kasih makan apa lo? Makan cinta?"

"Kalau bisa sih gitu. Cewek lo gimana? Kapan putus?" gurau Althan.

Januar kembali memukul punggung Althan. Entahlah, temannya itu tampak sedikit berbeda. Sedikit gila dari biasanya. "Langgeng lah gue. Ntar nikah punya anak sama Ningning. Ingin punya rumah. Tuk tempat bermesra. Ku dipanggil abi sementara Ningning umi." Januar tiba-tiba bernyanyi sambil tersenyum membayangkan. Indahnya jika menjalin rumah tangga dengan perempuan itu.

"Dosa lo aja bejibun, mau dipanggil abi," protes Althan.

"Al, kayaknya balik sekolah mau langsung ke KUA gue," imbuh Januar dengan senyum yang semakin mengembang.

Althan melemparkan botol minum yang sudah kosong, tepat mengenai pelipis laki-laki itu. Januar meringis pelan sembari mengusap pelipisnya.

Althan berjalan meninggalkan Januar yang kini memaki dirinya. Langkahnya menghampiri Sea yang tengah menepi di pinggir lapangan.

"Udah bel istirahat. Kalian juga istirahat kan?"

Sea mendongak menatap laki-laki yang lebih tinggi darinya itu. "Mau kantin bareng?"

"Habis lempar botol malah ditinggal!"

Kedua orang itu menoleh pada sumber suara. Januar menghampiri Sea dan Althan. Althan mengabaikan Januar dan menarik Sea menuju kantin. Januar ikut menyusul, namun menghampiri Nathan terlebih dahulu.

Kantin tak begitu ramai hari ini. Sea mengambil ponselnya, memberitahu Hanin untuk menyusul ke kantin.

"Keringat kamu, Se." Althan mengusap peluh keringat perempuan itu. 

Sea mendongak sambil terkekeh. "Tangan kamu bau keringat aku nanti."

"Nggak papa wangi."

"Dua minggu enggak bucin, kangen banget kayaknya," celetuk Januar yang datang bersama Nathan.

Dari arah berlawanan Hanin juga tengah berjalan menghampiri meja mereka. Setelah pesanan datang mereka mulai menyuapkan makanan masing-masing.

"Kak, boleh minta tanda tangannya."

Serentak mereka yang tengah menikmati makanan menoleh pada orang itu. Anak laki-laki dengan seragam SMP yang sedikit urakan itu menyodorkan bukunya pada Sea.

Saksi Bisu LautanWhere stories live. Discover now