2 - Kisah seorang Deandra

339 247 134
                                    

"Terkadang, keluarga yang tampak harmonis di media adalah sekadar drama yang di mainkan untuk dunia luar

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Terkadang, keluarga yang tampak harmonis di media adalah sekadar drama yang di mainkan untuk dunia luar."


°°°°°

Sorak Sorai terdengar dan tepuk tangan tak henti-henti membuat suasana ruangan terdengar sangat ramai. Pemilihan umum telat berakhir mengakibatkan keadaan sangat riuh apalagi di tempat yang Jevan tempati saat ini.

"Sekali lagi selamat atas kemenangan untuk pasangan nomor 2 karena telah menjadi gubernur dan wakil gubernur Jakarta yang baru," Kata seorang reporter yang ada di sana.

"Apa boleh kita mewawancarai anda sekarang, pak Reandra?" Lanjut reporter itu dan di beri jawaban senyuman oleh orang yang bernama Reandra itu.

Arkana, yang merupakan ayah dari Reandra dan Deandra itu tersenyum bangga, melihat anak nya Reandra yang sedang di wawancarai oleh media itu.

"Jevan kapan kamu bisa sehebat kakak kamu itu, ha?" Bisik Arkana dengan nada mengejek.

Jevan terus diam. Dirinya terus menatap kakak nya yang sedang di wawancarai itu. Melihat Reandra tersenyum sungguh membuatnya muak. Bagaimana orang seperti dia bisa menjadi gubernur, pikirnya. Lagi pula politik bukan lah sesuatu yang ia sukai. Tetapi ayah nya terus mendorong dirinya agak memasuki dunia yang tak ia sukai itu.

"Sesi wawancara telah selesai, bagaimana kalau kita lanjut ke sesi wawancara anggota keluarga,"

"Bagaimana perasaan pak Arkana saat ini ketika mengetahui putra bapak berhasil memenangi pemilihan kali ini?" tanya seorang reporter yang mulai sesi wawancara lanjutan itu.

"Tentu bangga, sangat bangga. Saya harap dia bisa menjadi pribadi yang bertanggung jawab dan amanah tentang jabatan nya sekarang. Saya juga berharap Deandra dapat mengikuti jejak kakak nya itu, bukan begitu nak?"

Jevan menatap getir mata ayah nya itu dengan penuh ketakutan. Rasanya dia tak punya pilihan lain selain mengangguk. Apalagi flash dan suara jepretan kamera juga beberapa pertanyaan yang terus di tanyakan para reporter dari tiap media membuat telinganya terasa penuh. Jevan semakin tertekan ketika matanya yang silau terus berusaha agar tetap tegar, walau jantung nya berdebar kencang karena riuh nya suasana di sana.

Keluarga yang nampak sempurna itu terus tersenyum dan melambaikan tangan, menyapa semua orang di sana dengan ramah, mereka terus memberikan kesan yang luar biasa pada khalayak umum dan media. Mungkin orang-orang yang melihat langsung akan iri kepada keluarga itu. Namun, siapa sangka di belakang keluarga mereka adalah sesuatu yang terpecah belah dan jauh dari kata sempurna.

Escape Into LoveWhere stories live. Discover now