satu

167 26 4
                                    

Xiao Zhan cemberut dengan wajah tertekuk. Sudah tiga hari namun Wang Yibo belum juga menerima permintaan pertemanannya di WeChat. Padahal, Xiao Zhan dengan sengaja memasang photo profile yang paling menggemaskan menurutnya. Mengapa Wang Yibo tidak juga menotisnya?

Dalam perkiraannya, Wang Yibo seharusnya sudah menerima permintaan pertemanannya dan bahkan mengiriminya pesan untuk memulai percakapan. Tapi mengapa realitanya pemuda tampan itu cuek-cuek saja? Apa yang salah?

"Apa foto yang kugunakan kurang good looking?" tanya Xiao Zhan dengan bibir melengkung ke bawah.

"Ada apa?" tanya Zhuocheng, mendudukkan diri di sebelah teman sekamarnya yang tengah menekuk wajah cantiknya itu. Pemuda berwajah jutek yang baru selesai mandi itu menggosok kepalanya yang basah dengan handuk.

Xiao Zhan menunjukkan layar ponselnya. "Apa foto profilku jelek?"

Zhuocheng mengernyit lalu mengamati foto profil WeChat Xiao Zhan dengan seksama. "Memangnya sejak kapan kau pernah jelek?" tanya Zhuocheng.
"Coba kirim padaku fotonya, yang HD." pintanya dengan wajah dibuat cuek.

"Untuk apa?! Tidak mau!" sungut Xiao Zhan.

"Aku belum punya foto yang itu."

"Chengcheng, kau ini diam-diam fansku ya?" selidik Xiao Zhan.

Zhuocheng langsung berdiri dengan kelabakan. "Mana ada! Aku memintanya untuk di jual! Memangnya hanya Ji Li saja yang boleh berbisnis?" kelitnya.

Xiao Zhan memicingkan matanya lalu mengerutkan hidungnya dengan lucu. "Kalau berhasil menjualnya, harus bagi keuntungan denganku. Aku 70% dan kau 30% !"

Krieett

Ji Li memasuki kamar dengan tangan yang membawa beberapa kantong plastik berisi makanan.
"Apa yang sedang kalian bicarakan?" tanya Ji Li.
Pemuda mungil itu memberikan kantong-kantong makanan itu pada Xiao Zhan. "Dari fansmu," ujarnya.

"Siapa?"

"Aduh, aku lupa bertanya namanya. Coba saja lihat apa ada surat cinta di dalamnya."

Zhuocheng mendengus.
"Orang-orang ini sungguh kuno. Tidak kreatif sama sekali," celetuknya.
Ji Li tersenyum usil. "Ya sama sepertimu,'kan?" ledeknya.

"Apanya?!"

"Tsundere."

Zhuocheng mendelik dan langsung mencekik Ji Li. "Mulutmu itu sampah sekali!"

"Aaak! Zanzan! Zhuocheng mau membunuhku!"

Xiao Zhan dengan kesal mencubit lengan berbisep Zhuocheng membuat sang empunya lengan mengaduh dan melepas cekikannya pada Ji Li.

"Kenapa aku yang dicubit?"

"Jangan berkelahi! Lebih baik makan saja," ujar Xiao Zhan sambil membuka bungkus-bungkus makanan.

"Asik! Makan malam gratis lagi~" seru Ji Li girang.

"Kelakuanmu seperti orang susah saja," ejek Zhuocheng.

Ji Li memeletkan lidahnya dan langsung menyergap makanan yang ditawarkan oleh Xiao Zhan. "Wah! Ada mie seafood~"

"Chengcheng, kau juga makan," ajak  Xiao Zhan.

"Berikan pada si bonsai itu saja, aku mau pesan sendiri."
Mana sudi ia makan makanan dari para pesaingnya?

Ji Li bertepuk tangan kecil. "Berikan jatah si judes itu untukku."

Xiao Zhan menyodorkan semua makanannya pada Ji Li. "Kalau begitu kau makan semuanya."

"Ah? Kenapa kau ikutan tidak makan? Apa sedang diet?"

I'm not Xiao Meiren! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang