BAB 15 - Seolladin and Jinny-Chan

1K 101 21
                                    

***

.

.

.

































"Sebuah daratan. Tempat yang jauh."





















"Tempat karavan unta berkeliaran, tempat anda berkelana antara budaya dan bahasa."
























"Saat angin bertiup dari timur, dan matahari ada di barat."

























"Saat anda melewati jalanan."

"Di pasar dongeng."

























"Saat jam di antara pasir dalam kabut kesenangan."

























"Turun dan lihatlah."

























"Malam lain kota Arab."



Tabir merah terbuka, riuh tepuk tangan terdengar, lampu sorot mulai bekerja, keramaian terdengar.

"Pencuri!!"

Teriakan nyaring menjadi pembukaan tatkala tabir sepenuhnya hilang. Riuh ricuh panggung sandiwara dimulai.

"Hoy! Berhenti tidak kau?!"

Jake Syarifuddin dengan pakaian pedagang tengah berlarian, tangannya membawa satu penggiling adonan dan mengibaskannya di udara, langkahnya lebar mengejar seorang pemuda dengan rompi merah dan rambut cokelat muda miliknya.

Tiga orang prajurit istana yang semula bersenda gurau menikmati qishr di pangkal tenggorokan mereka mulai tertarik oleh keributan yang terjadi di pasar. Pedang yang semula tersarungi mulai keluar, langkah mereka bergerak, melewati Jake yang berlarian.

"Gelandangan ini, apa tidak kapok ya?" tanya salah satu di antara mereka dalam pengejaran.

"Justru dengan dia bertingkah, kita bisa dengan mudah menangkapnya, sesuai perintah Tuan Jahoon."

"Berhenti kau! Gelandangan!"

Tempat surai yang semula naik turun itu mulai menengok, tatkala bukan seorang pedagang lagi yang mengejarnya. Melainkan tiga orang prajurit terlatih dari balik gerbang istana.

"Merepotkan. Abuy, kau tahu apa yang harus dilakukan?"

Yuna, wanita cantik yang kedapatan peran sebagai seekor monyet peliharaan bernama Abuy itu menengok, kemudian dengan cekatan berlari ke belakang, mulai membuat keributan dengan utusan dari istana.

Dengan begini, maka Seolladin bisa berbelok ke celah sempit, menaiki tembok dan melewati atap, semua dilewatinya dengan mulus seolah hal akrobatik seperti tadi adalah makanan kesehariannya.

Secret of Song   |   SeokBin Where stories live. Discover now