2. balasan

388 61 9
                                    

menarik nafas dalam dalam, Revi tidak menyangka akan kembali ke gedung tinggi di hadapannya ini. 2 bulan lalu ia memilih resign karna menuruti kemauan Akbar yang malah tega teganya menghianitinya tapi kini mau tidak mau  revi  harus kembali lagi.

Revi harus menyiapkan mentalnya, menyiapkan hatinya akan luka yang 3 hari ini coba ia pendam agar tidak kembali terkorek karna lisan lisan tidak terjaga. tapi kemungkinan terburuk selalu ada dan revi tetap harus menghadapinya seperti kenyataan pahit yang ia alami kalau hubungan yang selama ini harus kandas di tengah jalan.

"Revina !!" seruan itu menggema takala Revi mendorong pintu sebuah ruangan yang dulu juga menjadi tempatnya beraktivitas

"kangen woy !!" satu persatu teman temannya yang dulu sering berbagi keluh kesah memeluk Revina erat

"mau nganterin undangan ya ?" ledek Sifa dan pertanyaan inilah yang sangat di wanti wanti oleh Revi, semua orang pasti berpikir kalau Revi berkunjung untuk membagikan undangan pernikahannya karna mereka juga tahu kalau Revi keluar karna alasan itu.

"mana mana gua mau lihat..." Dona antusias bahkan heboh mengulurkan tangan

"umm~~ bukan, aku kesini mau ketemu pak Arhan.." cengir Revi tidak enak hati

"jadi mau pak Arhan dulu yang kamu kasih undangan baru kita ?" cicit Sifa memanyun

"oh bukan, umm.. itu.. undangannya--"

"ehhemm..." ketiga perempuan yang ada didalam 1 ruangan itu kompak menoleh, Sifa dan Dona seketika menunduk  dan perlahan mundur kembali ke posisinya masing masing

"selamat siang pak Arhan.." kalau boleh jujur Revi sangat malu untuk bertemu dengan sosok pria dihadapannya ini.

"umm saya..."

"keruangan saya aja.." Revi hanya mengangguk dan mengikuti langkah pak Arhan yang masuk ke ruangannya, menoleh sekilas pada 2 temannya yang nampak penasaran Revi hanya mengembangkan senyumnya




"silahkan duduk.."

Revi bukan lagi karyawan di kantor ini, ia datang sebagai tamu dan Arhan harus menghormatinya sebagaimana mestinya

"terimakasih..." Revi tersenyum tipis, sungguh ia harus menebalkan muka demi sampai ketempat ini

"jadi begini pak, saya mau mengembalikan pakaian ini sekaligus mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan bapak waktu itu.."

meski sangat malu karena menjadi satu satunya pihak luar yang tahu akan aib yang menimpanya, tapi Revi bukan tipe orang yang tidak tahu terimakasih. ia lebih baik menjadi tebal muka dan menjaga gengsinya demi membalas kebaikan orang lain terhadapnya.

sampai detik ini Revi berfikir bagaimana kalau waktu itu Arhan tidak memayunginya, apa Revi akan terus bersimpuh ditanah sembari kehujanan dan pingsan ?

bagaimana kalau saat itu Arhan tidak dengan baik hatinya meminjamkan jaketnya untuk menutupi badan Revi yang menggigil kedinginan?

lalu bagaimana kalau saat itu Arhan tidak datang dan mengulurkan tangan kepadanya ?

memikirkan semua itu wajah Revi kembali terasa memanas,

ini bukan waktunya kamu malu malu Revina ! ini bukan saatnya kamu terpesona oleh 1 mahluk yang bernama manusia kalau kamu baru  saja  di Campakan  tepat dihadapannya.

Arhan melirik sekilas paper bag berwarna coklat yang dibawa oleh Revi

"saya terima tapi saya mau balasan dari kamu.."

tentu saja Revi terkejut, ini terkesan Revi berterimakasih pada seorang yang angkuh atau pada orang yang benar benar pandai memanfaatkan keadaannya. tapi walaupun begitu orang ini adalah mantan atasannya jadi Revi menekan segala pikiran buruk itu dengan tersenyum tipis berselimut kebingungan

Pasutri Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang