06

74 4 0
                                    

“Kenapa? Kaget liat aku di sini?” soal Jenan. Napasnya tercekat. Anak mata Jenan merenung tajam ke arahnya. No. It just his hallucinations. But it’s too real. It feels so good after seeing him again. Isi otaknya kembali ke realiti. Dia pengen kabur jauh dari pandangan mata Jenan.

“Maaf mas, saya gak sengaja” bohong Bumi. Dia harus berpura-pura tidak mengenali Jenan. Sosok di depannya mengukirkan senyuman sinis dengan respons Bumi.

“Don’t lie to me, Bumi Renandra. Your beautiful eyes tells me otherwise.”

Bumi memberontak dan coba untuk pergi dari situ. Tapi lebih cepat lengan Jenan menangkap lengan milik Bumi.
Why are you here Bumi? Kamu sakit?” soal Jenan. Dia memandangnya dari atas ke bawah.

“None of your business.” protes Bumi. Dia terpaksa melawan Jenan demi kebaikan Jenan sendiri.

Jenan kaget. Tingkah Bumi tidak sama dengan apa yang dia jangkakan. Why? Mengapa? What the hell is happening with his Bumi. What’s into him. Soalan soalan itu berkali-kali melintas dalam otaknya.

“Bumi, look at me. Are you hurt somewhere? I’ll help you,” bujuknya. Bibir yang dia sering Jenan tatap, menjadi pucat.

Everyone will notice the changes. Bohong kalau tiada orang yang menyadari perubahan itu. Atau selama ini Bumi bersembunyi?

“Why do you even care, it’s literally none of your fucking business and get the fuck off from here, Jenan.” potong Bumi dan ia berlalu pergi dari Jenan.

Dia tertegun dengan respons Bumi.

“Oh God, please protect him from anything. I’ll do anything for him at least let him be happy for the rest his life.” batinnya.

Dari sudut pandang sosok lain mengatakan sebaliknya.

“I’m sorry, kak.” bisik hatinya.

AFTER - JEFFBARCODE Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora