Chapter 7 - 9

407 58 22
                                    

Chapter 7

Keesokan harinya, aku tidur hingga matahari setinggi tiga tiang sebelum aku terbangun.

Apakah ibuku bersikap begitu baik dan tidak datang untuk menyiksaku hari ini?

Oh! Sekarang aku tinggal di istana Ayahanda Kaisarku!

Ketika Chen Liangfu melihat bahwa aku sudah bangun, ia pun tersenyum dan meminta seorang dayang untuk membawakan baskom air.

Aku membiarkan mereka melemparkanku kesana-kemari seperti sebuah boneka.

Setelah mandi, berganti pakaian.

Hari ini, para dayang menata rambutku jadi dua sanggulan dan mengikatnya dengan pita merah. Itu meriah sekali dan cocok dengan wajah bundarku.

Hei, kenapa aku tampak seperti boneka lukisan tahun baru?

Setelah itu, Chen Liangfu mengangkatku dan berjalan keluar.

Sewaktu aku melihat rute yang kami tempuh ... Bro!

Ini jalan untuk menuju mahkamah di Istana Zi Chen!

Aku melingkarkan tangan panikku di leher Chen Liangfu dan bertanya, "Kasim Chen, kemana kita akan pergi?"

Chen Liangfu menjawab sembari tersenyum: "Kaisar mengasihani Putri dan takut kalau Putri akan bosan saat ia bangun, jadi beliau memerintahkan hamba ini untuk membawa Putri ke mahkamah."

Oh Ya Tuhan! Sialan, setelah ini, aku pasti akan menjadi saingan dari seluruh harem!

Aku benar-benar tidak tahu, saraf Ayahanda Kekaisaran yang mana yang tidak terhubung dengan benar?!

*

*

*

Chapter 8

Di Istana Zi Chen, aku meringkuk dalam pelukan Kaisar dan disaksikan oleh semua pejabat sipil dan militer.

Tak lama kemudian, Perdana Menteri pun berbicara.

"Yang Mulia! Ini bertentangan dengan norma!"

Aku melengkungkan bibirku dan berpikir sendiri.

[Orang tua ini jahat sekali. Sebagian besar adalah salahnya makanya pangeran kedua memutuskan untuk memberontak! Wajar kalau ia tidak akan tahan melihatku disayangi!]

Kaisar memelukku dengan erat.

"Bukan giliranmu untuk mendikte apa yang ingin zhen lakukan. Jika ada sesuatu, katakan saja secara langsung, kalau tidak ada apa-apa, tinggalkan mahkamah."

Aku dan seluruh pejabat sipil dan militer di bawah memasang ekspresi ngeri yang sama.

[Hei, apakah ayah murahan ini kerasukan sesuatu? Bukankah ia selalu paling toleran terhadap Perdana Menteri?! Karena jasanya dalam menemani sang naga, kaisar tidak pernah menunjukkan wajah yang menghitam ke arahnya!]

Aku melirik sekilas dan melihat wajah Perdana Menteri yang sehitam arang.

"Yang Mulia, ratusan orang kini dalam kesulitan karena banjir bandang di wilayah selatan. Menteri ini memohon pada Yang Mulia agar mengalokasikan dana untuk bantuan bencana!"

Ini dia!

Tangan kecilku mengencang dan aku menarik jubah naga ayahku.

Ayahku menatapku dengan tatapan yang tidak jelas, dan kemudian menyuruh Perdana Menteri untuk melanjutkan perkataannya.

After Transmigrating into a Book, My Father Emperor Could Hear My Inner VoiceWhere stories live. Discover now