20. GONE

195 28 20
                                    

Walaupun sudah berkeliling beberapa kali untuk mencari Damon dan Megi, tetap saja keduanya tidak dapat ditemukan sehingga dirinya memutuskan untuk berhenti dan kembali mengurusi para axolotlnya.

Hari itu dirinya tidak melakukan hal apapun selain mengawasi para axolotl, sembari memikirkan maksud dari mimpi yang ia dapatkan beberapa hari yang lalu. Tugas apa yang dimaksud oleh wanita itu?

Bahkan sebab terlalu tenggelam dalam pemikirannya, tidak sadar ia pun tertidur dengan batu yang ditumbuhi sedikit lumut sebagai bantalnya. Jika saja tidak ada kehadiran bayi zombie yang tiba-tiba saja muncul dan menggigit lengannya, tentu saja ia akan baru terbangun beberapa jam kemudian.

Dirinya segera mengobati luka bekas gigitan tersebut dan menutupnya dengan sobekan kain agar tidak terinfeksi, lalu naik ke permukaan untuk mengecek waktu. Posisi matahari menunjukkan waktu bahwa hari sudah pagi, yang mana akhirnya dia kembali ke gua tersebut dan memberi makan makhluk-makhluk air tersebut.

Setelah merasa tidak ada hal lain yang harus dilakukan, Ajul pun memutuskan untuk pulang sejenak ke markas, yang mana dirinya mendapatkan sebuah kejutan. Dirinya mematung cukup lama, benar-benar tidak percaya atas penglihatannya. Rumahnya sudah hampir seluruhnya hangus terbakar, hanya menyisakan beberapa tiang fondasi.

Ajul pun memutuskan untuk menghampiri rumah Jerry yang tengah dibangun tidak jauh darinya, yang kemudian langsung di sapa oleh OmenD dan Kaira yang tengah membantu membangun rumah tersebut.

"Apa yang terjadi pada rumahku?" tanyanya tanpa basa-basi kepada ketiganya, OmenD pun menghela napas. "Rumahmu terbakar oleh petir, Jul. Pagi-pagi sekali, kau bisa bertanya pada Maji sebab dia yang lebih tahu kronologinya."

Oh astaga, cobaan macam apa ini?

"Kau bisa tinggal di rumah kami bertiga, Jul," ujar Jerry yang langsung dibalas oleh dehaman dari Kaira. "Mohon maaf, tapi rumahku tidak menerima tamu, apalagi jika dia menginap."

"Oh iya, maaf." Jerry pun tertawa kecil. "Tapi dengan syarat, kau harus membantuku untuk membangun rumah ini jika kau ingin menumpang hingga kau selesai membangun kembali rumahmu."

"Tidak, terima kasih."

"Jul, nanti siang datang ke rumahku untuk makan siang bersama, ya!" seru OmenD sebelum Ajul pergi ke rumah Maji untuk menanyakan kronologi kejadian tersebut, beruntung sang empunya rumah tengah memancing sehingga langsung menyadari kehadirannya.

"Jul! Rumahmu---"

"Jerry sudah memberitahuku tentang hal itu," potong Ajul, ia pun bersidekap dada dan menghampiri pria tersebut. "Bisa kah kau memberitahu alur kejadiannya?"

Maji mengangguk. "Tentu bisa, duduklah terlebih dahulu. Aku akan menceritakan kejadiannya padamu." Ajul pun segera menurutinya dan duduk tidak jauh dari pria tersebut.

"Dini hari tadi, hujan turun cukup deras. Bahkan banyak sekali petir yang saling bersahutan, tentu kau tahu akan hal itu, bukan?" tanya Maji yang dibalas oleh Ajul dengan gelengan kepala, dirinya berada jauh di bawah tanah saat itu. Bagaimana ia bisa tahu akan hal itu?

"Aku bermalam di gua, jauh sekali di dalam tanah. Tentu saja aku tidak mendengar apapun," balasnya, Maji pun mengangguk. "Aku cukup bersyukur kau sedang tidak ada di rumah saat kejadian tersebut, jadi kau baik-baik saja."

Ajul pun berdecak begitu mendengar ucapan pria tersebut. "Sepertinya kau lupa kita bisa terlahir kembali dan aku punya empat belas nyawa, Maji. Mungkin saja jika semalam aku tidak pergi untuk mengurus axolotl-axolotlmu itu, rumahku masih bisa selamat sekarang."

"Ah, jadi semalam kau sedang mengurus anak-anak kita? Baguslah."

"APA MAKSUDMU 'ANAK-ANAK KITA', HEI BEDEBAH? TIDAK SUDI AKU MEMILIKI ANAK DENGANMU!"

Namun Maji malah tertawa melihat Ajul yang emosi atas perkataannya barusan, yang tentu saja membuat pemuda itu kebingungan. Apa yang lucu dari hal tersebut sehingga membuat Maji tertawa?

"Apa yang membuatmu tertawa, sialan?" omel Ajul yang membuat pria itu menggeleng walaupun tawanya tidak kunjung reda. "Jujur saja, kau terlihat lucu saat marah, Jul."

Sebelum pemuda itu kembali marah, Maji tiba-tiba bangkit dan menghampiri sebuah peti. Ia pun mengambil sebuah blok emas dan menunjukkannya, yang membuat Ajul nampak tersinggung. "Kau mencoba menyogok diriku?"

Maji menggeleng. "Kau sama sekali tidak bisa berbaik sangka pada diriku, ya? Ini adalah benda-benda yang berhasil aku selamatkan dari kebakaran tersebut, ya walaupun hanya sebagian."

Itu merupakan kabar yang cukup baik bagi dirinya, setidaknya hartanya tidak habis terbakar. Dirinya pun bangkit dan menghampiri Maji untuk mengecek isi peti tersebut, yang membuat senyumannya mengembang.

"Kau bisa tinggal di rumahku hingga kau selesai membangun kembali rumahmu, hitung-hitung membalas budimu," ujar Maji yang membuatnya menoleh. Ada benarnya juga ucapan pria itu, walaupun dirinya merasa ragu atas tawaran tersebut.

"Tapi kau tidak akan melakukan apapun kepadaku, kan?" tanya Ajul yang membuat Maji kebingungan. "Memangnya apa yang mau aku lakukan padamu?"

"Tidak ada, hanya saja kau terkadang sedikit mencurigakan," jujur pemuda itu, kemudian dirinya teringat sesuatu. "Bagaimana caranya kita tidur?"

"Ranjangku sepertinya cukup untuk kita berdua," jawab Maji yang langsung dibalas dengan gelengan oleh Ajul. "Kau tidak punya alas tidur lainnya? Aku menolak ide tersebut."

"Tidak ada, namun kau bisa tidur di ranjangku jika kau mau. Aku akan tidur di lantai," balas Maji yang membuat Ajul bingung atas keputusan apa yang harus ia ambil, dirinya merasa tidak enak jika sang empunya rumah yang harus mengalah.

"Aku tidur di lantai, tidak sopan jika tuan rumah tidur di lantai sedangkan tamunya tidur dengan nyaman di atas ranjang."

"Tapi aku tidak keberatan atas hal itu, rumah ini pun tidak akan jadi kalau bukan karena mu. Jadi bisa dibilang, ini juga rumahmu."

Ajul pun menghela napas, pria itu memang selalu saja keras kepala. "Ah sudahlah, aku ingin pergi menghampiri OmenD untuk makan siang bersama," ujarnya yang langsung ditahan oleh Maji. "Kau makan di sini saja bersamaku."

"Ah sayang sekali, masalahnya dirinya telah terlebih dahulu menawariku," balas Ajul sembari melangkah menuju pintu. "Mungkin aku akan kembali saat malam nanti, jadi ya selamat tinggal."

Dirinya pun segera melesat menggunakan tridentnya menuju rumah OmenD yang berada tidak jauh dari sana, yang mana sang empunya rumah tengah membersihkan rumahnya.

"Ah, apakah aku mengganggumu?" tanya Ajul yang merasa tidak enak, namun OmenD segera menggeleng dan mempersilahkan dirinya untuk duduk. Pemuda itu menatap antusias ke arah Ajul. "Jadi ... dimana kau akan bermalam nanti?"

"Rumah Maji," jawab Ajul singkat, raut kekecewaan nampak samar di wajah pemuda bermanik oranye itu. "Ah ... jadi kau menginap di sana?"

"Mengingat dirinya berhutang budi padaku, jadi mengapa tidak?" balas Ajul yang kemudian menghela napas. "Lagipula, kalaupun aku bermalam di tempatmu ... tidak ada cukup ruang untuk kita berdua."

OmenD pun tertawa canggung, sepertinya pemuda itu menyadari kekecewaannya. "Kau ada benarnya." Ia pun bangkit dan pergi mengecek masakannya.

"Tumben sekali Kaira tidak ikut," celetuk Ajul tiba-tiba yang membuat pergerakan OmenD terhenti untuk beberapa saat. "Aku memang tidak mengajaknya."

"Eh? Tumben sekali, biasanya kau selalu mengajaknya," ujar Ajul yang dibalas oleh tawa kecil dari pemuda tersebut. "Dirinya sedang ingin menghabiskan waktu bersama Jerry, apakah kau merasa keberatan jika hanya ada kita berdua?"

"Bukan seperti itu," balas Ajul yang panik, khawatir OmenD menyalah artikan pertanyaan tersebut. Namun pemuda itu hanya tertawa sembari menghidangkan makan siang di hadapan Ajul. "Tenang saja, aku tahu kau hanya bertanya. Selamat makan, Jul."

T. B. C.

=======================================

I love their triangle love, HAHAHAHA.

So don't forget to vote, spam comments, follow, and share if you like this story!

AZAZEL [Slow Update]Where stories live. Discover now