Gara-gara Cinta Belum Kelar || 18

17 1 0
                                    

Perempuan itu hanya dapat terdiam dengan tatapan kosongnya, meski pandangannya tertuju pada gumpalan-gumpalan awan di balik jendela pesawat. Asya  tidak dapat mengatakan apa pun, lidahnya terlalu kelu meski hanya untuk berucap.

Pikirannya liar ke mana-mana, sampai-sampai Asya kerap kali tenggelam dalam lamunan. Ia tidak lagi mempedulikan sekitarnya, mengabaikan Raska yang terus bertanya atas kepindahan mereka yang tiba-tiba, ataupun Arka yang berkali-kali menanyakan kondisinya.

Asya benar-benar kacau, bahkan untuk menangis pun rasanya sudah tak sanggup lagi. Ia benar-benar meninggalkan tempat tinggalnya untuk menghindari Dania demi menutup rapat-rapat semua aibnya. Namun, ia sama sekali tidak menyangka akan turut meninggalkan Raka, dan mengakhiri pernikahan mereka.

Rumah tangganya kini benar-benar buyar, dan mungkin rak dapat lagi terselamatkan. Raka sungguh serius untuk melepaskannya, laki-laki itu bahkan memintanya untuk tidak perlu hadir dalam setiap sidang perceraian mereka, agar prosesnya lebih cepat.

Asya kecewa atas tindakan Raka yang begitu gampang untuk melepasnya, tetapi ia tidak dapat menyalahkan suaminya itu. Ia yang kembali merajut kasih dengan Arka adalah alasan dari kehancuran rumah tangganya. Ia terlena bermain api sampai lupa bahwa dirinya bisa saja kehilangan Raka.

"Kamu menyesali semuanya, Sya?"

Samar suara Arka akhirnya menarik perhatian Asya yang sejak tadi tenggelam dalam lamunan. Ia lantas menoleh untuk menatap Arka, sementara itu Raska yang duduk di antara mereka, entah sejak kapan terlelap. Ia tidak serta merta menjawab, pertanyaan itu menjebak dan Asya tak tahu bagaimana mengutarakannya.

Kembali bersama Arka dan akan memulai hidup bersama adalah keinginannya sejak tahu bila perasaan mereka masih sama. Namun, ia tidak pernah siap bila harus melepas dan merelakan Raka yang selama ini telah memberikan kenyamanan dan membuatnya bahagia.

Mengingat Raka sungguh membuat hatinya sakit, tak habis pikir bila dirinya kini tak akan lagi menemui laki-laki itu di setiap pagi. Asya tidak dapat menyangkal bila kembaran Arka itu telah mengisi dan mendapatkan tempat dalam hatinya.

"Apa kita melakukan kesalahan lagi, Ka?"

Bukannya menjawab pertanyaan Arka, tetapi Asya justru melayangkan pertanyaan. Ia tak merasa menyesali apa yang terjadi saat ini, tetap mempertanyakan benar tidaknya apa yang telah mereka lakukan? 

"Kita salah, untuk kesekian kalinya kita lagi-lagi melakukan kesalahan, Sya." Arka menjawab tanpa menatap Asya sama sekali.

Ia tidak menyangkal, serta mencari pembelaan atas tindakannya. Arka akui bila dirinya salah dan terlalu egois untuk sampai sejauh ini. 

Arka tak dapat lagi membohongi perasaannya dan berpura-pura baik-baik saja seperti sebelumnya. Ia pun tidak ingin melepaskan kesempatan untuk dapat bersama dengan orang dicintai. Pernah sekali ia mencoba merelakan, tetapi itu tidaklah mudah. Arka sungguh tidak ingin lagi merasakan hal yang sama.

Memang benar ia cukup egois dan berengsek, Arka sama sekali tak mengelak akan hal itu. Ia akui bahwa tindakannya benar-benar salah, lagi untuk kesekian kalinya dirinya melakukan dosa.  Akan tetapi, kali ini Arka tidak akan pernah lagi melepaskan Asya.

"Raka pasti sangat terluka," gumam Asya dengan pelan.

Memikirkan laki-laki itu sungguh sangat menyakitkan. Seandainya ia dapat untuk mempertahankan keduanya. Sungguh, Asya tidak ingin melepas baik Arka ataupun Raka dari hidupnya. Sayangnya, ia tidak dapat seegois itu.

"Lalu kamu mau apa, Sya? Kembali sama dia? Mengulang kembali apa yang terjadi enam tahun?" tanya Arka yang berusaha untuk mengontrol suaranya agar tak mengusik penumpang lainnya, terutama Raska yang berada di tengah-tengah mereka.

"Berhenti untuk bersikap seperti ini, Sya." Arka menoleh, kali ini benar-benar menatap Asya yang kembali menjatuhkan air mata. "Kamu bilang ingin memperbaiki semuanya, kan? Kamu menyesali keputusanmu memilih Raka waktu itu, lalu kenapa di saat ada kesempatan untuk memperbaiki semuanya, kamu justru seperti ini?"

Arka dengan cepat mengalihkan pandangannya dari Asya yang kembali terisak. Ia sudah bersikap begitu egois sampai sejauh ini, tak ada pilihan untuk kembali dan menyesali segalanya. Akan tetapi, Asya justru membuat semuanya semakin rumit, mengacaukan perasaannya yang mati-matian ia jaga.

Ia telah mengkhianati Raka, menghancurkan hidup dan perasaan saudaranya itu dengan begitu parah. Arka telah bersikap begitu kejam sampai sejauh ini hanya untuk mempertahankan kebahagiaan mereka, berupaya agar Asya dapat hidup lebih baik.

"Kita tidak memiliki pilihan lain, Sya. Cukup sampai di sini kesalahan yang kita lakukan. Jangan libatkan Raka lagi dalam kehidupan kita mulai sekarang. Jangan buat dia semakin terluka, sudah cukup pengorbanannya selama ini untuk kita," ucap Arka yang kemudian disambut dengan isak tangis Asya yang semakin menjadi-jadi.

Perempuan itu menggenggam erat tasnya, menangis dengan begitu hebatnya.  Kalimat Arka yang egois dan cukup kejam itu tak dapat untuk ia sangkal. Ia tak memiliki pilihan selain mengiyakan meski begitu berat.

Melepaskan Raka adalah jalan satu-satunya. Sudah cukup ia membawa laki-laki itu dalam kehidupannya yang kelam dan justru membuat Raka dalam kesulitan. Banyak hal yang telah Raka lakukan untuknya selama ini, bahkan kepindahannya sekarang itu karena campur tangannya.

Laki-laki yang sebentar lagi akan menjadi mantan suaminya benar-benar telah mempersiapkan segalanya. Asya tidak tahu bagaimana Raka bisa begitu tenang dalam mengatur semuanya, padahal ia pun tahu bila Raka juga sama kacaunya, bahkan sangat terluka dengan semua yang ada.  Akan tetapi, Raka mampu bertindak dengan baik dan begitu bijaksana menghadapi semuanya.

Tiga tiket pesawat menuju Batam. Sebuah rumah juga telah dipersiapkan di sana, katanya milik rekan Tian yang tentu Raka minta dengan mati-matian. Serta buku tabungan yang cukup besar isinya laki-laki itu berikan pagi tadi sebelum berangkat.
Asya tidak menyangka akan mendapatkan sebanyak itu setelah melukai Raka begitu dalam, padahal Raka bisa melepaskannya begitu saja.

Asya berdesah, membuang napas dengan kasar guna menghilangkan sesak yang kian menyiksa. Pandangannya kembali beralih pada jendela pesawat, menatap gumpalan awan yang di sekitar. 

Ia tidak memiliki pilihan selain melepaskan Raka seperti ini, sepertinya memang sudah cukup untuk membebani laki-laki baik itu hingga hari ini. Raka yang terlalu baik, tidak akan pernah pantas untuknya. Ia tidak semestinya membawa dan memberikan laki-laki itu beban. Raka pasti akan menemukan wanita lain yang jauh lebih baik baik darinya.

Sekarang, ia harus kembali menata hidupnya bersama Arka yang memang seharusnya bertanggung jawab sejak awal terhadap ia dan juga Raska. Asya juga harus membalas segala perbuatan dan pengorbanan Raka selama ini.

Apa yang telah Raka korbankan sampai sejauh ini tak boleh ia sia-sia. Laki-laki itu ingin ia hidup lebih baik bersama Arka dan Raska, maka dari itu, Asya harus berusaha sebaik mungkin.

_____

Gara-gara Cinta Belum Kelar, Rumah Tangga Jadi Buyar Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang