15

23.1K 1.2K 12
                                    

"EVE!!"

Teriakan penuh amarah dari Gavin terdengar begitu keras. Semua yang mendengarnya di buat takut sekaligus penasaran dengan penyebab teriakan Gavin tersebut. Terlebih, Gavin meneriaki nama Eve dengan begitu lantang.

Entah apa yang sudah terjadi antara mereka, sampai membuat Gavin begitu murka. Apa ini ada hubungannya dengan Luci?

Terakhir kali Eve dan Luci terlibat dalam masalah itu saat Luci menghancurkan makalah Eve. Sekaligus pengumuman jika Eve adalah kekasih dari Matteo.

Setelah hari itu, selama tiga hari belakangan tidak ada drama yang terjadi. Suasana aman damai. Padahal mereka kira akan ada pertengkaran hebat antara Eve dan Luci. Mengingat Luci juga terlihat tidak suka dengan hubungan Eve dan Matteo.

Brakkkk

"KELUAR LO EVE. SINI ANJING!"

"Punya adab kan lo?" Eve berjalan menghampiri Gavin dengan santai dan anggun. Tak lupa Agatha yang ikut dibelakang Eve seperti anak ayam yang mengikuti induknya.

"Lo apain Luci bangsat." Gavin menahan amarah yang sudah di ujung kepalanya. Dia masih waras untuk tidak memukul gadis yang ada di depannya ini. Dia masih sadar jika gadis di depannya adalah adalah kekasih Matteo, ketua geng yang ia ikuti.

"Emang apa yang udah terjadi sama sampah itu sampai lo berani nuduh gue sekarang?" Gavin semakin geram melihat Eve yang sangat santai setelah apa yang sudah dia lakukan pada Luci.

"Lo, apa masalah lo sama Luci sampai lo bully dia. Lo bahkan ngunciin dia di gudang belakang. Waras lo ngelakuin hal itu ke Luci?"

Eve berjalan semakin dekat dengan Gavin. Saat sudah benar benar ada di depannya tanpa jarak, Eve dengan senang hati memberikan tamparan pada Gavin. Tidak hanya satu kali, tapi dua kali di masing masing pipi Gavin.

Plakkkk

"Ini untuk sifat lo yang gak ada sopan santunnya."

Plakkkk

"Dan ini untuk tuduhan gak berdasar lo."

"Bajingan lo anjing." Gavin mengangkat tangannya untuk membalas perlakuan Eve. Tapi, belum sempat tangannya menyentuh wajah Eve, sudah ada tangan lain yang menggenggam tangganya dengan sangat kuat.

"Berani tangan lo nyakitin Eve seujung kuku pun, gue pastiin Luci akan tinggal nama." Suara rendah Matteo mampu terdengar di penjuru kelas.

Sejak Gavin membuat keributan, suasana kelas yang ramai berubah seketika menjadi hening. Jadi tidak heran jika mereka bisa mendengar apa yang di ucapakan oleh Matteo. Padahal suara Matteo begitu pelan.

"Kalau gitu bilangin sama pacar lo buat gak ganggu Luci. Atau gue akan habisi dia. Dan lupain kalau dia pacar lo."

Aura yang di keluarkan oleh kedua pria itu begitu kuat. Bahkan karena terlalu kuat, bisa membuat orang lain ketakutan. Tapi hal itu tidak berlaku di kelas ini.

Mereka tidak merasa terintimidasi sedikitpun oleh aura yang di keluarkan oleh Matteo dan Gavin. Itu karena mereka sudah terbiasa menghadapi aura intimidasi seperti ini. Bahkan lebih dari ini pun sudah pernah. Jadi, mereka tidak merasa terintimidasi sedikitpun dengan situasi sekarang.

Dibandingkan terintimidasi, mereka lebih penasaran dengan drama yang tersaji. "Lo lupa atau udah bego? Eve bukan perempuan yang suka caper sana sini. Dia gak akan ngusik orang kalau orang itu gak ngusik Eve duluan. Jadi, mending lo bilang sama pacar lo untuk stop buat drama murahan kayak gini."

"Bangsat lo."

Bughhhh

Satu pukulan di dapat Matteo. Tidak cukup keras untuk ukuran seorang Matteo. Pukulan Gavin bahkan tidak sekeras pukulan Eve.

SILENT GIRL [END]Where stories live. Discover now