2| Teman baru

513 107 27
                                    

Hari demi hari berlalu.

Hubungan keduanya berubah perlahan-lahan seiring waktu yang berjalan. Tentu saja. Halilintar benar-benar mengatakan bahwa dia menerima ajakan pertemanan tersebut tanpa 'tapi', sungguh sebuah kejutan.

Taufan mungkin tidak tahu, sebab dirinya baru bertemu dengan Halilintar.

Bahwa selama ini anak itu tak pernah mengizinkan siapapun mendekatinya...

Ketika belajar contohnya.

Karena keterbatasannya, ketika pembelajaran berlangsung Taufan hanya dapat mengandalkan tulisan di papan tulis. Ia mencoba mengerti, saat guru menjelaskan lewat mulut dan sedikit gerakan tubuh untuk menyalurkan ekspresi dari apa yang dibahasnya dengan fasih. Walaupun kadang memang tidak begitu membantu Taufan untuk paham, bukan berarti gerakan itu sia-sia. Ada beberapa hal yang membuat Taufan terbantu.

Ada saat di mana guru tidak menulis apapun di papan tulis, hanya mengajar dari bangkunya dengan kedua tangan yang bertopang dagu. Dia hanya menjelaskan lewat suara, mulutnya yang terbuka dan tutup, berceloteh ria tentang apa saja. Materi atau hal-hal umum dalam kehidupan; curhat misalkan. Kalau tipe seperti itu, biasanya Taufan akan merutuk dalam hati sebab dia kesulitan memahami gerak mulutnya.

Di sanalah Halilintar beraksi dengan melempar buku tulisnya. Iya, dilempar. Anak itu melempar bukunya pada Taufan yang sedang menggaruk hidung. Kemudian ia akan mencoret-coret bukunya, berpura-pura tidak melakukan apapun. Taufan yang menerima lemparan buku penuh catatan tersebut pun mengulum senyum dan menggumamkan terima kasih tanpa suara.

Ah, dia bahkan rela mencatat setiap poin penting dari penjelasan sang guru untuknya.

'Apa dia tipe tsundere?'

••

Misal lagi, kerja kelompok.

Taufan sudah terlanjur paham kalau tidak ada murid yang ingin satu kelompok dengannya, kala sang guru memberitahu bahwa mereka akan mengerjakan beberapa soal dalam bentuk kelompok.

Beberapa murid tampak berwajah masam, tak lama ketika nama Taufan di tulis ke dalam satu kelompok yang harusnya akan menyenangkan (sebab diisi oleh orang pintar dan rajin) seketika suram karena kehadirannya di sana. Taufan hanya mampu mengulum senyum segan, ia pun beranjak dari tempat duduknya berniat mendekati sang guru dan mengatakan bahwa dirinya bisa mengerjakannya secara individu.

Namun, sebelum itu terjadi, mejanya tiba-tiba saja bergeser ke kiri-tidak, yang benar ditarik ke kiri. Decit suara besi bergesekan dengan keramik memenuhi ruangan, seketika semua insan memberikan perhatian ke belakang.

Ada Halilintar yang sedang menggeser meja dan kursi Taufan agar berdempet dengan miliknya.

Taufan cengo di tempat.

"Biarkan orang ini," Halilintar menunjuk Taufan, "satu kelompok dengan saya saja, Bu. Hanya kami berdua."

Sang guru mengerut tidak senang di depan sana. "Kenapa tiba-tiba? Boleh saya tahu alasannya?"

"Karena dia hanya akan menjadi pengacau saja."

Hening beberapa saat. Taufan tidak mengetahui apa yang terjadi, apa yang dibicarakan Halilintar kepada sang guru, namun kelihatannya bukan sesuatu yang bagus. Terlihat dari raut teman-temannya yang tegang dan sang guru, tidak senang diinterupsi.

"Maaf, tidak bisa, nak. Justru karena itu saya harus menggabungkan kalian dengan yang lainnya. Agar kalian bisa bekerjasama dan-"

"Tidak akan berguna. Saya jamin. Orang ini hanya akan menyusahkan kelompoknya." persetan dengan etika. Halilintar tidak mau mengulur waktu untuk berbasa-basi.

Betelgeuse [HaliTau]Where stories live. Discover now