02

110 13 4
                                    

JANGAN LUPA VOTE N KOMEN^^

•••

"Dari mana aja Lo seharian?." Suara dingin itu menggema di ruangan yang terlihat sunyi.

Raynner yang baru saja menginjakkan kakinya di ruang tengah langsung terkena pertanyaan dingin dari kakak sulungnya.

Tanpa menghiraukannya Raynner pun melempar tasnya asal. Yang mana membuat tas itu langsung tergeletak di lantai, lalu menghempaskan tubuh lelahnya ke sopa,

"Gue dapet telpon dari wali kelas Lo. Katanya Lo hari ini gak masuk! Kemana aja Lo seharian, hah?!." Ujarnya marah.

Bukannya takut melihat kakak sulungnya marah-marah Raynner justru terlihat santai dan tidak merasa bersalah sedikitpun. Membuat Narendra Joldiq Smith Semakin tersulut emosi.

"Jawab pertanyaan gue Raynner!." Ucapnya penuh penekanan.

Raynner menghela nafas malas. "Habis dari warnet. Udahlah marah-marah nya. Gue mau kekamar nih, mau tidur." Jawabnya santai.

Narendra menarik nafasnya dalam-dalam lalu menghembuskannya secara perlahan. Dia sepertinya harus menambah stok kesabaran untuk menghadapi adik bungsunya ini.

"Gak ada tidur-tidur! Gue belum selesai ngomelin lu ya! Lo sehari aja jangan bikin gue emosi bisa gak si? Sadar diri kek, Lo itu udah bego malah kerjaannya bolos terus nongkrong di warnet. Lo mau jadi apa kedepannya Raynner? Udah untung Lo bisa ke terima di SMA itu. Papa sampe rela mengeluarkan duitnya yang gak sedikit biar Lo bisa sekolah di sekolahan yang elit! Setidaknya hargain usaha papa!." Omelnya.

Raynner mengedikan bahunya acuh. Sudah terlalu biasa mendengar ucapan lemes dari kakak sulungnya. Memang kalau ngomong suka bener dan terlalu jujur.

"Gue gak pernah minta sama papa buat sekolah in gue di sekolahan elit. Salah Papa sendiri yang daftarin gue kesana. Lagian gue kan ke warnet doang, gitu aja Lo permasalahan. Dari pada gue ikut tawuran mending ngebangke di warnet kan?."

Naren memijit pelipisnya pening. Menghadapi Raynner benar-benar menguras tenaganya.

"Wih, ada masalah apa lagi nih kakak beradik."

Naren dan Raynner seketika menoleh ke arah tangga, terlihat kakak kedua Raynner yang kini menatap mereka dengan wajah menyebalkannya seperti biasa.

Adinda Joise Smith Kakak perempuan Raynner yang sama menyebalkannya seperti kakak sulungnya.  Raynner seketika memutarkan bola matanya malas ketika Dinda sudah berdiri di samping Naren.

Raynner rasanya seperti sedang di sidang. Meskipun memang iya kenyataannya. "Urus adik Lo Din, capek gue ngomongin dia. Otak pikirannya cuman game terus. Gue mau telpon papa dulu." Ucap Naren lalu pergi berlalu menuju kamarnya.

"Dih, tukang ngadu." Cibir Raynner yang tidak di tanggapi oleh Naren.

"Tuh Abang Lo nyebelin banget." Dinda terkekeh, lalu mengambil tas Raynner yang tergeletak di lantai.

"Lo bikin masalah apa lagi Ray? Lo gak cape bikin Abang Lo marah-marah terus? Kasihan masih muda nanti darah tinggi."

"Cuman masalah gue pergi ke warnet seharian. Gitu aja di permasalahanin."

Pain in happinessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang