Bab 6 | visiting a comatose patient

9 1 0
                                    

"Terbiasa perih"
- Gaby Lianna Gendhis -

***

Pagi ini perawat sudah menghantar breakfast ke seluruh pasien. Menu yang Gaby terima hari ini adalah sop dan bakso bihun.

Gaby mulai memakan makanan yang telah disediakan dari rumah sakit, yah walau rasanya hambar, tetapi selalu enak. Sebelumnya, Gaby tidak pernah dimasakin dengan siapapun. Walau pertama kali di rumah sakit, setidaknya dirinya pernah dimasakkan.

Setelah perutnya terisi penuh, akhirnya Gaby kembali menggunakan kursi rodanya lagi untuk melihat Langit dari kaca pembatas ruang ICU.

Terlihat satu perawat yang sedang duduk di samping Langit. Awalnya Gaby curiga mengapa perawat itu duduk di samping Langit. Ternyata perawat tersebut hanya menyalurkan makanan melalui selang makanan yang telah dipasangkan ke tubuh Langit melalui hidung dan mengarah ke lambung.

Gaby tersenyum kecil melihat Langit yang sedang terbaring. Tanpa sadar Gaby melihat bibir Langit tersenyum tipis. Tipis sekali, mungkin hanya Gaby yang menyadarinya. Gaby setelah melihat itupun dirinya ikut tersenyum saat Langit tersenyum. Entah mengapa, ada kebahagiaan tersendiri di lubuk hati Gaby saat melihat Langit.

Tiba-tiba ada seorang laki-laki bertubuh tinggi dengan alis yang tebal dan senyuman manis masuk ke dalam ruang ICU. Gaby melihat laki-laki itu memakai pakaian steril yang telah disediakan dari Rumah Sakit dan juga mencuci tangannya agar pasien yang rawan tidak tertular virus apapun.

Laki-laki itu akhirnya duduk di samping Langit setelah perawat beranjak dari brankar Langit. Laki-laki tersebut juga menggenggam tangan Langit dan menunduk lama. Entah apa yang dikatakan laki-laki itu, tetapi Langit dapat terangsang atas kehadiran laki-laki itu. Jari telunjuk Langit bergerak sangat tipis. Tetapi laki-laki tersebut dapat menyadarinya.

Entah apa yang dilakukan laki-laki itu kepada perawat, akhirnya perawat memanggil dokter dan memeriksa kondisi Langit. Mungkin respons nya masih kurang, hanya saja rangsangan yang diberikan laki-laki itu dapat memancing Langit agar tetap kembali ke dunia.

Akhirnya setelah laki-laki itu keluar dari ruang ICU, Gaby memberanikan diri untuk bertanya kepada laki-laki tersebut. Sebenarnya dirinya siapa?

"Maaf kak, boleh bertanya?" Ucap Gaby. Laki-laki itu pun mengangguk dan duduk di kursi tunggu depan ruang ICU.

"Mau tanya apa ya, dek?" Balas laki-laki tersebut.

"Mohon maaf jika kakaknya tersinggung sama pertanyaan saya, Kakak kenal Langit dari mana, ya, kak? Dan... Kakak siapanya Langit? Kenapa kakak tau kondisi Langit saat ini?" Tanya Gaby panjang lebar.

"Ah.. ini harus saya jawab satu-satu ya?" Tanya laki-laki tersebut sembari tertawa kecil.

"Nama saya Alzharfi Zhao Xander. Saya kenal Langit sudah sejak kecil, saya sepupunya Langit dari keluarga alm. Mama nya Langit. Kebetulan Mami saya itu adeknya Mamanya Langit. Jadi saya sudah lama dekat sama Langit. Saya tau kondisi Langit karena saya orang yang dihubungi warga saat Langit kecelakaan. Dan saya tahu bahwa Langit dirawat di RS ini." Jawab Zhao. Gaby hanya bisa mengangguk tanda memahami.

Zhao kembali bertanya kepada Gaby. "Ngomong-ngomong kamu kenal Langit dari mana? Dan, nama kamu siapa?"

"Gaby kak," Gaby hanya tersenyum dan menjelaskan ke Zhao awal mula Gaby bertemu dengan Langit sampai saat ini. Zhao tertawa kecil mendengar ucapan gadis itu.

"Langit suka sama kamu, kali? Dia susah deketin cewe soalnya. Awalnya aku kira dia pemuda lekong. Taunya masih demen cewe hahaha. Naksir mungkin Langit nya?" Goda Zhao membuat pipi Gaby memerah.

"Kak, Langit punya masalah sama Papanya seberat itu ya? Langit banyak cerita ke aku kalau Papanya suka hukum dia, suka siksa dia di rumah dan bikin dia ga nyaman dan ga betah sampai akhirnya Langit lebih sering tidur di apartemennya daripada di rumah karena memang kelakuan papanya kaya gitu..." Ucap Gaby. Zhao mengangguk kecil.

Zhao tahu betul jika Papa Langit suka berbuat hal keji semacam itu dan menuduh Langit atas kematian alm. Mama Langit. Awalnya Zhao enggan bercerita tentang masalah keluarga Langit, hanya saja Gaby sudah mengetahuinya terlebih dahulu, jadi mau tidak mau akhirnya Zhao menceritakan seluruh seluk-beluk keluarga Langit.

"Mendiang alm. Mamanya, dulu Papanya Langit itu sayang banget sama Mamanya. Makannya Langit selalu dituduh jadi pembunuh mendiang alm. Mamanya Langit. Dan sebelum mamanya Langit nggak ada... Papa dan mendiang alm. Mamanya Langit sempat bertengkar dan akhirnya mending alm. Mamanya Langit nggak ada. Dan Papanya Langit merasa kalau perbuatan dia ke Mamanya Langit selama ini itu salah. Tapi, Papanya Langit nggak pernah merasa bersalah ke Langit atas kelakuannya. Papanya terlalu menyayangi mendiang alm. Mama Langit, tapi, bukan Langit." Ucap Zhao menceritakan kisah keluarga Langit dengan panjang lebar.

"Ternyata kehidupan Langit memang seberat itu ya kak? Sebelumnya aku gatau kalau kehidupan Langit itu lebih berat dari aku. Karena emang kalau papa aku hukum aku atau apalah itu, Langit yang selalu bantuin aku, dan.. Langit nggak pernah berbagi masalahnya ke aku. Dengan gini, makasih banyak ya kak Zhao. Dengan gini aku bisa tau kondisi mentalnya Langit. Aku nggak mau beban aku cuma dibagiin ke Langit, sedangkan Langit sendiri itu baru cerita tentang mendiang alm. Mamanya. Dan ternyata kehidupan Langit lebih berat dari aku. Sekali lagi terimakasih banyak ya kak Zhao.." ucap Gaby panjang lebar. Zhao tersenyum dan menepuk pundak Gaby kecil.

"Dek, tolong jagain Langit selama gaada saya ya? Saya beneran butuh adek huat jadi tempat bersandar, buat jadi rumah ceritanya Langit. Saya titip Langit ke kamu ya, dek? Saya minta tolong banget buat selalu lindungi Langit dari apapun, kalau Langit lagi down,tolong hibur Langit dan bangun Langit menjadi Langit yang lebih kuat dan kokoh, ya, dek?" Pinta Zhao.

Gaby mengangguk dan menunduk, dalam benaknya Gaby merasa tersayat belati yang baru diasah. Sakit dan perih. Langit lelaki kuat, Langit hebat. Gaby bangga sama Langit. Mata Gaby terus mengalirkan cairan steril dari kornea matanya. Gaby menangis tanpa suara agar tidak didengar oleh Zhao.

"Dek, mungkin saya akan rutin ngecek keadaanya Langit. Tapi kalau saya nggak ada. Adek tolong jagain Langit ya? Demi kesembuhan dia juga dek." Ucap Zhao terpotong.

"Ya sudah, saya mau pulang dulu ya dek. Titip Langit. Kalau ada apa-apa tolong bilang ke perawat biar Langit biar langsung ditangani. Sebelumnya terimakasih banyak ya dek. Disaat saya nggak ada, adek selalu jadi tempat cerita Langit, rumah untuk Langit pulang. Dan adek sudah menyambut kedatangan Langit dengan hangat saja saya sudah menghargai apa yang adek lakukan. Terimakasih banyak ya dek.. saya titip Langit." Lanjut Zhao.

Setelah Zhao mengatakan hal tersebut, Zhao beranjak dari duduknya dan pergi meninggalkan Gaby yang masih terisak. Setelah kepergian Zhao, Gaby menangis sejadi-jadinya tanpa suara. Gaby tidak akan menyangka bahwa perisainya selama ini menyimpan banyak luka yang berat. Bahkan saat mendiang alm. Mamanya sangat dicintai dengan Papanya, Langit ditelantarkan dan dibiarkan saja dengan Papanya. Dan juga setelah kepergian mendiang alm. Mama Langit, Langit selalu menjadi samsak Papanya untuk melampiaskan emosi apapun itu.

Akhirnya Gaby kembali ke ruangan rawatnya, dan akhirnya di ruangan itulah Gaby segera menumpahkan rasa sedihnya ke ruangan itu, sedih dengan keadaan Langit dan keadaan dirinya sendiri.

-TBC-

Langit : the sky returns to the sky Where stories live. Discover now