3.

1.7K 71 28
                                    

Sunghoon benar. Malam ini Saemi harus punya cukup tenaga untuk melayaninya. Tampaknya Saemi harus memaklumi ketidaksabaran Sunghoon malam ini, laki-laki itu sudah menahan sesuatu yang bergejolak ingin meledak di dalam dirinya.

Malam terasa sangat hening. Pendar sinar bulan mampu menembus kaca jendela kamar yang remang-remang, sehingga menempa tubuh kedua insan yang tengah berbaring di atas ranjang dan menunjukkan eksistensinya dengan pakaian yang sudah acak-acakan.

Bahkan ketika Sunghon datang malam ini setelah Heeseung tertidur lelap, Saemi cukup terkejut ketika lelaki itu sudah melampiaskan hasratnya tanpa di tahan-tahan, ciuman-ciumannya tanpa jeda seolah dia tidak tahan sedetikpun tidak berciuman dengannya.

Tubuh Sunghoon yang keras melingkupi tubuh Saemi di bawahnya, menggodanya, menggeseknya dengan kekuatannya, dan membawa gairah Saemi semakin naik sedikit demi sedikit ke puncaknya.
Tangan Sunghoon menelusup di balik bajunya, menemukan payudaranya yang hangat dan lembut, lalu meremasnya dengan penuh gairah hingga membuat Saemi menggerang.

"Sunghoonnhh.."

Sunghoon menghentikan gerakannya, menatap Saemi dengan lembut.

"Sakitkah?" Bisiknya parau.

Saemi terpaku, suaranya seakan tertelan di dalam tenggorokan ketika mendengar suara Sunghoon yang begitu tenang di dalam senyap ruangan.

Sunghoon tersenyum lembut, dia sepertinya tidak membutuhkan jawaban dari Saemi. Jemarinya bergerak lagi dan menurunkan baju Saemi kemudian menanggalkannya dengan secepat kilat. Sedikit Sunghoon tersenyum puas melihat kebiasaan Saemi yang tak pernah memakai bra setiap kali Sunghoon mendatanginya.

"Indahnya..." Tanpa sadar Sunghoon mengatakan itu dan menatap tubuh Saemi dengan tatapan memuja. Jemari Sunghoon menyentuh bongkahan ranum yang terpampang di depannya itu dengan begitu lembut, lalu bibirnya menyusul dan menyesapnya dengan intensitas yang tegas.

Saemi menggerang merasakan keintiman bibir Sunghoon di atas dadanya, rasa panas yang menyerang seakan membakarnya sehingga membuatnya terpaksa mengeluarkan rintihan panjang lantaran bingung dengan gejolak yang menyebar di seluruh tubuhnya, dadanya sedikit melenting setiap kali Sunghoon memberikan gigitan kecil. Afeksi itu hampir membuatnya kehilangan kesadaran.

"Sunghoon... J-jangan di situ.."

Sunghoon mengangkat kepalanya lalu tersenyum menggoda. "Kenapa jangan?" Senyum Sunghoon terlihat begitu sensual di tengah remang-remang ruangan, membuat seluruh tubuh Saemi menegang hebat.

"Bukannya kau selalu suka kalau aku melakukan ini?" Lelaki itu menjilat puting Saemi kemudian meniupnya lembut, mengantarkan kehangatan yang membuat tubuhnya meronta menginginkan lebih.

Saemi mengerang putus asa, putingnya mengencang dan mendamba. Mendambakan bibir Sunghoon yang panas dan lidahnya yang menggoda.

"Sunghoon..."

"Katakan lagi dengan benar."

"La-lakukan lagi, Sunghoon... D-di situ... Ahhhh..."

Sunghoon lantas mengabulkan permintaannya, tidak mau membuat Saemi tersiksa lama-lama. Lelaki itu menundukkan kepalanya lagi, lalu mengisap puting Saemi dengan penuh gairah, memujanya secara bergantian, sementara yang satu diberikan perhatian lewat kuluman dan hisapan satunya lagi diberi perhatian dengan jari-jarinya untuk dipilin dan ditarik dengan gemas hingga membuat tubuh Saemi menggeliat dan melengkungkan punggungnya atas sensasi yang menyiksanya tanpa ampun.

Sunghoon tak tahan lagi, kepalanya pening oleh gairah. Tetapi, Sunghoon bertekad untuk terus menggoda Saemi sampai tiba saatnya tubuh perempuan itu tidak akan mampu menolaknya dan otaknya tidak mau bekerjasama lagi.

Guilty Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang